Berau
“Si Jago Merah” di Bumi Batiwakkal
Catatan Dadang I K Mujiono
SUARA sirine dan klakson truk tangki berisi air tak henti-henti saling bersautan sejak pukul 13.30 - 14.05 waktu Tanjung Redeb, Berau, pada Jumat, 4 Agustus 2023. Api yang membumbung tinggi diselimuti kabut hitam yang pekat berhasil membuat diriku yang sedang duduk manis di depan laptop di dalam kamar hotel bersuhu 18 derajat celsius tidak jadi tidur.
Ya, telah terjadi kebakaran tidak jauh dari Hotel Derawan Indah, Tanjung Redeb, Berau yang mulai terjadi sekitar jam 12.45, tepat setelah Sholat Jumat selesai.
Di luar hotel, suhu Kota Tanjung Redeb, khususnya di sekitaran Jalan Bugis, sudah menyentuh angka 35 derajat Celsius. Berbanding terbalik dengan suhu di dalam kamar aku
Jujur saja, aku tak tega untuk tidur siang karena membayangkan betapa sedih dan berdukanya orang-orang yang menjadi korban dari amukan "si jago merah." Alhasil, aku memutuskan untuk menuliskan isi hati dan pengamatanku.
Dari koridor lantai empat hotel tempat aku tinggal, Hotel Palmy Tepian Berau, aku memantau kebakaran yang terjadi. Suhu panas yang dirasakan para korban seakan-akan merasuk tubuhku, meskipun jarak dari hotel tempat aku tinggal ke tempat kejadian kurang dari 1,5 KM. Tetap saja, tubuhku basah berkeringat, tercengang melihat tingginya kobaran api dan asap hitam yang semakin pekat sambil mengucap istighfar dan berdoa selama kurang lebih 20 menit berharap "si jago merah" lekas-lekas lenyap dari tempat kejadian.
Kebakaran terjadi tepat ketika umat Muslim sedang menjalankan ibadah sholat Jumat. Kala itu, aku sholat Jumat di Masjid Rayatul Ikhlas (Masjid Tepian Teratai). Ketika keluar dari Masjid, aku melihat banyak jamaah tercengang melihat asap hitam telah menjulang tinggi ke langit. Jarak dari masjid ke tempat kejadian kurang lebih 2 KM.
Aku pun kaget dan mengucap istighfar melihat kejadian tersebut. Tak berlangsung lama, aku memutuskan untuk keluar dari area masjid menuju Tepian Teratai untuk mencari makan siang. Sesampainya, asap hitam justru semakin tinggi. Belum ada terdengar suara nyanyian truk pemadam kebakaran dan teriakan para pejuang pemadam kebakaran – mengusir pengguna kendaraan bermotor yang enggan memberi jalan. Lalu lintas perjalanan masih terlihat normal.
Setiba di tempat makan, aku memesan seporsi gado-gado dan mengobrol dengan bule penjual dan beberapa pembeli. Mereka mengatakan bahwa kebakaran berada di pemukiman padat penduduk.
Aku menatap baik-baik kepulan asap yang tak kunjung redup. Aku khawatir, lokasi kejadian berada dekat dari hotelku karena dari Tepian Teratai, asap hitam tersebut terlihat sangat dekat dengan bangunan hotel.
Aku khawatirkan laptopku. Bukan dompet ataupun pakaian bau keringat yang belum dicuci sejak dua hari yang lalu. Di saat sekarang, laptopku jauh lebih berharga ketimbang isi dompetku. Apalagi cuma pakaian murah yang kubeli dari toko-toko di pinggir jalan. Ah, entahlah...
Setelah selesai makan siang, aku segera memesan ojek daring untuk segera kembali ke hotel, memastikan kebakaran tidak terjadi di sekitar hotel tempat aku menginap.
Alhamdulillah, setibanya di hotel, situasinya masih terkendali. Aktivitas bongkar muat peti kemas yang tepat berada di depan hotel masih berjalan normal. Warga masih lalu-lalang sebagaimana mestinya.
Saat tiba di lobi hotel, aku melihat wajah-wajah cemas para pegawai hotel, terutama wajah resepsionis. Aku pun bertanya kepada salah satunya, "Mba, apakah sudah tahu ada kebakaran?" Dia menjawab, "Ya Pak, benar. Kira-kira 1,5 km dari jarak hotel. Tadi ada beberapa orang mengira kebakaran terjadi di sekitar hotel, Pak." Aku pun menjawab, "Ya, saya kira memang demikian, Mba, karena dari Tepian Teratai, asap pekat terlihat dekat banget dengan Hotel Palmy. Saya sangat khawatir tadi, tapi alhamdulillah, tahu hotel aman."
