Internasional

Jelang Konklaf Vatikan, Kardinal Dunia Soroti Kriteria Paus Pengganti Fransiskus

Network — Kaltim Today 26 April 2025 11:37
Jelang Konklaf Vatikan, Kardinal Dunia Soroti Kriteria Paus Pengganti Fransiskus
Para kardinal berjalan dalam prosesi menuju Kapel Sistina di Vatikan, pada awal konklaf, 18 April 2005. (Beritasatu.com)

Kaltimtoday.co, Vatikan - Setelah wafatnya Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025 dalam usia 88 tahun, para kardinal Katolik dari seluruh dunia mulai bersiap untuk menghadapi konklaf Vatikan guna memilih Paus baru. Kedatangan mereka di Roma diwarnai suasana duka sekaligus kehati-hatian dalam menghadapi momen penting ini. 

“Ini adalah tugas besar yang membutuhkan kekuatan doa,” ungkap Kardinal Jean-Marc Aveline dari Prancis, usai memimpin misa malam Kamis, 24 April 2025.

Suasana emosional terasa kuat, dengan para kardinal menunjukkan refleksi mendalam atas tanggung jawab mereka sebagai pemilih. Kardinal Jean-Claude Hollerich dari Luksemburg menyebut konklaf sebagai ujian iman yang besar, dan mengungkapkan bahwa pemungutan suara diperkirakan berlangsung setelah masa berkabung sembilan hari berakhir pada 4 Mei.

Pemilihan Paus baru pengganti Fransiskus akan dilakukan secara tertutup di Kapel Sistina, tempat sakral yang menjadi lokasi konklaf selama berabad-abad. Hanya kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang memiliki hak suara, atau disebut sebagai kardinal elektor. Proses ini digelar di bawah fresco legendaris Michelangelo, dalam suasana yang dipenuhi doa dan perenungan.

Kardinal Francois-Xavier Bustillo dari Corsica mengingatkan rekan-rekannya agar menjaga integritas dalam proses pemilihan.

“Jangan biarkan politik memengaruhi keputusan. Kita harus bertindak berdasarkan tanggung jawab rohani, bukan strategi,” ujarnya tegas.

Sejak wafatnya Paus Fransiskus, para kardinal telah mengadakan empat pertemuan umum, membahas tantangan dan harapan bagi Gereja Katolik. Forum ini menjadi ajang menyelaraskan pandangan dan menyusun kriteria ideal pemimpin baru umat Katolik dunia.

Kardinal Fernando Filoni dari Italia merespons perhatian media dengan santai.

“Kami berdiskusi dengan semangat positif. Kalianlah yang gemar membuat spekulasi,” ujarnya kepada para jurnalis.

Sebagai informasi, lebih dari 80 persen dari 135 kardinal elektor saat ini diangkat oleh Paus Fransiskus sendiri. Banyak dari mereka berasal dari wilayah Global South seperti Amerika Latin, Afrika, dan Asia, menandai arah baru Gereja yang lebih inklusif dan global.

Kardinal Vincent Nichols dari Inggris menekankan bahwa pemilihan Paus adalah momen spiritual yang membutuhkan ketenangan dan doa mendalam. Ia berharap proses berjalan damai dan menjadi momentum menyatukan umat.

Menanggapi kemungkinan terpilihnya Paus dari Afrika atau Asia, Kardinal Hollerich menyambut baik ide tersebut.

“Mengapa tidak? Yang paling utama adalah sosok yang mampu berkomunikasi dan merangkul semua pihak,” jelasnya.

Kandidat yang diharapkan adalah pribadi sederhana, dekat dengan umat, dan memiliki visi yang kuat untuk masa depan Gereja Katolik.

Namun, nada hati-hati datang dari suara konservatif seperti Kardinal Gerhard Muller dari Jerman. Ia menegaskan bahwa arah Gereja sebaiknya tidak terlalu liberal.

“Yang penting bukan soal konservatif atau progresif, tapi tetap berpegang pada ajaran yang benar,” tegasnya.
Sementara itu, Kardinal Oscar Rodriguez Maradiaga dari Honduras mengutarakan harapannya agar Paus pengganti Fransiskus tetap melanjutkan semangat kesederhanaan dan mencegah konflik internal dalam Gereja.

“Saya yakin para kardinal akan membuat pilihan berdasarkan iman dan kebijaksanaan,” tutupnya dengan penuh harapan.

[RWT]



Berita Lainnya