Opini

Agama Saya Adalah Uang

Kaltim Today
27 April 2021 10:32
Agama Saya Adalah Uang

Penulis     : Nurudin

Penerbit   : Penerbit Intrans Malang dan Terakota

Tahun       : Cetakan Pertama, Februari 2020  (XVI + 182  halaman)

Peresensi : Johantan Alfando WS ( Staff Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unmul )

Buku ini yang jelas tidak bermaksud untuk mereduksi makna agama di masyarakat, dan tentu saja pada buku ini tidak bermaksud begitu. Agama merupakan media untuk mendekati tujuan hidup. