Opini
Skenario New Normal di Sekolah, Siapkah?
Oleh: Syainal, S.Pd (Guru PPKn SMK Negeri 4 Berau)
Pandemi virus corona atau Covid-19 betul-betul membawa dampak yang berkepanjangan bagi sendi-sendi kehidupan kita tak terkecuali bagi dunia pendidikan. Di awal kemunculannya, sebagai upaya menghambat penyebarannya pemerintah menerapkan kebijakan sosial and physical distancing hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB), mengharuskan sekolah melaksanakan pembelajaran berbasis daring atau pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran jarak jauh ini tentu bukan tanpa masalah, karena pembelajaran jarak jauh ini berbasis daring atau dalam jaringan tentu. Masalah utamanya adalah soal ketersediaan akses jaringan internet di setiap daerah yang belum merata sehingga membuat guru maupun siswa harus bekerja ekstra untuk mengaksesnya, belum lagi dari aspek efektivitas tujuan pembelajaran tentu tidak semaksimal ketika pembelajaran dilangsungkan dengan tatap muka. Namun tentu keselamatan guru, peserta didik, dan masyarakat yang paling utama.
Hingga saat ini, pertanyaan kapan pelaksanaan pembelajaran di sekolah akan dilakasanakan seperti semula belum kita ketahui, karena belum ada pernyataan resmi dari pemerintah terkait dengan hal tersebut. Di akhir bulan Mei ini, mengacu pada kalender pendidikan sekolah-sekolah sudah mulai melakukan persiapan untuk melaksanan ulangan semester/penilaian akhir semester untuk kenaikan kelas dan juga pemerimaan peserta didik baru. Namun tahun ini, teknisnya mungkin sedikit berbeda, mungkin dilaksanakan secara daring, karena meskipun pemerintah berencana menerapkan New Normal, namun belum secara spesifik menyebutkan hal ini akan diterapkan di sekolah.
Lalu apa itu New Normal? menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, pandemi Corona mengharuskan masyarakat beradaptasi dengan kenormalan baru, seperti menggunakan masker ketika keluar rumah, selalu mencuci tangan dan menjaga jarak fisik ketika berada di tempat yang ramai sebagaimana dikutip dari akun instagram @kemdikbud.ri, atau kalau menurut saya adalah mengutamakan protokoler kesehatan saat beraktivitas di luar rumah.
Sejauh ini memang belum ada kebijakan untuk mengembalikan proses belajar mengajar tatap muka langsung akan dilaksanakan maupun pernyataan resmi dari pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerapkan New Normal pada dunia pendidikan khususnya sekolah. Namun tidak menutup kemungkinan skenario New Normal ini akan diterapkan di sekolah dengan tetap mempertimbangkan studi epidemilogi dan kesiapan regional serta evaluasi pembelajaran daring yang dilaksanakan beberapa waktu belakangan ini.
Namun, tentu sebelum mengambil kebijakan itu pemerintah harus betul-betul mempertimbangkan secara matang dan melibatkan semua elemen terkait dalam mendiskusikannya, tentu kendala-kendala pembelajaran yang dialami dalam pembelajaran jarak jauh solusinya bukan hanya menerapkan New Normal di sekolah, ataupun kesiapan daerah karena meskipun sekolah berada di daerah namun secara spesifik pengelolaannya harus berbeda dalam hal New Normal karena di sekolah konsentrasi massa atau orang yang berkumpul lebih banyak, dan bagaimanapun juga keselamatan kita semua, guru, peserta didik dan masyarakat jauh lebih penting. Kita mesti bersabar untuk kembali ke sekolah dan beraktivitas seperti biasanya sembari tetap mengikuti kebijakan pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19 ini.
Penerapan skenario New Normal di sekolah, menurut saya bukanlah hal yang mudah, seruwet melaksanakan pembelajaran daring di daerah yang belum memiliki akses internet yang memadai. Bukan pesimis tapi realistis, utamanya soal kesiapan, kesiapan pihak sekolah, guru dan tenaga kependidikan, peserta didik serta orang tua. Bagi pihak sekolah, siapkah menyediakan sarana dan prasarana contohnya ketersediaan tempat cuci tangan yang memadai, bagi guru siapkah membimbing siswa dalam mengikuti protokoler kesehatan yang baik dan benar, baik di dalam maupun di luar kelas, bagi peserta didik siapkah mengikuti protokoler kesehatan utamanya yang masih berada di tingkat satuan pendidikan sekolah dasar serta bagi orang tua siapkah mengizikan anaknya ke sekolah meskipun dengan mengikuti protokoler kesehatan di tengah kondisi seperti sekarang ini. Sekalli lagi saya katakan bahwa, keselamatan kita semua jauh lebih penting.
Namun jika pada akhirnya skenario New Normal diterapkan di sekolah, tentunya harus dilaksanakan sebaik mungkin, utamanya soal kesiapan pihak sekolah. Utamanya guru dan tenaga kependidikan yang nantinya akan membimbing peserta didik dalam melaksanakan protokoler kesehatan yang baik dan benar. Namun tentu terlebih dahulu guru tentu harus mendapatkan edukasi dan sosialisasi tentang protokoler kesehatan. Pada tahap awal, menurut saya pihak sekolah baiknya bekerjasama dengan instansi pemerintah khususnya bidang kesehatan dalam memandu pihak sekolah serta peserta didik dalam melaksanakan protokoler kesehatan yang baik dan benar berdasarkan standar yang ditetapkan pemerintah di sekolah.
Di samping itu, pihak sekolah juga mesti membuat kebijakan terkait dengan jam pelajaran. Sebab keharusan untuk menjaga jarak berdampak pada jumlah siswa yang dapat hadir di sekolah ataupun masuk ke dalam kelas di waktu yang bersamaan dari biasanya. Kebijakannya adalah dengan membagi shift atau pergelombang atau sesi pagi dan siang. Karena meskipun sekolah memiliki gedung yang cukup tetapi sumber daya pengajar di setiap sekolah yang tidak memadai karena kelas bertambah dari biasanya. Pengurangan jam juga barangkali diperlukan utamanya bagi sekolah-sekolah yang telah menerapkan full day.(*)
*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Kurangi Praktik Jual Beli Buku, Pengamat Pendidikan Unmul Minta Disdikbud Maksimalkan Pengawasan di Sekolah
- Positif Covid 19 Saat Kampanye, Joe Biden Diminta Mundur dari Pilpres
- Menciptakan Budaya Positif di Sekolah Meraih Student Well-Being
- Targetkan Raih KLA Nindya, Linda Romauli Siregar Sebut Perlu Perbaikan Sistem Sekolah
- Utamakan Kenyamanan Sekolah, Pj Bupati PPU Sebut Pendidikan Tidak Sekadar Kompetensi dan Disiplin