Opini
Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila Sejak Dini
Oleh : Syainal, S.Pd. (Ketua P2G Berau)
Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan pembinaan ideologi pancasila bagi guru di lingkungan pendidikan menengah yang dilaksanakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Bandung. Bersama Pak Surifuddin dari PPU yang juga merupakan Ketua P2G Penanam Paser Utara mewakili Kaltim untuk ambil bagian dalam kegiatan yang diikuti oleh 140 peserta dari seluruh Indonesia.
Bagi saya kegiatan ini selain sebagai ajang silaturrahmi dengan guru-guru dari seluru penjuru negeri, juga sebagai tempat untuk memperdalam pemahaman tentang pancasila dan mempertajam lagi penafsiran tentang pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dari kegiatan itu, paling tidak ada dua poin penting yang dapat saya ambil. Pertama betapa pentingnya penenaman nilai-nilai pancasila sejak dini di lingkungan sekolah dan adanya ancaman yang berupaya untuk menggerogoti nilai-nilai pancasila kalau pedoman berbangsa dan bernegara ini tidak kita jaga dan implementasikan.
Pancasila bukan sekadar jargon ataupun program pemerintah yang bisa saja berubah seiring dengan pergantian rezim yang merupakan hal yang lumrah dalam negara demokrasi. Tetapi jauh melampaui itu. Pancasila adalah pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pandangan hidup bangsa indonesia dan sumber dari segala sumbur hukum negara Indonesia. Terdiri dari lima sila yang tidak untuk sekadar dihapalkan, tetapi untuk diamalkan. Tidak sekadar dibacakan dalam upacara bendera, tapi diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Beberapa hari terakhir ini kita dikagetkan dengan peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Tragedi kemanusiaan ini menjadi penanda bagi kita semua, bahwa ada ancaman serius terhadap keberagaman kita, terlepas dari apa motif dan siapa pihak yang menjadi dalangnya. Yang jelas kejadiaan itu telah melukai kita sebagai bangsa dan mencabik-cabik persatuan dan kesatuan dalam masyarakat kita. Hal tersebut juga menjadi penanda bahwa nampaknya kita belum sepenuhnya dapat memanknai keberagman sebagai pondasi kehidupan sebagai bangsa yang majemuk. Tuhan menciptakan kita secara beragam karena tuhan menyukai kebergaman. Sebab jika tidak, atas kuasanya Ia bisa saja menciptakan kita hanya dalam satu suku, agama, ras dan golongan.
Keberagaman tak bisa dipisahkan dari sejarah panjang perjalanan bangsa ini. Negara ini terbentuk juga dari kebergaman yang bersatu dalam harmoni persatuan Indonesia. Sumpah pemuda menjadi momentum paling ikonik dalam upaya menyatukan bangsa ini. Perjuangan dalam upaya merebut dan mempertahankan kemerdekaan pun sarat akan makna keberagaman. Semua suku, agama dan golongan turut andil hingga mengorbankan nyawa atas nama persatuan Indonesia. Namun, kini ada saja oknum yang dengan mudahnya mencabik-cabik pesatuan itu dengan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Nampaknya kita mesti banyak belajar dan belajar banyak lagi tentang sejarah bangsa ini.
Dalam kondisi seperti ini negara harus hadir dan berlaku adil. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memberikan hukuman yang setimpal kepada para pihak yang terlibat adalah tugas pertama negara melalui penegak hukum. Di sisi lain, penting untuk dilakukan upaya preventif agar kasus serupa tidak terulang lagi. Salah satu yang bisa dilakukan menurut saya adalah nenanamkan nilai-nilai pancasila sejak dini terkhusus di lingkungan lembaga pendidikan. Pemerintah diharapkan dapat meranjang regulasi dan teknis pelaksanannya agar pola ini bisa berjalan secara terarah.
