Daerah
Yayasan Mitra Hijau Dorong Ekonomi Alternatif dan Transisi Energi Berkelanjutan di Kaltim
Kaltimtoday.co - Yayasan Mitra Hijau menggelar workshop hilirisasi untuk memperkuat ekonomi alternatif dan mendukung agenda transisi energi berkeadilan di Kalimantan Timur pada Rabu (10/12/25) bertempat di Hotel Harris Samarinda. Kegiatan ini menghadirkan pemateri dari Disbun Kaltim, DPPKUKM, dan Yayasan Titian Lestari untuk membahas strategi nilai tambah komoditas lokal serta peran masyarakat desa dalam ekonomi hijau.
Marinda Asih, Analis Kebijakan Ahli Muda Bidang Pengolahan & Pemasaran Disbun Kaltim menegaskan perlunya percepatan hilirisasi agar petani menikmati nilai tambah secara langsung.
“Kaltim adalah satu-satunya provinsi yang memiliki bidang khusus perkebunan berkelanjutan untuk mitigasi perubahan iklim. Namun banyak komoditas kita masih dijual sebagai bahan mentah sehingga nilai tambahnya hilang. Karena itu hilirisasi perlu dipercepat, disertai peningkatan produktivitas, standardisasi mutu, dan penguatan industri pengolahan lokal. Dengan Perda 7/2018 sebagai dasar, hilirisasi menjadi bagian dari transformasi menuju perkebunan berkelanjutan yang meningkatkan kesejahteraan petani," ujarnya.
Sementara itu, Muhammad Hakari dari DPPKUKM menyoroti pentingnya kesiapan UMKM dalam rantai nilai hilirisasi.
“UMKM membutuhkan standardisasi mutu, legalitas produk, dan akses pasar. Hilirisasi tidak akan berjalan tanpa ekosistem pendukung dan kolaborasi multipihak yang konsisten agar pelaku usaha benar-benar siap bersaing," tambahnya.
Dari perspektif masyarakat sipil, Yuyun Kurniawan dari Yayasan Titian Lestari menekankan pentingnya keberlanjutan dan kearifan lokal dalam hilirisasi.
“Masyarakat desa harus menjadi pelaku utama. Kita punya kebun campur—warisan kearifan lokal yang menjaga pendapatan dan ketahanan iklim. Jika dikaitkan dengan hilirisasi dan pengolahan komoditas desa, manfaatnya bisa kembali langsung ke masyarakat," ujar Yuyun.
Dalam sesi diskusi, Lucas dari Desa Long Anai menggarisbawahi bahwa masyarakat desa sebenarnya telah memiliki sejumlah komoditas yang layak diolah menjadi produk bernilai tambah.
“Di desa, kami punya kakao, singkong gajah, sampai bawang tiway. Kalau ada dukungan untuk mengolah hasil-hasil ini, masyarakat bisa lebih mandiri dan tidak hanya menunggu proyek dari luar.”
Dengan pendekatan yang inklusif dan sejalan dengan transisi energi berkeadilan, hilirisasi diharapkan dapat menjadi jalan baru bagi masyarakat desa untuk memperkuat ekonomi mereka, menciptakan peluang usaha, dan membangun masa depan yang lebih tangguh.
[RWT]
Related Posts
- Ekti Imanuel Minta Semua Kontingen Junjung Sportivitas dalam Kualifikasi Porprov Bola Voli Kubar
- BPJS Ketenagakerjaan dan Kejaksaan Perkuat Sinergi Awasi Pelaksanaan Jaminan Sosial
- BPN Siapkan Lahan Perkebunan Sawit untuk Hunian Sementara Korban Bencana di Sumatra dan Aceh
- BI Siapkan Rp4,8 Triliun Uang Kartal untuk Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 di Kaltim
- Ledakan Konten Viral Tak Terverifikasi Dinilai Ancaman Serius di Ruang Digital Kaltim









