Nasional

PGRI Dukung Kembalinya Sistem Penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA Mulai Tahun Ajaran 2025/2026

Network — Kaltim Today 14 April 2025 04:48
PGRI Dukung Kembalinya Sistem Penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA Mulai Tahun Ajaran 2025/2026
Ketua Umum PGRI, Unifah Rosyidi.

Kaltimtoday.co - Rencana Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mengembalikan sistem penjurusan di jenjang SMA mulai tahun ajaran 2025/2026 mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan sejumlah praktisi pendidikan.

Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Unifah Rosyidi, menilai bahwa penerapan kembali sistem peminatan IPA, IPS, dan Bahasa sangat penting untuk membantu siswa memfokuskan pembelajaran sesuai minat dan potensi diri mereka.

“Memang bagus jika siswa bisa mempelajari semua bidang ilmu. Namun, jika tidak siap, mereka bisa kehilangan kedalaman pemahaman. Dengan penjurusan, siswa justru bisa mengasah kemampuan di bidang yang paling diminati,” terang Unifah, Sabtu (12/4/2025).

Hal serupa disampaikan oleh praktisi pendidikan Heriyanto. Ia mengungkapkan bahwa kebijakan penghapusan penjurusan selama ini tidak berjalan efektif di lapangan, terutama karena banyak siswa masih belum memiliki pemahaman jelas mengenai arah profesi atau studi lanjutan saat menginjak kelas XI.

“Misalnya, ada siswa yang awalnya ingin menjadi dokter dan melepas mata pelajaran fisika untuk fokus ke biologi dan kimia. Namun saat minat berubah ke bidang teknik, mereka sudah kehilangan dasar ilmu fisika,” ujarnya.

Heriyanto juga menyoroti kurangnya sinkronisasi antara sistem pendidikan SMA dengan kurikulum perguruan tinggi. Ia mencontohkan, beberapa PTN masih mewajibkan mata kuliah dasar seperti fisika, kimia, dan biologi pada tahun pertama perkuliahan, meskipun program studi yang diambil mahasiswa tidak selalu berhubungan langsung dengan bidang tersebut.

Hal serupa juga berlaku bagi siswa jurusan IPS. Ia menambahkan, siswa yang awalnya ingin berkarier di bidang akuntansi bisa saja mengabaikan geografi atau sosiologi, padahal mata pelajaran tersebut sangat relevan jika mereka beralih ke studi hukum atau hubungan internasional.

Dukungan juga datang dari kalangan guru. Guru Geografi SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi, Ignasius Sudaryanto, menyebut bahwa banyak siswa kesulitan menentukan mata pelajaran peminatan, yang berujung pada ketidaksesuaian saat melanjutkan ke jenjang kuliah.

Ia juga mengungkapkan bahwa sistem tanpa penjurusan menyebabkan ketimpangan dalam distribusi jam mengajar guru.

“Ada pelajaran yang terlalu sedikit peminatnya, sehingga guru kekurangan jam, sementara ada pelajaran lain yang kelebihan peminat,” jelasnya.

Dengan sistem penjurusan seperti sebelumnya, kata Sudaryanto, siswa akan lebih mudah dalam menentukan arah belajar, dan pihak sekolah pun lebih terbantu dalam mengatur jadwal serta alokasi guru.

[RWT]



Berita Lainnya