Opini
Perempuan dan Literasi Ekonomi, Pentingkah?
Oleh: Indrayani, M.Pd (Pengamat Pendidikan Ekonomi dan Wakil Sekretaris DPD KNPI PPU)
Dewasa ini, problematika kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan ekonomi kerap kali menjadi isu hangat. Apalagi jika dikaitkan dengan peran perempuan dalam keberlangsungan perekonomian. Kita tidak dapat pungkiri, dulunya kaum perempuan tidak dapat secara bebas bekerja di luar rumah. Belum lagi akses pekerjaan strategis yang tidak terbuka secara luas bagi kaum perempuan sehingga perempuan perlu untuk meningkatkan produktivitasnya.
Sebuah stigma yang terbangun di kalangan masyarakat yang menyatakan bahwa peran perempuan tidak terlepas dari dapur, sumur, dan kasur kini menjadi wacana yang usang. Sebab, eksistensi kaum perempuan selain menjalankan aktivitas domestik (home maker), mereka juga memiliki kemampuan yang patut untuk diapresiasi ketika berada di ruang publik. Terutama saat perempuan mampu untuk menjalankan perannya, baik sebagai puteri, istri dan ibu serta kaum pekerja.
Pergeseran zaman menuju era society 5.0 membuka ruang gerak yang lebih luas bagi kaum perempuan. Tidak hanya pada ranah ekonomi, tetapi juga sosial maupun politik. Di Indonesia, kaum perempuan telah menyadari pentingnya meningkatkan edukasi maupun keterampilan demi menjalani kehidupan. Sebab, kaum perempuan adalah aset, potensi dan investasi penting bagi Indonesia. Oleh karenanya, urgensi untuk meningkatkan literasi ekonomi bagi kaum perempuan menjadi tanggung jawab bagi perempuan itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
Sebagaimana berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Indonesia per September tahun 2020 adalah 270,2 juta jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 136,66 juta jiwa atau sekitar 50,58% dari total penduduk dan jumlah penduduk perempuan sebesar 49,42% dengan jumlah 133,54 juta jiwa. Artinya, untuk 100 perempuan maka terdapat 102 laki-laki sehingga jumlah selisih keberadaan perempuan dengan laki-laki dianggap tidak jauh berbeda. Potensi kuantitas keberadaan kaum perempuan yang sangat banyak mesti didukung oleh literasi ekonomi yang baik.
Pentingkah literasi ekonomi bagi kaum perempuan? Tentu saja jika literasi ekonomi dilekatkan dengan pemahaman awam dalam melakukan pengelolaan keuangan dengan baik, maka dikatakan literasi ekonomi sangat penting. Tendensi dalam menghasilkan pendapatan dan membelanjakan serta menabung mengharuskan kaum perempuan membuka diri untuk berperilaku rasional. Jika pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan atau yang lebih dikenal dengan istilah "besar pasak dari pada tiang", pastinya yang akan dihadapi adalah kesulitan.
Oleh karenanya, kaum perempuan yang berperan sebagai anak dan masih menyandarkan diri kepada orangtua perlu untuk diberikan edukasi tentang bagaimana menjadi produktif di masa muda sehingga, tidak berpangku tangan melainkan memiliki terobosan untuk mendapat penghasilan di masa mudanya.
Bagi kaum perempuan yang hanya berperan menjadi istri dan ibu, tentu saja mesti lebih kreatif dan inovatif. Tidak hanya dalam mengelola keuangan, tetapi juga melirik peluang-peluang bisnis online maupun ekonomi kreatif lainnya sehingga, kaum perempuan dapat menunjukkan eksistensinya di masyarakat.
Namun, selain tiga peran perempuan tersebut, ada juga kaum perempuan pekerja, baik sebagai seorang buruh maupun pekerja profesional. Kaum perempuan yang juga menjalankan peran pada sektor publik ini tentu saja perlu memiliki literasi ekonomi yang menunjang. Sebab, masih banyak perempuan yang tidak dapat melakukan pengelolaan keuangan dengan baik. Bahkan mereka juga tidak mampu membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
Maka dari itu, penting bagi pemerintah melalui kerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan edukasi dan pelatihan yang berkesinambungan untuk menyentuh kaum perempuan yang notabene nya hanya bekerja di sektor domestik. Paling tidak, ini menjadi solusi konkret dalam pemerataan kesejahteraan ekonomi masyarakat sehingga penerapan literasi ekonomi yang baik, tentu saja akan memberikan kontribusi yang baik bagi siklus perekonomian masyarakat.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Dosen Ekonomi Unmul: Kenaikan PPN Jadi 12 Persen Perlu Strategi Jelas dan Transparansi
- Monitoring Langsung Buncu Baca untuk Optimalkan Pemanfaatan
- UNiTE 2024: Kolaborasi Ungkap Realitas Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia
- Pabrik Minyak Makan Merah Segera Rampung, Kukar Bersiap Wujudkan Kemandirian Ekonomi
- DPK Kaltim Targetkan Tingkatkan Akreditasi Perpustakaan di Tahun 2025