Opini
Mewujudkan Visi Indonesia 2045 SDM Unggul bersama Guru Penggerak
Oleh: Gunawan, M.Pd (Guru SMK Negeri 2 Samarinda)
BERDAULAT, maju, adil dan makmur merupakan visi Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan selanjutnya menjadi visi Indonesia yang menargetkan tahun 2045 Indonesia menjadi negara dengan PDB ke-5 dunia, dengan PDB per kapita 23199 dollar. Pada tahun 2036 Indonesia keluar dari Middle Income Trap dan menjadi negara yang berpendapatan tertinggi di dunia.
Pada tahun tersebut, penduduk Indonesia mencapai 319 juta. Dalam rentang waktu tersebut sampai tahun 2045, Indonesia mengalami bonus demografi yang didominasi penduduk berusia produktif, yakni usia 65 tahun ke bawah, yang tidak banyak dialami negara lain.
Jim O'Neill, mantan kepala ekonom Goldman Sachs memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara besar di dunia pada 2050 bersama MINT (Meksiko, Indonesia, Nigeria dan Turki) dan akan bergabung dengan 10 negara besar dunia sebelumnya.
Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar dengan populasi yang besar dan kaum muda yang melimpah. Sumber daya alam yang kaya, dan posisi geografis yang strategis di Asia Tenggara.
Tentu, untuk mencapai itu Indonesia tidak mudah karena dunia mengalami tantangan seperti peningkatan demografi global yang akan diikuti urbanisasi, persaingan sumber daya alam, geopolitik global dan perubahan iklim.
Dalam konteks tersebut, Presiden Indonesia membangun pilar-pilar pembangunan, yaitu manusia Indonesia yang unggul, berbudaya, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi yang maju dan berkelanjutan, pembangunan yang merata dan inklusif, dan negara yang demokratis, kuat, dan bersih.
Tantangan yang penting juga adalah perkembangan teknologi baru seperti Internet of Things (IoT), Nanotechnology, Blockchain technology, artificial Intelligence, telemedicine, blockchain technology, cloud technology, dan lainnya seperti rekayasa genetika.
Tantangan-tantangan global dan teknologi tersebut membutuhkan sumber daya manusia Indonesia yang unggul untuk peningkatan produktivitas kerja, dalam memenangkan persaingan di tengah perubahan-perubahan yang berlangsung cepat dalam dunia bisnis, ekonomi politik dan budaya (Ringkasan Eksekutif Visi Indonesia 2045_Final.pdf (bappenas.go.id).
Di sisi lain, pendidikan Indonesia terutama pada pendidikan menengah, Indonesia menduduki peringkat yang rendah dalam hasil tes PISA tahun 2018. Untuk bidang matematika, Indonesia berperingkat 72 dari 78 negara yang berpartisipasi dalam PISA.
Hasil yang kurang lebih sama ditunjukkan untuk tes sains dan membaca. Nilai tes PISA Indonesia juga memperlihatkan tren stagnan. Tidak ada lonjakan peningkatan nilai selama periode 18 tahun.
Berkenaan dengan hasil non-akademik, seperti pendidikan sikap dan perilaku. Dalam hal perundungan (bullying) 41% peserta didik Indonesia melaporkan mengalami perundungan beberapa kali dalam satu bulan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata negara OECD sebesar 23%. Peserta didik yang sering mengalami perundungan mencapai nilai membaca 21 poin lebih rendah.
Kerangka pikir kemajuan (growth mindset), bahwa hanya 29% peserta didik Indonesia tidak menyetujui pernyataan bahwa “kepandaian tidak dapat diubah terlalu banyak”, jauh di bawah rata-rata negara OECD sebesar 63%. Ini bermakna peserta didik Indonesia memiliki kerangka pikir kemajuan rendah, karena mereka tidak melihat perlunya memajukan diri mereka dalam segi akademis. Peserta didik yang memiliki kerangka pikir kemajuan memiliki nilai membaca 32 poin lebih tinggi, tidak takut pada kegagalan, lebih termotivasi dan ambisius, serta lebih menganggap pendidikan penting. (Kajian_Pemulihan.pdf (kemdikbud.go.id). Hal tersebut menjadi masalah bonus demografi dari SDM indonesia masa depan.
Bonus demografi dengan melimpahnya kaum muda, merupakan peluang sekaligus tantangan yang jika tidak terkelola akan menjadi kutukan, sebagaimana kutukan pada sumber daya alam. Negara yang memiliki sumber daya alam tidak menjadi makmur, malah tetapi sebaliknya.
Indonesia termasuk dari sekian negara yang dikarunia sumber daya alam, posisi geografis dan sumber daya manusia yang besar. Faktor-faktor ini adalah kekuatan dan peluang untuk menjadi negara besar, jika pendidikan terkelola dengan baik, baik dalam skala kebijakan maupun teknis. Guru adalah ujung tombak dan garda terdepan dari setiap kebijakan pendidikan, maka kebijakan yang bagus harus diikuti dengan eksekutor yang juga harus lebih baik.
