Nasional

IESR: Mempertahankan Batubara Meningkatkan Risiko Kerugian Ekonomi di ASEAN

Kaltim Today
26 Juni 2024 10:53
IESR: Mempertahankan Batubara Meningkatkan Risiko Kerugian Ekonomi di ASEAN
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa. (Foto: IESR)

Kaltimtoday.co, Jakarta - Negara anggota ASEAN didesak untuk terus merencanakan transisi dari energi fosil, khususnya batubara, ke energi terbarukan. Komitmen global untuk membatasi kenaikan suhu bumi hingga 1,5°C yang disepakati dalam COP ke-28, serta risiko guncangan ekonomi akibat impor energi fosil yang terus meningkat, menjadi alasan utama di balik dorongan ini.

Sejak 2017, impor batubara negara-negara Asia Tenggara naik dari 60 juta ton menjadi 120 juta ton, dan polusi udara dari aktivitas PLTU berpotensi meningkatkan risiko kematian dini hingga 70.000 per tahun pada 2030.

Potensi Energi Terbarukan di ASEAN

ASEAN memiliki potensi energi terbarukan sekitar 17 TW, cukup untuk memenuhi kebutuhan energi jika dikembangkan secara konsisten. Pengembangan energi terbarukan membuka peluang investasi, meningkatkan daya saing di pasar internasional, menurunkan biaya produksi listrik, serta mengurangi kerugian ekonomi dan sosial akibat polusi udara.

Selain itu, transisi ke energi terbarukan membantu menghindari risiko ekonomi dari aset mangkrak (stranded asset) yang diakibatkan oleh infrastruktur energi fosil.

Laporan terbaru dari ASEAN Centre for Energy (ACE) tentang peran batubara yang dirilis pada Mei 2024 merekomendasikan penggunaan Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk mempertahankan batubara sebagai sumber energi penting.

Namun, kajian menunjukkan bahwa teknologi CCS/CCUS tidak efektif dan berbiaya tinggi untuk menekan emisi karbon dari PLTU. Pengalaman proyek di berbagai negara menunjukkan teknologi ini tidak efektif dalam menangkap karbon dan memiliki risiko finansial tinggi.

Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai, mempertahankan PLTU batubara akan membuat AMS terjebak dalam siklus karbon jangka panjang, menyulitkan transisi energi bersih, meningkatkan emisi karbon, serta meningkatkan risiko aset mangkrak dan biaya ekonomi tinggi.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menyebut rekomendasi mempertahankan PLTU batubara dengan CCS/CCUS sebagai langkah yang tidak bijak dan menghambat akselerasi energi terbarukan yang lebih murah, terjangkau, dan rendah risiko.

Menurut Fabby, mempertahankan PLTU batubara bertentangan dengan pandangan mayoritas warga AMS yang menolak pembangunan PLTU baru dan mendukung pengakhiran PLTU secara bertahap, sesuai survei ISEAS 2022.

"Menggunakan CCS/CCUS belum terbukti signifikan menurunkan emisi gas rumah kaca dan tidak efisien secara finansial. Ketergantungan pada batubara akan meragukan komitmen ASEAN dalam mitigasi perubahan iklim," tegas Fabby Tumiwa.

Raditya Wiranegara, Manajer Riset IESR, menegaskan ASEAN perlu serius mengejar target pengembangan energi terbarukan, dengan bauran energi terbarukan 57% pada 2030 dan 90-100% pada 2050. Komitmen pengakhiran PLTU batubara yang terencana akan menarik investasi energi terbarukan. Ia juga menilai laporan ACE yang mempertahankan batubara sebagai bahan bakar transisi dapat mengaburkan komitmen ASEAN terhadap Persetujuan Paris dan mengurangi minat investasi energi terbarukan.

Koordinator Proyek Diplomasi Iklim, Arief Rosadi, menyatakan pengembangan energi terbarukan lebih bermanfaat bagi ekonomi ASEAN. Berdasarkan studi IESR, Asia Tenggara merupakan eksportir modul panel surya dengan kapasitas 64 GW pada 2023, dengan Vietnam, Malaysia, dan Thailand memproduksi sekitar 11% pasokan global. Peningkatan permintaan PLTS di Asia Tenggara mendukung transisi energi bersih dan memberikan kesempatan berkembangnya manufaktur rantai pasok sel dan modul surya di Indonesia.

Tren permintaan modul PLTS di Asia Tenggara yang meningkat dapat dimanfaatkan untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat rantai pasok PLTS regional.

"Pemanfaatan potensi ini akan mendorong pengembangan industri transisi energi di kawasan dan memperkuat fondasi ekonomi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan dunia," ujar Arief Rosadi.

[TOS]


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Berita Lainnya