Opini
Tuberkulosis Masih Menjadi Kekhawatiran di Kalimantan Timur
Oleh: Rifkal Artha Yuda (Asisten Praktik Keperawatan UMKT)
Kesehatan merupakan satu bagian yang sangat penting bagi manusia. Dari baru dilahirkan di dunia sampai proses pertumbuhannya, kesehatan menjadi hal utama yang diperhatikan. Bagaimana tidak, karena jika tubuh ini sehat, maka segala aktivitas akan terlaksana secara baik, tapi sebaliknya, jika tubuh ini sakit, maka urusan kecil pun tidak akan berjalan dengan baik karena ada sebuah ketidaknyamanan yang dirasakan.
Menurut penulis, semua manusia di muka bumi ini pasti pernah mengalami sakit, entah itu sakit yang ringan seperti pusing, demam ringan hingga sakit yang berat yaitu terdiagnosis suatu penyakit yang sifatnya kronis.
Salah satu penyakit yang tidak asing di telinga kita yaitu tuberkulosis atau biasa disingkat TBC. TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penularan TBC dapat melalui droplet yang terinfeksi di udara. Ketika seseorang menderita TBC maka berisiko tinggi menularkan ke orang lain karena bakteri yang singgah dalam tubuh penderita akan mudah keluar bersamaan dengan droplet melalui batuk, bersin maupun berbicara.
Melihat dari proses penyebarannya, biasanya penyakit ini menyerang paru-paru namun tak jarang juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lainnya.
Tanda gejala umum yang dapat muncul ketika seorang terkena TBC yaitu batuk masif selama 2 minggu lebih, nyeri dada dan sesak napas. Tetapi jika muncul gejala tersebut, kita tidak bisa mendiagnosis sendiri dengan asumsi, melainkan perlu adanya pemeriksaan diagnostik lebih lanjut untuk memastikannya. Dikutip dari Kompas.com, Menteri kesehatan Indonesia yaitu Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa, TBC menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia yaitu mencapai angka kematian 93 ribu jiwa.
Terkhusus di Kalimantan Timur, penyakit ini menjadi momok kesehatan yang tak kunjung usai. Data yang disampaikan oleh Dinkes Kaltim, kasus TBC di Kaltim pada tahun 2021 ditemukan sekitar 5.010 kasus dan tiga wilayah dengan kasus TBC tertinggi berada di Samarinda, Balikpapan, dan Kutai Kartanegara.
Lalu di tahun 2022, Kepala Bidang Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kaltim mengungkapkan bahwa, terdapat 5.300 orang yang terdiagnosis TBC. Dengan angka tersebut, beliau menyayangkan karena seharusnya Kaltim dapat mendeteksi sekitar 13.034 kasus.
Menurut penulis, tanpa menyalahkan pihak manapun, tingginya prevalensi TBC di Kaltim karena kesadaran masyarakat yang masih rendah terkait dengan penyakit ini. Mengapa penulis dapat berucap demikian, karena melihat penyebaran TBC yang telah disampaikan sebelumnya yaitu melalui droplet yang dapat keluar dari tubuh penderita melalui bersih ataupun batuk. Jika penderita sudah tau terkait dengan penyebaran tersebut, maka ia pasti tau pula bagaimana cara batuk atau bersin yang efektif agar bakteri tidak melayang di udara yang kemudian dapat berisiko hinggap pada tubuh orang lain.
Kemungkinan lain yang dapat terjadi yaitu rendahnya kesadaran masyarakat terkait dengan memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan. Karena tanda gejala yang diderita orang TBC mungkin juga tidak beda jauh dengan sedikit banyaknya penyakit lain, masyarakat masih mengganggap bahwa ini hanya gejala biasa saja yang hanya perlu istirahat cukup agar pulih kembali. Padahal sebetulnya ia menderita TBC, lalu ketika tanda gejalanya semakin parah, baru kemudian membawa diri untuk berobat dan kaget ketika tau kalau ia terdiagnosis TBC.
Lalu selanjutnya menurut penulis penyebab ketiga mengapa TBC di Kaltim masih tinggi, karena lelahnya atau menurunnya motivasi penderita TBC dalam proses pengobatan. Perlu diketahui bersama, bahwa TBC ini penyakit yang dapat disembuhkan, tetapi memang perlu usaha yang konsisten dalam prosesnya.
Orang yang menderita TBC perlu mengonsumsi obat selama 6 bulan berturut-turut sesuai instruksi dokter. Tetapi pada kenyataanya, banyak penderita yang tidak menjalankannya dengan baik karena merasa tubuhnya sudah lebih baik ataupun merasa lelah karena tiap hari harus mengonsumsi obat anti tuberculosis.
Terakhir, penyebab TBC masih tinggi di Kaltim, karena kurangnya pengetahuan masyarakat terkait dengan penyakit ini. Mengapa penulis berkata demikian, karena jika pengetahuan masyarakat tinggi, pastinya kesadaran mereka akan penularan penyakit ini pun akan semakin tinggi juga karena melihat penyakit ini dapat menular dengan cepat dan sangat berbahaya bagi penderitanya.
Melihat hal tersebut, maka perlu adanya upaya lebih holistik dan komperhensif lagi terkait dengan skrinning TBC. Menurut penulis ini adalah tugas bersama tetapi yang memiliki tanggung jawab lebih ialah pemerintah terkhusus sektor kesehatan karena sesuai dengan tupoksinya.
Penulis menyarankan agar pemerintah dapat melakukan promotif maupun preventif lebih masif lagi dengan memberdayakan semua elemen. Koordinasi yang dapat dilakukan yaitu up to bottom, dari pemerintah pusat hingga ke kelurahan atau desa. Program yang dicanangkan pun harus terus dilakukan agar sesuai dengan target ataupun tujuan yang diinginkan.
Masyarakat pun harus bisa lebih sadar lagi akan penyakit ini, jangan sampai ketika pemerintah sudah bergerak memberikan edukasi, tetapi masyarakat hanya menganggap ini bukan hal yang penting apalagi acuh tak acuh dalam menanggapinya. Kerjasama perlu dilakukan dengan baik agar prevalensi TBC dapat menurun tiap tahunnya
Apalagi melihat Kalimantan Timur akan menjadi Ibu Kota Indonesia, maka perlu persiapan yang matang terkhusus dari sektor kesehatannya. Karena semua sisi pasti akan menjadi sorotan rakyat Indonesia maupun dunia. Terkhusus tingkat kesehatan di tempat yang akan dijadikan sebagai Ibu kota itu sendiri. Maka dari itu perlunya gerakan yang progresif dalam menangani kasus ini.(*)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- 4 Manfaat Penting Relaksasi Mata di Tengah Kesibukan, Baik untuk Kesehatan!
- Tak Banyak Diketahui! Ternyata Ini 8 Manfaat Berkebun untuk Kesehatan Fisik dan Mental
- 5 Manfaat Me Time untuk Kesehatan Mental, Wajib Dilakukan di Sela Kesibukan!
- Dijamin Ampuh! Lakukan 4 Tips Sehat Berikut Ini untuk Menaikkan Berat Badan
- Dukung Program Kesehatan Nasional, Ini 5 Kontribusi PAFI dalam Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Kabupaten Buru