Menurut saya, sekolah menjadi salah satu wadah yang paling tepat untuk menanaman nilia-nilai pancasila. Sebab di sekolah para siswa berinteraksi bukan saja dengan teman sebaya mereka, tetapi juga dengan dengan kakak kelas, adik kelas juga dengan guru dan seluruh warga sekolah dari berbagai latar belakang suku, agama, ras dan golongan yang berbeda. Hal ini bisa menjadi modal awal bagi siswa untuk berinteraksi di lingkungan masyarakat yang lebih majemuk. Selain itu, dengan sistem pendidikan kita saat ini siswa juga lebih banyak menghabiskan waktu mereka di sekolah ketimbang di masyarakat. Terlepas bahwa saat ini sedang terjadi pandemi di mana mayoritas sekolah melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
Tugas untuk menanamkan nilai-nilai pancasila di sekolah bukan hanya menjadi tugas guru PPKn saja. Tapi dengan kurikulum yang berbasis pada pendidikan karakkter yang kita terapkan saat ini, maka tugas untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila menjadi tanggung jawab semua guru. Bagimana semua harus mampu menyelipkan nilai-nilai pancasila di dalam setiap pembelajarannya. Sebab, kalau kita melihat struktur dan spektrum kurikulum pendidikan kita saat ini, khususnya pada tingkat pendidikan menengah tak banyak yang bisa dilakukan oleh guru PPKn dengan hanya 2 (dua) jam pelajaran per minggu. Oleh karena itu, saya sepakat dengan wacana untuk memisahkan mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan pendidikan pancasila.
Selain sekolah, lingkungan keluarga juga menjadi harapan kita untuk menanamkan nilai pancasila. Hal tersebut tidak terlepas dari sejarah pancasila yang menurut Bung Karno digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia itu sendiri. Artinya nilai-nilai itu ada di dalam kultural masyarakat kita. Sebagai pondasi ajaran tentang baik buruk, benar salah, sopan santun pada dasarnya sudah diajarkan dalam lingkungan keluarga. Namun di era globalisasi seperti sekarang ini perlu untuk memperkuat ajaran di lingkungan keluarga itu di lingkup pendidikan formal. Bukan saja pada ranah pendidikan dasar dan menengah tetapi juga pendidikan tinggi. Agar penanaman nilai pencasila itu berkelanjutan. Tidak putus di tengah jalan.
Tantangan bangsa Indonesia tentu bukan saja soal menjaga persatuan, tetapi juga banyak tantangan lain seperti, bagaimana menciptkan demokrasi yang bermartabat dan upaya untuk menjadikan Indonesia adil dan makmur. Oleh karena itu, penting kiranya dilakukan penanaman nilai-nilai pancasila secara terstruktur, massif dan berkelanjutan salah satunya di lingkungan pendidikan.
Menurut saya, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia tidak hanya bicara soal keberagaman dalam bingkai persatuan Indonesia. Bagi saya, Pancasila jauh melampui itu, bicara soal pancasila juga bicara soal ketuhanan, bicara soal kemanusiaan, soal persatuan, demokrasi dan keadilan sosial. Dalam hal ketuhanan, pancasila menghendaki bangsa Indonesia menjadi insan yang religius dan taat pada perintah agama masing-masing. Nilai-nilai pancasila dan ajaran agama menciptakan harmonisasi dalam satu tarikan nafas. Perihal kemanusiaan, pancasila menghendaki bangsa indonesia menjadi pribadi yang humanis, memiliki kepekaan tersehadap sesama. Dalam hal persatuan, pancasila menghendaki bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk untuk senantiasa mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan, menjunjung tinggi keberagaman tanpa kehilangan idenstitas. Bicara soal demokrasi, pancasila menghendaki demokrasi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat. Bicara soal keadilan sosial, pancasila menghendaki keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang suku, agama, ras dan antar golongan.
Mari menjaga indonesia yang kita cintai bersama ini.
Pelangi indah karena warnanya yang beragam.
Perbedaan memang tidak bisa disatukan tapi bisa berdampingan
Salam pancasila…..!(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Menciptakan Budaya Positif di Sekolah Meraih Student Well-Being
- Wujudkan Indonesia Emas 2054 dengan Semangat Pancasila, Wabup Mahulu Serukan Pembangunan Berkeadilan
- Cek Ketentuan dan Rundown Upacara Hari Lahir Pancasila 2024
- Naskah Pidato Lengkap Upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024 Kepala BPIP
- Tema, Link Download, dan 5 Makna Logo Hari Lahir Pancasila 2024