Daerah

Instalasi Insinerator Dikebut, DLH Samarinda Targetkan Beroperasi Akhir Desember 2025 Secara Bertahap

Nindiani Kharimah — Kaltim Today 19 Desember 2025 04:40
Instalasi Insinerator Dikebut, DLH Samarinda Targetkan Beroperasi Akhir Desember 2025 Secara Bertahap
Proses instalasi insinerator oleh tim teknis di Shelter Polder Air Hitam Samarinda. (Nindi/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Pemerintah Kota Samarinda terus menggenjot pemasangan insinerator sebagai bagian dari strategi pengelolaan sampah berbasis teknologi. Hingga pertengahan Desember 2025, progres pembangunan 10 unit insinerator yang direncanakan menunjukkan perkembangan signifikan, meski masih terdapat beberapa kendala teknis di lapangan.

Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda, Suwarso, mengungkapkan bahwa sebagian besar unit telah terpasang dengan progres bervariasi. Di Polder Air Hitam, satu unit insinerator hampir rampung dengan progres mencapai sekitar 95 persen. 

Sementara itu, di Jalan Nusyirwan Ismail telah terpasang dua unit dalam satu lokasi dengan progres sekitar 85 persen. Satu unit lainnya di Jalan Wanyi telah mencapai sekitar 70 persen, sedangkan pemasangan di kawasan Lempake dan Bukit Pinang menunjukkan capaian yang relatif serupa.

“Pekerjaan pemasangan ini bergerak paralel. Teknisi terus bekerja di beberapa titik secara bersamaan untuk mengejar target,” ujar Suwarso.

Adapun empat unit insinerator lainnya masih dalam tahap distribusi. Dua unit akan ditempatkan di Palaran tepatnya di Kelurahan Handil Bakti dan Simpang Pasir. Sementara dua lainnya direncanakan untuk ditempatkan di Samarinda Seberang dan Loa Janan Ilir. 

Khusus untuk Loa Janan Ilir, Suwarso menjelaskan masih diperlukan penyesuaian bangunan akibat adanya pemindahan titik pemasangan. “Awalnya lokasi terlalu tinggi, sehingga berisiko bagi kendaraan pengangkut sampah terpilah. Karena itu, dilakukan pemindahan dan perlu pematangan lahan ulang. Lokasi lain relatif sudah siap,” jelasnya.

Dari sisi sumber daya manusia, DLH juga tengah melakukan penyesuaian. Berdasarkan hasil evaluasi dan wawancara, terdapat dua calon tenaga kerja yang mengundurkan diri karena dinilai belum siap. Meski demikian, DLH memilih pendekatan fleksibel dalam rekrutmen.

“Kami turunkan grade pendidikan dari SMA menjadi SMP, tapi skill, pengalaman di bidang persampahan, serta sikap kerja justru kami utamakan. Etos kerja dan kejujuran itu yang paling penting,” tegas Suwarso.

Saat ini, rekrutmen tenaga operasional baru mencapai sekitar 50 persen dari total kebutuhan. Untuk 10 unit insinerator, dibutuhkan sekitar 80 personel, terdiri dari lima tenaga pengolah dan tiga petugas keamanan di setiap titik. 

Nantinya, pihak vendor juga akan memberikan pelatihan khusus, tidak hanya terkait operasional pembakaran, tetapi juga aspek keselamatan kerja, termasuk penanganan darurat, titik kumpul, hingga jalur evakuasi.

Terkait operasional, DLH menargetkan insinerator dapat mulai berfungsi secara bertahap pada akhir Desember. Namun, Suwarso menegaskan target tersebut tetap melihat perkembangan di lapangan, terutama di lokasi yang masih memerlukan pematangan lahan.

Ia juga memastikan insinerator yang digunakan aman bagi lingkungan. Produk yang dipasang merupakan insinerator Wisanggeni generasi ke-7 dengan kapasitas hingga 10 ton per hari, yang sebelumnya telah diuji dan disempurnakan dari generasi sebelumnya.

“Tidak ada pencemaran. Uap hasil pembakaran tidak dilepas ke udara, tapi dialirkan ke bak air untuk diolah kembali. Ini sudah teruji,” katanya.

Meski demikian, pengoperasian insinerator tetap mensyaratkan pemilahan sampah yang ketat. Sampah organik, kertas, plastik, kayu, dan ranting masih dapat diproses. Sementara material keras seperti kaca, kaleng, dan baterai dilarang masuk karena berisiko merusak kinerja alat.  

“Makanya nanti ada petugas khusus untuk memilah dan mengawasi pembakaran,” pungkas Suwarso.

[NKH]



Berita Lainnya