Daerah

Lebih dari Sains, Jejak Panjang Danielle Kreb Menjaga Nafas Pesut Mahakam

Defrico Alfan Saputra — Kaltim Today 04 Oktober 2025 19:12
Lebih dari Sains, Jejak Panjang Danielle Kreb Menjaga Nafas Pesut Mahakam
Peneliti Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb. (Defrico/Kaltimtoday.co)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Di tepian Sungai Mahakam yang berair tenang, dengan segala dinamika kehidupan di dalamnya, ada sosok perempuan yang setia menautkan hidupnya pada suara frekuensi khas Pesut Mahakam. Namanya Danielle Kreb, peneliti asal Belanda yang telah lebih dari dua dekade menjadikan Kalimantan Timur sebagai rumah keduanya.

Bersama Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle mengabdikan diri untuk satu tujuan mulia, memastikan keberlangsungan hidup mamalia air langka itu di habitat alaminya.

Dedikasinya tidak lahir dari sekadar rasa ingin tahu seorang ilmuwan, melainkan dari cinta yang tumbuh seiring waktu. Danielle dan tim RASI kerap terlihat menelusuri aliran Sungai Mahakam. Tangan dan matanya terlatih mencatat setiap gerakan pesut, mengarsipkan cerita-cerita tentang populasi yang terus terancam oleh aktivitas manusia.

Dalam perjalanan panjangnya, Danielle bukan hanya menjadi peneliti, melainkan juga jembatan antara ilmu pengetahuan, masyarakat, dan kebijakan. Ia turun ke desa-desa pesisir, berdialog dengan nelayan, hingga mendorong penelitian berbasis komunitas. 

Baginya, menjaga pesut bukan sekadar menyelamatkan satu spesies, melainkan melindungi keseimbangan ekosistem dan warisan budaya sungai yang telah menjadi denyut kehidupan masyarakat Kaltim.

Perjalanan Penelitian Danielle, hingga Berpijak di Bumi Etam

Saat menempuh pendidikan di University of Amsterdam, Danielle berniat untuk meneliti lumba-lumba sungai di China. Namun, profesornya saat itu tidak menyarankan. Lantaran mamalia air tersebut sangat kritis populasinya atau sudah terancam punah. Ia pun sempat mengalihkan fokus ke penelitian kucing hutan di Skotlandia.

Suatu waktu, ia sempat dihubungi oleh rekan penelitinya di Indonesia, menginformasikan bahwa lumba-lumba sungai rupanya ada di Indonesia. Danielle pun terkejut. Ia baru mendengar mamalia tersebut bisa hidup di Kalimantan Timur.

Sempat mencari informasi, kesempatan untuk meneliti lumba-lumba sungai akhirnya terwujud. Kebetulan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sedang mencari orang untuk penelitian. Tak pikir panjang, ia membuat proposal, dan akhirnya diperbolehkan ikut penelitian bersama BKSDA.

Tepat di tahun 1997, Danielle pertama kali menginjakkan kakinya di Kalimantan Timur untuk melakukan survei bersama BKSDA. Di situlah dirinya pertama kali melihat Pesut Mahakam. 

"Saya masih ingat jelas momen itu, di daerah hulu Sungai Mahakam. Saya terkesan, karena sebelumnya saya pikir lumba-lumba hanya hidup di laut. Dari situ saya mulai terdorong untuk lebih serius meneliti mereka," kata Danielle.

Singkat cerita, Danielle kemudian balik ke negaranya untuk menuntaskan studi S2 nya. Atas perjumpaannya dengan Pesut Mahakam, ia menyimpan kekhawatiran yang cukup mendalam. Memikirkan bagaimana Pesut Mahakam hidup lebih lama agar tidak punah.

Selepas kuliah, Daniella mendapat tawaran menjadi relawan peneliti lumba-lumba di Hongkong. Ia mendapat banyak pengetahuan mengenai lumba-lumba air tawar. Dengan dukungan sponsorship, ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan melanjutkan penelitian lebih dalam. 

Pertemuan Danielle dan Budiono, Lahirkan Ide Dirikan Yayasan Konservasi RASI

Danielle dipertemukan oleh Budiono, alumnus Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda. Ia kerap berbagi cerita tentang pesut, hingga berbicara soal penelitiannya. 

Pertemuan tersebut akhirnya mencetuskan sebuah ide yaitu mendirikan yayasan yang berfokus terhadap konservasi satwa air yang terancam punah.

"Budiono mengusulkan untuk membentuk LSM, agar pendekatan konservasi bisa lebih dekat dengan masyarakat," ucapnya.

Maka lahirlah Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI). Nama RASI awalnya diambil dari legenda mitologi masyarakat lokal. Sejak saat itu, RASI aktif melakukan penelitian, sosialisasi, serta membangun kawasan konservasi berbasis masyarakat. 

"Kami sadar LSM tidak bisa menyelesaikan masalah sendirian, maka sejak awal kami bangun kesadaran masyarakat. Kami mengajarkan cara menyelamatkan pesut yang terjerat jaring, bagaimana mengembalikan pesut yang terjebak di rawa, dan lain sebagainya," bebernya.

Dari kolaborasi bersama Budiono, mereka semakin dekat, dan memutuskan menikah pada tahun 2001. Setahun kemudian, buah hatinya pun lahir. Putrinya bertumbuh dewasa, dan melanjutkan karirnya sementara di Belanda.

Masa Kecil Si Peneliti Pesut Mahakam

Lahir di kota kecil bernama Emmeloord, Belanda, Danielle sedari kecil rupanya sudah memiliki ketertarikan dengan satwa. Umur enam tahun, dirinya saat itu suka menonton seri dokumenter tentang satwa liar. 

