Figur
Kisah Haru Dokter Randy Berjuang Merawat Pasien Corona hingga Rindu Keluarga di Rumah
Menjadi garda terdepan untuk melawan virus Corona memang perlu kerja keras dan pengorbanan. Sejak pertengahan Januari 2020 lalu, para staf medis tak henti-hentinya bekerja keras merawat pasien terjangkit Corona Covid-19. Jumlah pasien kian bertambah, tak sedikit staf medis seperti dokter dan perawat mulai kewalahan.
"Kami Tetap Bekerja Untuk Kalian, Kalian Tetap di Rumah Untuk Kami".
Gambar petugas medis memegang kertas bertuliskan kalimat ini banyak tersebar di media sosial. Bukan hanya itu, ada makna di balik kalimat itu di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19 di Indonesia.
Berbanding lurus dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk melakukan social distancing, mereka berharap masyarakat Indonesia dapat mematuhinya. Karena hal ini dapat membantu petugas medis yang sedang bekerja keras membantu pasien terpapar virus Corona atau Covid-19. Di satu sisi, mereka harus bekerja demi kesejahteraan, tetapi di sisi lain mereka harus tetap menjaga kesehatannya dan keluarga.
Berikut kisah haru dari salah satu dokter spesialis di salah satu rumah sakit rujukan COVID-19 dr. Randy, yang berjuang melawan virus Corona Covid-19 dikutip dari Merdeka dan sumber lain, Rabu (25/3/2020).
1. Kesulitan APD dan Masker
Dilansir dari Antara, Rabu (25/3/2020) dr. Randy menceritakan bagaimana kesulitannya mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD) hingga kegelisahannya tidak bisa berkumpul dan menjaga keluarganya di tengah virus Corona Covid-19 ini.
Di rumah sakit tempatnya bekerja hanya menyediakan 30 pasang APD.
"APD itu berlapis, jadi sebetulnya kami (petugas medis) tidak nyaman. Karena itu kami batasi perawat lewat jangka waktu kerja dengan shift lebih pendek. Padahal dengan shift pendek artinya APD-nya butuh lebih banyak. Dan kami sempat terkendala itu," kata sang dokter.
Meski Dinkes DKI Jakarta cukup cepat, namun kebutuhan APD masih sangat dibutuhkan lantaran para petugas belum sepenuhnya terjamin. Terutama bagi petugas medis yang merawat pasien rawat jalan.
"Masker N95 itu, sekarang sudah mahal banget. Kami masih berusaha nyari. Kalau ada yang mau nyumbang dan mau membantu kami berharap yang seperti itu ada," lanjutnya.
2. Sempat Menjadi Satu-Satunya Dokter Spesialis
Selain APD, kurangnya tenaga medis sempat menjadi soal. Dia menceritakan sempat menjadi satu-satunya dokter spesialis karena salah satu rekan seprofesinya justru menjadi orang dalam pemantauan. Situasi itu ia alami saat minggu pertama bertugas. Meskipun demikian, ia bersyukur karena respon Dinkes DKI Jakarta cukup tanggap memberikan dokter tambahan.
"Kemarin sempat seminggu saya sendiri (menangani pasien Covid-19). Lalu Dinkes DKI kasih perbantuan, jadi yang aktif sekarang dua," ujar dokter Randy.
3. Tinggal di Rumah Sakit
Menghadapi kondisi pasien positif terjangkit Corona membuat para tim medis harus selalu siap. Di rumah sakit rujukan tempatnya bekerja, telah menyediakan 200 tempat tidur untuk pasien. Namun ia berpendapat, jumlah pasien bisa saja terus bertambah.
"Kalau sampai (Covid-19) banyak dan meluas, kami (petugas medis) mau tidak mau akan tetap tinggal di rumah sakit, kalau misalnya ini menjadi sebuah 'outbreak' yang besar," jelasnya.
4. Rindu Keluarga
Harus selalu bersiap saat menghadapi situasi terburuk dalam menangani virus pandemik ini, adalah kewajiban dari para tim medis. Hal tersebutlah yang membuat banyak para petugas medis sulit bertemu dengan keluarga.
Banyak petugas medis yang lebih memilih untuk menjaga jarak dengan orang terkasih mereka, lantaran dirinya adalah sosok yang terjun langsung menghadapi virus Corona COVID-19.
"Karena saya dokter dan kerja di rumah sakit. Saya tidak tahu apakah di badan saya kumannya ada atau tidak," katanya.
Beruntungnya di tempat dr. Randy bekerja saat ini, para petugas diberikan waktu berjaga yang tidak beruntun sehingga mereka dapat mengurangi potensi para petugas terpapar dari COVID-19.
"Lewat hal ini, peran dokter benar-benar dirasakan manfaatnya. Bagi saya sendiri, saya bisa bantu menenangkan keluarga, teman-teman saya," kata dokter Randy.
5. Berharap Masyarakat Bijak Konsumsi Obat
Dokter Randy juga meminta pada masyarakat untuk tidak panic buying dan menimbun obat-obatan seperti Chloroquin, Aluvia dan Azithromycin agar kelangkaan barang-barang medis seperti masker tidak terulang kembali.
"Kalau misalnya ada yang nimbun padahal yang masih perlu, ya penderita lupus itu yang nyeri yang mereka rasakan itu tinggi. Ya para penderita lupus lah yang akan merasakan penderitaannya," ujarnya.
Dokter Randy berharap, masyarakat Indonesia dapat menanggapi dengan bijak Covid-19 ini dengan mengikuti anjuran-anjuran pemerintah.
"Kami (petugas medis) sadari mereka (pasien) pasti cemas, tapi yah mereka harus mengetahui ini pandemi dan ini adalah masalah bersama," tutupnya.
Itulah sederet kisah singkat dari Dokter Randy yang tengah berjuang merawat pasien postif Corona. Tetap jaga kesehatan dan jangan panik dapat membantu menjaga kesehatan mental agar sistem kekebalan tubuh tidak menurun. Mereka sedang berjuang, mari bantu perjuangan mereka untuk tetap #dirumahaja. Karena mereka, kita masih dapat berkumpul bersama keluarga.
[NON | RWT]
Related Posts
- Ada Kenaikan Kasus Covid-19, Dinkes Kaltim Imbau Masyarakat Menerapkan Protokol Kesehatan
- Menkes Budi Gunadi Beberkan Empat Langkah untuk Hadapi Covid-19 Selanjutnya
- Berau Nol Kasus Covid-19, Sri Juniarsih Imbau Masyarakat Tetap Harus Waspada
- Kemenkes Instruksikan Pemerintah Daerah untuk Siap Siaga, Imbas Lonjakan Kasus Positif COVID-19 di Indonesia
- Kasus Covid-19 Meningkat, Berikut Rekomendasi 4 Alat Tes Antigen Mandiri di Rumah