Advertorial
Riset Unmul Ungkap Peluang Besar Buah Lai-Durian Jadi Ikon Ekonomi Kaltim
 
                    Kaltimtoday.co, Samarinda - Universitas Mulawarman melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) memperdalam riset tentang buah lokal Lai-Durian, serta mengembangkan potensi bibit sebagai nilai ekonomi di kalangan masyarakat Kaltim.
Sebelumnya, Unmul telah bekerja sama dengan Dinas Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kaltim untuk mengembangkan bibit durian lokal unggul yang disebut Lai-Durian tersebut.
Pengembangan ini bertujuan untuk membangkitkan kembali varietas lokal Kaltim yang memiliki keunggulan seperti manis, daging buah besar, warna cerah, masa simpan panjang, dan aroma yang tidak terlalu menyengat.
Sejak tahun 2014, pihaknya sudah memperoleh hibah pendanaan dari kementerian melalui program Riset Unggulan Terpadu. Judul risetnya adalah Eksplorasi Lai-Durian.
"Riset ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya, yang kemudian kami perdalam dan tingkatkan lagi," kata Kepala LP2M Unmul, Prof. Widi Sunaryo pada Jumat (31/10/2025).
Kalau durian umumnya dikenal sebagai Durio zibethinus, maka Lai merupakan spesies Durio kutejensis, dan pertama kali ditemukan di wilayah Kutai. Daerah persebaran Lai ini meliputi Kutai Barat, Kutai Timur, dan Kutai Kartanegara, dengan pusat terbesar berada di wilayah Batuah dan sekitarnya.
Unmul tertarik melakukan riset lebih jauh, terutama ketika muncul lomba atau kontes durian di Kalimantan Utara (yang waktu itu masih menjadi bagian dari Kalimantan Timur). Dalam lomba tersebut sering muncul nama-nama seperti Lai Kayan dan Lai Mandong sebagai pemenang.
"Setelah kami pelajari, ternyata buah-buah tersebut bukan Lai murni, melainkan hasil persilangan alami antara Lai dan Durian. Dari situlah muncul istilah Lai-Durian. Ciri khasnya, jika Lai berwarna oranye, maka Lai-Durian berwarna kuning cerah," ucapnya.
Untuk saat ini, jumlah Lai-Durian yang sudah dikembangkan memang masih sedikit. Di wilayah Mandong, misalnya, hanya beberapa pegawai dinas yang memiliki pohonnya. Upaya pengembangan di masyarakat masih terbatas, karena terkendala banyak hal, termasuk dukungan dan perawatan.
Pihaknya juga sempat mempresentasikan hasil riset ini kepada Wakil Menteri Diktisaintek, Prof. Stella Christy, ketika berkunjung ke Unmul. Dia sangat mendukung dan menekankan bahwa Kaltim seharusnya menjadi sentra durian nasional.
"Perlu dibuat model pengembangan berbasis masyarakat, bukan hanya berbasis kelompok tani. Misalnya, di daerah-daerah yang merupakan habitat alami Lai Durian. Masyarakat diberikan bibit satu hingga tiga pohon per rumah disertai pendampingan mulai dari budidaya hingga panen," pungkasnya.
Dengan model community-based development seperti itu, Widi menilai bahwa masyarakat akan merasa memiliki dan menjaga budidaya lai durian, hingga bisa menumbuhkan ekonomi di wilayah sekitar.
"Harapannya, Lai Durian dapat menjadi ikon durian khas Kalimantan Timur sekaligus meningkatkan ekonomi lokal masyarakat sekitar," tutupnya.
[RWT | ADV]
Related Posts
- Mengenal MBG Plus Kukar: Program Makan Bergizi Gratis untuk Balita dan Lansia
- MTQ Kukar ke-46 Sukses, Kecamatan Tenggarong Raih Juara Umum
- Di Tengah Larangan KLHK, Pemkot Samarinda Yakinkan Insineratornya Tetap Aman
- Fenomena Supermoon 5 November 2025, Begini Penjelasan dan Lokasi Terbaik untuk Melihatnya
- DLH Samarinda Anugerahkan Bank Sampah Terbaik 2025, Dorong Semangat Warga Kelola Sampah Bernilai Ekonomi
 




 




