Kaltim

Dorong Transisi Energi Berkeadilan, Yayasan Mitra Hijau Gelar Workshop Biomassa dan PLTS di Kaltim

Kaltim Today
24 Oktober 2025 08:07
Dorong Transisi Energi Berkeadilan, Yayasan Mitra Hijau Gelar Workshop Biomassa dan PLTS di Kaltim
Peserta dan narasumber berfoto bersama dalam Workshop Biomassa dan PLTS yang digelar Yayasan Mitra Hijau di Hotel Aston Samarinda, 22–23 Oktober 2025.

SAMARINDA, Kaltimtoday.co - Di tengah desakan global untuk mengakhiri ketergantungan pada energi fosil, Yayasan Mitra Hijau membuka babak baru transisi energi di Kalimantan Timur.

Melalui workshop bertajuk “Prospek Pengembangan Bisnis Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kalimantan Timur”, yang digelar pada 22–23 Oktober 2025 di Hotel Aston Samarinda, Yayasan Mitra Hijau mempertemukan akademisi, pelaku usaha, dan pemerintah daerah untuk menakar masa depan energi hijau pascatambang.

Workshop hari pertama dibuka dengan sesi yang menggugah: bagaimana biomassa, energi yang bersumber dari limbah pertanian, hasil hutan, hingga cangkang sawit, bisa menjadi pengganti batu bara di masa depan.

Yayasan Mitra Hijau memaparkan potensi biomassa sebagai sumber energi alternatif berbasis kearifan lokal di Kalimantan Timur.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Hijau, Dicky Edwin Hindarto memaparkan potensi biomassa sebagai sumber energi alternatif berbasis kearifan lokal di Kalimantan Timur.

Ketua Umum Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI), Milton Pakpahan, menekankan bahwa biomassa adalah peluang emas ekonomi sirkular—menghidupkan kembali kawasan tambang yang mati menjadi sentra energi baru berbasis lokal.

“Limbah kayu, sekam, dan cangkang sawit yang selama ini dianggap tak bernilai, bisa menjadi listrik yang memberi kehidupan,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. Ibrahim, dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, mengajak peserta untuk membedakan antara energi hijau dan energi biru. Biomassa, kata dia, termasuk energi hijau karena bersumber dari alam yang bisa diperbarui, sementara energi biru mencakup air, angin, dan matahari.

“Kalau kita serius mengembangkan biomassa, ini bukan hanya soal energi, tapi soal kemandirian ekonomi masyarakat sekitar tambang,” tegas Ibrahim.

Hari kedua workshop bergeser ke pembahasan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) — energi dari langit yang kini semakin realistis untuk dikembangkan di Kalimantan Timur.

Tiga narasumber dari Universitas Teknologi Kalimantan, Yun Tonce, M. Ridho, dan Happy Aprilia, membedah tantangan sekaligus peluang ekonomi dari PLTS.

“Transisi energi harus dimulai dari langkah konkret yang bisa dirasakan masyarakat,” kata Happy Aprilia. “PLTS bukan hanya solusi teknis, tapi peluang ekonomi agar masyarakat bisa mandiri energi.”

Dosen Universitas Teknologi Kalimantan, Happy Aprilia, menjelaskan sistem kerja Solar PV dalam sesi materi tentang pengembangan PLTS bagi masyarakat pascatambang.

 Dosen Universitas Teknologi Kalimantan, Happy Aprilia, menjelaskan sistem kerja Solar PV dalam sesi materi tentang pengembangan PLTS bagi masyarakat pascatambang.

M. Ridho menambahkan, perguruan tinggi berperan penting dalam menyiapkan generasi muda yang siap mengembangkan riset energi terbarukan. Sedangkan Yun Tonce menyoroti pentingnya pemeliharaan pascapemasangan PLTS, yang kerap diabaikan dalam proyek-proyek pemerintah sebelumnya.

Membangun Energi Hijau dari Kearifan Lokal

Selama dua hari diskusi yang padat dan dinamis, benang merahnya jelas: transisi energi Kaltim harus berpijak pada potensi lokal dan melibatkan masyarakat di setiap tahap.

Yayasan Mitra Hijau menegaskan, energi bersih bukan sekadar wacana global, tetapi langkah nyata menuju ekonomi hijau yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.

“Dari biomassa hingga tenaga surya—dari bumi hingga langit—Kalimantan Timur punya semua modal untuk memimpin transisi energi nasional,” tutup Dicky Edwin dari Yayasan Mitra Hijau.

[TOS]



Berita Lainnya