Tak lama kemudian, aku naik ke lantai lima, berharap bisa mengamati kebakaran dari jendela koridor yang berada di sebelah kiri bangunan hotel. Sayangnya, tidak ada jendela di koridor lantai lima, kecuali jendela di bagian kanan dan jendela kamar tamu. Aku membatin, "Kalau saja kamar ku berada di lantai lima, pasti aku bisa mengamati kebakaran yang terjadi." Namun sayangnya, kamar ku berada di lantai tiga, sehingga hanya atap bangunan sebelah yang bisa kulihat.
Ketika melihat ke bawah, ternyata di koridor lantai empat ada jendela yang menghadap langsung ke tempat kejadian. Aku berdiri memantau kebakaran sambil berdoa, merekam, memfoto, dan membagikan hasil dokumentasi ke berbagai kontak yang ada di ponsel pintarku.
Sambil aku melihat pemandangan yang menyeramkan tersebut, beberapa kali aku melihat petugas kebersihan hotel bolak-balik di koridor lantai tiga dan empat. Wajah mereka semua terlihat cemas. Mereka nampak sungkan ingin menyampaikan kegelisahan mereka, meskipun mereka tahu bahwa aku juga cemas melihat kebakaran yang tak kunjung padam.
Tepat sekitar tiga puluh menit sejak kejadian awal, sekitar jam 13.25, jalan-jalan di sekitar Tepian Sungai Segah, depan Hotel Palmy, sampai menuju tempat kejadian telah ramai dipenuhi dengan orkestra klakson truk pemadam kebakaran dan kendaraan bermotor yang ingin memadamkan api. Petugas kepolisian dan TNI pun hilir mudik di depan Hotel Palmy, terlihat telah terjadi komunikasi dan koordinasi di antara dua institusi tersebut.
Tepat sekitar satu jam pasca kejadian awal, sekitar jam 13.45, suara nyanyian klakson truk pemadam semakin ramai karena memang api tak kunjung padam. Bahkan hasil pengamatan ku dari lantai empat, si jago merah justru semakin menampakkan dirinya.
Pemandangan tersebut begitu menyeramkan. Tak hanya api yang terlihat, semburan air dari truk pemadam kebakaran pun juga terlihat. Namun sayangnya, semburan air tersebut tampak melenceng jauh dari titik utama api. Aku tidak tahu pasti apa penyebabnya. Namun kemungkinan besar akibat jalan yang sempit sehingga menyulitkan kendaraan besar untuk masuk dan memadamkan titik utama api.
Tepat sekitar satu setengah jam setelah kejadian awal, sekitar jam 14.15, asap hitam sudah mulai berkurang, dan kobaran api sudah tak terlihat, pertanda api sudah bisa dikendalikan oleh para pejuang pemadam kebakaran. Terima kasih Pak, Bu!
Tepat sekitar dua jam setelah kejadian awal, sekitar jam 15.05, kali ini nyanyian mobil ambulan yang mendominasi sudut-sudut kota. Suara sirine tersebut tak henti-henti, seakan banyak korban yang harus dievakuasi dari tempat kejadian. Aku berharap tidak ada korban meninggal.
Di luar, cuaca semakin terik. Meskipun awan mulai tebal dan berwarna cukup gelap, tetap saja, Allah SWT masih menguji hamba-Nya. Hujan tak kunjung tiba. Meskipun menurut prakiraan cuaca, jam 14.00 seharusnya hujan turun. Namun setelah aku lihat ulang, jam 15.00 hujan baru akan turun. Namun kenyataannya, sampai sore hari sekitar jam 17.00, hujan tak kunjung datang.
Tepat jam 16.30 setelah shalat Ashar yang agak terlambat, aku memutuskan untuk pergi melihat tempat kejadian. Tak bermaksud untuk pamer atau apapun itu, tak lupa aku menyempatkan diri untuk membeli beberapa sembako untuk kebutuhan para pengungsi yang pasti sangat membutuhkan. Aku sungguh tak bisa membayangkan jika musibah itu terjadi pada diriku atau keluargaku. Itu pasti akan sangat menyakitkan.
Setibanya di tempat kejadian, aku melihat jalan masuk ke lokasi titik utama api memang sempit. Tempat kejadian memang tepat berada di dalam pemukiman. Lebar jalan hanya sekitar tiga meter. Jelas saja, truk besar pemadam kebakaran pasti kesulitan untuk masuk. Belum lagi tikungan tajam sebelum memasuki lokasi utama kebakaran yang sangat menyulitkan truk pemadam kebakaran untuk bermanuver.
Di lokasi kejadian, aku segera menyerahkan bantuan ku kepada masyarakat setempat. Hotel Derawan Indah pun menjadi korban. Bangunan belakang hotel terkena sambaran api, meskipun bangunan masih berdiri kokoh.
Dari hasil pengamatan ku, terlihat semua rumah yg terbakar hampir berjenis rumah kayu. Terlihat begitu banyak kayu-kayu rumah yang sudah jadi arang. Si jago merah sungguh beringas. Satu mobil tua yang berada di kawasan tersebut hangus menyisakan kerangka mobil. Tiang lampu hangus terbakar. Penutup meteran PDAM hangus terbakar. Spring bed ukuran king hangus terbakar, menyisakan per-per Kasur yang hampir memerah karena terbakar api panas.
