Daerah

Kecamatan Tenggarong Genap 243 Tahun, Kesultanan Kutai Ing Martadipura Ajak Generasi Muda Jaga Budaya

M Jaini Rasyid — Kaltim Today 29 September 2025 18:11
Kecamatan Tenggarong Genap 243 Tahun, Kesultanan Kutai Ing Martadipura Ajak Generasi Muda Jaga Budaya
Kesultanan Kutai Ing Martadipura bersama unsur Forkopimda usai ziarah ke makam para raja dan sultan Kutai dalam rangka HUT ke-243 Kota Tenggarong. (Jen/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Tenggarong - Peringatan berdirinya Kecamatan Tenggarong ke-243 tahun disemarakkan dengan ziarah ke makam para raja dan sultan Kutai. Salah satu yang diziarahi adalah Sultan Muslihuddin, tokoh pendiri Kecamatan tersebut, pada Senin (29/9/2025).

Pangeran Notonegoro Kesultanan Kutai Ing Martadipura Muhammad Heriansyah menyebut, peringatan tahun ini mengangkat tema “Kota Raja, Masa Depan Peradaban Nusantara”. Tema tersebut erat kaitannya dengan posisi Kutai Kartanegara sebagai wilayah yang menaungi sekitar 192 ribu hektare kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Momentum 243 tahun ini menjadi spirit bersama. Tenggarong harus kita maknai sebagai kota budaya dengan peradaban yang terjaga, tanpa meninggalkan nilai-nilai adat,” jelasnya.

Ia menekankan, keberadaan Tenggarong bukan hanya simbol sejarah, melainkan juga fondasi membangun generasi ke depan. Menurutnya, nilai adat, adab, dan ilmu harus dipadukan agar masyarakat Kukar mampu beradaptasi dengan era industri 4.0 maupun era penuh ketidakpastian saat ini.

“Nilai-nilai budaya ini harus terus kita sosialisasikan kepada generasi emas, generasi milenial. Bonus demografi yang kita miliki harus dibarengi dengan karakter kuat, kompetensi, skill, dan integritas,” tambahnya.

Heriansyah optimistis, jika generasi muda berpegang pada jati diri bangsa sekaligus menguasai ilmu pengetahuan, maka cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi.

“Indonesia bisa menempati empat besar dunia, sejajar dengan negara maju lainnya,” katanya.

Selain ziarah, perayaan HUT Kota Tenggarong juga ditandai prosesi perebahan Tiang Ayu. Prosesi sakral ini dilakukan oleh Sultan dan kerabat Kesultanan, sebagai penanda berakhirnya Erau Adat tahun 2025.

“Proses ini sangat bermakna. Sultan sangat bergembira melihat prosesi turun-temurun ini tetap terjaga, bukan hanya di lingkungan Kesultanan, tetapi juga di tengah masyarakat Kukar,” tutupnya.

[RWT]



Berita Lainnya