Spesifik lagi, Ia juga pernah melihat sosok lumba-lumba sungai Amazon, meskipun hanya sebatas menonton melalui televisi. Imajinasinya berkembang, ketika saat itu LSM sempat datang ke sekolahnya, menceritakan bahwa Gorilla sudah sangat langka di tahun 1970an.

"Pas waktu kecil, saya bertanya tanya gimana cara menyelamatkan mereka, siapa yang akan menolong satwa tersebut," jelas Danielle.

Televisi saat itu berperan penting sebagai jendela pengetahuan Danielle, mengenal beragam macam satwa liar yang hidup pada masanya. Tidak terkhusus satwa air, ia juga suka dengan satwa liar lainnya.

"Jadi karena tertarik sama satwa, bahkan waktu saya diberi tugas saat kuliah, ketika teman-teman saya mengambil tentang terumbu karang, saya justru memilih tentang mamalia air itu," ucap wanita kelahiran 1971 tersebut.

Melalui ketertarikannya dengan satwa sedari kecil, tak lepas dari peran orang tuanya di Belanda saat ini. Danielle bercerita bahwa dirinya sangat dekat dengan alam, dan suka berpetualang.

Tak banyak orang mengambil jalan hidup seperti Danielle. Pesut Mahakam tentu menjadi energi positif dalam dirinya, dan akan terus berupaya melindungi satwa tersebut dari kepunahan.

"Sebenarnya orang tua saya sangat membebaskan saja. Karena memang saya anak bungsu dalam suatu keluarga. Saya suka kegiatan seperti hiking, camping, dan petualangan di alam terbuka. Jadi, mereka tidak heran ketika saya memilih jalan hidup di sini," bebernya.

Sisi Emosional Danielle bersama Pesut Mahakam

Lebih dari dua dekade, Danielle menghabiskan perjalanan hidupnya meneliti mamalia air tawar yang hidup di Sungai Mahakam tersebut. Banyak momen berkesan. Suka maupun duka yang tersimpan di memori kecilnya.

"Momen berkesan itu saya pernah melihat pesut mahakam melakukan aksi memutar atau salto. Itu sangat jarang terjadi, biasanya dilakukan oleh pesut yang masih muda," ujarnya.

Selain itu, ia juga bercerita tentang satu pesut bernama Joji. Pesut tersebut sering muncul di Danau Semayang. Joji tidak bisa berenang jauh, jadi lebih suka di danau yang tenang tanpa arus.

"Dia sering terlihat bermain-main, bahkan kadang mendorong ikan-ikan kecil di sana," ungkapnya.

Lain cerita dengan salah satu pesut yang kerap disebut "Nenek Fiona". Pesut dengan tubuhnya yang gemuk, serta paling tua di antara pesut lainnya yang hidup di Sungai Mahakam. 

"Fiona punya peran unik. Setelah kami pelajari, dia bisa menjadi semacam babysitter bagi anak-anak pesut lain. Karena dia yang paling tua, dan ibaratkan bisa memberikan pengalaman kepada pesut lainnya," tambahnya.

Satu momen juga yang membekas di memorinya, ialah momen rescue terhadap seekor pesut bernama Setia, di Danau Melintang. Pesut tersebut terjebak di kubangan ketika air surut. 

"Dia tidak bisa keluar. Kami kesulitan menjangkau karena kapal besar tidak bisa masuk, jadi harus pakai perahu kecil. Akhirnya, kami turun langsung ke lumpur untuk menggiring pesut keluar," ujarnya.

Setelah susah payah selama kurang lebih 40 menit, Danielle bersama tim berhasil melakukan evakuasi pesut tersebut.

"Selama itu saya duduk di sampingnya, mengelus dan menyiram tubuhnya dengan air. Momen itu sangat membekas, apalagi mendengar suara-suara yang dikeluarkannya," tambahnya.

Tren Populasi Pesut Mahakam Menyusut, Langkah Konservasi Harus Maksimal

Tren populasi Pesut Mahakam dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Informasi yang didapat, tersisa sekitar 60-an ekor pesut yang hidup di perairan Sungai Mahakam. RASI bersama stakeholder lainnya sedang menyiapkan rencana aksi konservasi untuk penyelamatan Pesut Mahakam.

Pesut Mahakam. (Dok. YKRASI)

Perairan anak Sungai Mahakam yang menjadi habitat Pesut Mahakam menghadapi berbagai ancaman. Mulai erosi, aktivitas bongkar muat pertambangan, hingga limbah perkebunan sawit.

"Rencana aksi konservasi pesut melibatkan perlindungan habitat dari pencemaran dan kerusakan, pengelolaan sampah yang lebih baik di sekitar Sungai Mahakam, hingga penegakan hukum terhadap aktivitas ilegal," tuturnya.

Adapun langkah lain yang dilakukan yakni pelibatan masyarakat dalam pelaporan dan pemantauan pesut secara rutin untuk memastikan kebijakan konservasi efektif.

Populasi pesut di tahun 2025 masih dalam tahap perhitungan. Pihaknya masih menghitung dan memonitoring pesut, yang hasilnya akan keluar di akhir tahun. Perlu tiga kali survei, dengan metode perhitungan dilakukan berdasarkan identifikasi sirip dan lain sebagainya.

Di samping itu, ia menyebut sebagian besar kematian pesut disebabkan oleh jaring, tertabrak kapal tongkang, racun, pencemaran lingkungan, dan lain sebagainya.

"Setiap ada bangkai pesut ditemukan, kami langsung turun untuk melakukan uji lapangan, agar mengetahui penyebab kematiannya," tutupnya.

[RWT]



Berita Lainnya