Opini
Skenario Jatuh Bangun Ala Jaring Pengaman Sosial
Oleh : Ari Nurainun, SE (Pemerhati Ekonomi dan Kebijakan Publik)
Tangis pilu karyawati Ramayana Grup menghiasi jagat media sosial. Dari rekaman gambar yang tidak jernih, netizen bulat pada satu kesimpulan. Tangis itu tulus dari dasar hati yang terdalam. Bukan pencitraan. Apalagi syuting sinetron kejar tayang.
Perusahaan ritel ini terpaksa merumahkan 84 karyawannya. Meski telah berusaha mengubah kemudi menjadi perdagangan online, nyatanya perusahaan ini tetap oleng. Penurunan penjualan hingga 80 persen, memaksa pihak manajemen mengambil langkah penyelamatan. Merumahkan dan menutup mal tertanggal 6 april hingga waktu yang belum bisa ditentukan.
Kisah tragis juga menimpa keluarga MF. Driver ojol ini memutuskan gantung diri setelah usai menunaikan sholat berjamaah. Diduga, MF depresi karena tak mampu lagi menanggung beban hidup bagi keluarganya.
MF dan karyawati Ramayana Group hanya segelintir dari kisah sedih yang terurai di hari-hari belakangan ini. Diperkirakan, jumlah karyawan yang diPHK hingga detik ini diperkirakan mencapai 1,2 juta jiwa. Jumlah ini akan mencapai puncaknya pada Juni mendatang. Hingga wajar, jika para pengamat menilai, Kartu Pra Kerja yang dicanangkan pemerintah, tak tepat sasaran (BBC News).
Skenario Jatuh Bangun
Meski pemerintah telah mempersiapkan kucuran dana sebesar 110 triliun dalam skenario penyelamatan melalui Jaring Pengaman Sosial, sulit bagi kita untuk optimis. Meskipun ada kenaikan angka, dari 10 triliun menjadi 20 triliun. Dengan program Kartu Pra Kerja yang hanya mengcover 5,6 juta pekerja formal, non formal dan pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMKM), pemerintah menutup mata dengan jumlah pengangguran yang sebenarnya. Itupun masih ditambah dengan prosedur kartu sakti yang bukan berbentuk uang tunai. Melainkan program-program pelatihan keahlian dan semacamnya. Lantas, usaha apa yang bisa dilakoni masyarakat dalam kondisi perlambatan ekonomi seperti sekarang ini?
Ataukah dana alokasi untuk kartu sembako, yang dinaikkan dari 15,2 juta menjadi 20 juta dengan manfaat Rp 200.000 selama 9 bulan yang bisa membangun optimisme di tengah kondisi ekonomi yang semakin sulit? Yang membuat harga-harga melambung tinggi. Dapatkah jumlah itu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat miskin dengan jumlah anggota keluarga minimal 4 orang? Rasanya tak perlu seorang profesor matematika untuk bisa menyimpulkan, dana Rp 200 ribu perbulan, jauh dari layak.
Tak berlebihan jika kita sampai pada kesimpulan, skenario ini tak akan mampu menyelamatkan ekonomi masyarakat. Jaring pengaman sosial, yang tidak mampu memberikan rasa aman. Melainkan skenario jatuh bangun. Kejatuhan ekonomi, dan sulit untuk bangun kembali.
Jaminan Keamanan
Dulu, di masa kejayaannya, khilafah mampu memberikan rasa aman seluas wilayah yang diampuhnya. Tanpa pandang kasta, suku bangsa dan agama. Jika dia adalah warga negara, khilafah akan memberikan keamanan prima dimana pun mereka berada.
Will Durrant, mengabadikannya dalam buku berjudul Story of Civillitation. Sejarawan barat ini jujur menilai keagungan sistem pemerintahan Islam. Dalam buku yang ditulisnya bersama sang istri, Ia mengungkapkan pendapatnya, bahwa "para Khlifah telah memberikan keamanan pada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka."
Khilafah mengangarkan dana yang cukup untuk melindungi semua warganya. Semua dibiayai oleh Baitul Mal. Tak perlu rapat bertele-tele, prosedur yang melelahkan, atau bahkan pencitraan yang kelewatan. Karena nyawa setiap warga negara adalah prioritas. Memastikan terpenuhinya kebutuhan pokok adalah amanah seorang pemimpin.
Cukuplah kecaman Allah dan Rasulullah bagi pemimpin yang zalim membuat para khalifah menjalankan amanahnya dengan sungguh-sungguh. Sebagaimana riwayat yang dituturkan dari Said ra, ia berkata, Rasullah Saw bersabda "sesungguhnya manusia yang dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah pemimpin yang adil. Dan paling jauh kedudukannya dengan Allah adalah pemimpin yang zalim". (HR Tirmizi)
Pemimpin adil yang memberikan perlindungan dan kemanan prima tak mungkin lahir dari sistem yang buruk. Yang memisahkan amanah kepemimpinannya dengan agama. Sistem yang menuhankan hawa nafsu. Yang menjadikan kekuasaanya sebagai jalan untuk memperkaya diri dan kroni-kroninya. Tak terbersit rasa takut pada Sang Khalik.
Pemimpin yang adil hanya lahir dari sistem yang adil. Yang menempatkan keadilan sesuai hukum syariat. Yang menjadikan rasa takut kepada Allah sebagai pengawasan atas seluruh tindak tanduknya. Yang tak pernah bisa tidur nyenyak karena memikirkan nasib warganya. Bukan pemimpin yang lisannya penuh dengan kepalsuan dibalut topeng pencitraan. Yang lebih takut pada negara asing dan mengorbankan rakyatnya. Wallahu'alam bi showab. (*)
*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Wisatawan Diprediksi Meningkat, Pemkab Berau Terapkan Prokes Bagi Pengunjung
- Asal Usul Varian Covid-19 JN.1 dan Cara Antisipasinya
- Waspada! Muncul Varian Covid-19 JN1: Berikut Definisi dan Gejalanya
- PPU Duduki Posisi Pertama! Berikut Perkembangan Kasus Positif COVID-19 di Kaltim per 16 Desember 2023
- Ada Kenaikan Kasus Covid-19, Dinkes Kaltim Imbau Masyarakat Menerapkan Protokol Kesehatan