Adapun barang-barang yang bisa diamankan oleh korban dikemas dan dibawa ke tempat-tempat pengungsian. Dari pengamatan ku, barang-barang tersebut di antaranya kasur, pakaian, alat dapur, kipas angin, dll. Semua barang-barang tersebut diangkut menggunakan mobil pick-up.
Namun yang menarik dari pemandangan ini—diangkutnya barang-barang ke tempat pengungsian—aku masih saja melihat senyum dari para korban. Betapa kuat dan tegarnya mereka dalam menghadapi cobaan yang begitu menghantam. Meskipun hati mereka mungkin dipenuhi kecemasan dan kesedihan, senyuman tersebut seperti bendera keberanian yang berkibar dengan gagah. Sungguh mereka sangat luar biasa!
Sedangkan tembok-tembok penghalang dari tembok yang memisahkan pemukiman dengan kawasan Hotel Derawan Indah masih berdiri kokoh. Dari sini kita bisa simpulkan bahwa bangunan kayu memang rawan terbakar, utamanya apabila tidak ada manajemen pemukiman yang baik.
Lalu, apa yang harus kita antisipasi agar musibah seperti ini tidak terjadi di kemudian hari? Pertama-tama harus ku akui bahwa aku bukan ahli tata kota atau manajemen resiko. Namun berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan tersedianya berbagai macam literatur mengenai tata kota dan manajemen resiko, orang awam atau mereka yang tidak memiliki gelar Sarjana pun, apbila membaca literatur tersebut pasti akan tahu bagaimana cara mencegah kebakaran.
Oleh karena itu, terdapat beberapa cara agar pemukiman padat penduduk terhindar dari bencana kebakaran. 1) Harus tersedia alat pemadam api seperti fire extinguisher yang mudah dijangkau. Otoritas setempat perlu menganggarkan pendanaan untuk pengadaan alat ini; 2) Alarm kebakaran yang dapat mendeteksi asap atau panas secara dini; 3) Tabung Pemadam Api Ringan (APAR). Tabung ini sebaiknya tidak hanya ditempatkan di posko-posko keamanan di dekat rumah, namun akan lebih baik jika satu rumah memiliki satu APAR; 4) Jalan evakuasi. Sebagaimana pengamatan yang aku lakukan, jalan ke titik utama api sangat sulit. Bayangkan jalan-jalan di pelosok gang di berbagai wilayah Indonesia hanya memiliki lebar 1,5 M? 5) Perlu ada perawatan kabel dan listrik secara berkala. Jangan hanya ketika ada korsleting baru dilakukan pergantian; 6) Tangki air yang secara khusus disiapkan untuk mengatasi musibah kebakaran, utamana apabila hydrant tidak berfungsi; 7) Perlu adanya pendidikan mengenai musibah kebakaran agar masyarakat dapat mengambil langkah strategis apabila terjadi musibah. Secara singkat, pendidikan ini ditujukan agar masyarakat tidak panik ketika musibah datang. Meskipun untuk tidak panik ditengah musibah merupakan hal yang sulit!; 8) Selain pendidikan kebencanaan, masyarakat juga perlu diedukasi bagaimana cara menggunakan listrik dan peralatan dapur secara bijak. Jangan memodifikasi alat-alat kelistrikan yang dapat memicu korsleting listrik; 9) Bina komunikasi yang baik dengan petugas pemadam kebakaran. Hal ini penting apabila terjadi kebakaran, petugas pemadam dapat segera bertindak dan tahu lokasi kebakaran.
Berangkat dari beberapa strategi di atas, tentu tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaanya perlu alokasi anggaran yang besar. Namun bagaimanapun, terdapat semangat gotong royong yang terus terpupuk di kalangan masyarakat Indonesia. Walaupun Pemerintah tidak mampu menyediakan anggaran pengadaan prasarana pencegah kebakaran, rasa kebersamaan dan solidaritas yang mandarah daging dalam masyarakat menjadi potensi besar dalam menghadapi kendala finansial ini.
Oleh karena itu, dengan adanya semangat gotong royong dan kebersamaan, permasalahan finansial tentunya bukan menjadi kendala berarti. Kita sebagai masyarakat, hanya perlu menumbuhkan rasa kepedulian dan kepemilikan secara bersama.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Diskominfo Kukar Segera Luncurkan Program Digital University di Stadion Aji Imbut
- Hukum Perkawinan Beda Agama
- Desa Batuah Raih Peringkat 4 Keterbukaan Informasi Nasional, Ahmad Yani Apresiasi Kolaborasi Semua Pihak
- Kontroversi Gus Miftah: Toyor Kepala Istri hingga Hina Pedagang Es Teh
- DPR Sahkan Pimpinan dan Dewan Pengawas KPK Periode 2024-2029