Mewujudkan guru yang kompeten, sudah ada 4 kompetensi guru dalam UU Guru dan dosen yang dilakuka. Namun sepertinya belum menghasilkan sebuah gerakan massal yang berdampak besar pada siswa untuk keluar dari PR pendidikan nasional kita. Guru yang mengikuti pelatihan, workshop hampir tidak ada tindak lanjut yang sistematis untuk diterpakan kepada murid dan sesama guru, bahkan dalam lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, salah satu kebijakan di antara kebijakan merdeka belajar yang paling fenomenal adalah program Guru Penggerak.
Guru penggerak akan menghasilkan guru sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya, untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila, yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif (105_1638183580.pdf (kemdikbud.go.id).
Ada beberapa alasan mengapa Guru Penggerak menjadi harapan besar pendidikan Indonesia. Pertama, dari tahapan seleksi peserta yang benar-benar menjaring guru yang memiliki keinginan dan motivasi berkembang dan berbuat lebih besar untuk murid, rekan guru, sekolah dan pendidikan bangsa.
Kedua, proses pendidikan dan pelatihannya dalam bentuk rangkaian kegiatan yang menarik, menggabungkan penguasaan materi sekaligus memahaminya dalam konteks implementasinya sebagai guru, refleksi sebagai guru, dan penerapannya dan berbagi atau lebih lengkapnya dengan alur MERDEKA, yaitu Mulai dari diri, Eksplorasi Konsep secara pribadi, eksplorasi dengan forum diskusi, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi antara Materi dan Aksi Nyata.
Alur pembelajaran tersebut membuat Guru sebagai peserta akan memahami materi, tetapi sekaligus guru berefleksi tentang pendidikan yang sudah dilaksanakan oleh guru dan penerapannya di sekolah, mengkoneksikan antar materi, dan bagaimana menerapkan konsep pemahaman dalam aksi nyata sebagai guru pemimpin pembelajaran.
Ketiga, yang paling menarik adalah materi pendidikan guru penggerak, yaitu refleksi filosofis pendidikan nasional, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, budaya positif, pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, pembelajaran sosial emosional, coaching untuk supervisi akademik, pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, dan pengelolaan program yang berdampak pada murid.
Materi guru penggerak ini menyentuh pada tiga aspek; 1. tentang mindset atau paradigma guru, bagaimana filosofi atau hakikat seorang guru, apa nilai dan peran guru, apa visi guru dan budaya yang harus dimiliki guru dalam memandang perilaku murid. 2) Pembelajaran yang berpihak pada murid, bagaimana guru memandang kebutuhan murid yang beragam, bagaimana guru mengembangkan sosial emosional murid sehingga menjadi murid yang tumbuh positif termasuk dalam belajar, dan bagaimana menangani murid yang beragam, 3) Guru sebagai pemimpin pembelajaran dan pengembangan sekolah, yaitu bagaimana guru dalam pengambilan keputusan, bagaimana paradigma dan pengelolaan sumber daya sekolah, dan yang bagaimana guru dan sekolah mengelola program yang berdampak positif terhadap murid, bagaimana murid berperan terhadap diri mereka sendiri dalam pembelajaran. Materi pendidikan guru penggerak menyasar 3 hal dari individu guru mindset, pemahaman, dan keterampilan praktik bagi guru, salah satu mindset yang penting dari guru penggerak adalah guru selalu berpihak pada murid atau murid merdeka belajar.
Keempat, adanya komunitas praktisi guru penggerak, sebagai wadah guru penggerak untuk belajar meningkatkan kompetensi dan berbagi praktik baik, sehingga guru penggerak adalah pembelajar sepanjang hayat. Bahwa selesainya pendidikan guru penggerak bukan akhir dari belajarnya peserta guru penggerak tetapi menjadi awal untuk terus belajar dan bereksperimen untuk beraksi nyata merealisasikan nilai dan visi guru penggerak. Nilai guru penggerak berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif, serta inovatif dan visi guru penggerak mewujudkan profil pelajar pancasila.
Filosofi, nilai, visi, mindset, pemahaman dan kompetensi guru penggerak bersama seluruh guru Indonesia akan menjadi penggerak, dan menggerakkan pelajar Indonesia menjadi SDM unggul yang siap menjadi aktor pembangunan nasional. Selanjutnya mewujudkan Indonesia menjadi kekuatan lima besar dunia pada saat ulang tahun Republik Indonesia yang ke-100 pada tahun 2045.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- PPID Dispora Kaltim Pastikan Informasi Kegiatan Transparan dan Akurat
- Dispora Kaltim Matangkan Perencanaan Kegiatan Akhir Tahun
- Sambut Hari Dongeng Nasional, DPK Kaltim Wadahi Pelajar Refleksikan Kehidupan Lewat Cerita
- Terima Hasil Quick Count Pilkada Bontang, Aswar Ucapkan Selamat ke Neni-Agus
- Quick Count Unggulkan Rudy-Seno di Pilgub Kaltim, Hetifah: Program Gratis Pol Jadi Daya Tarik Utama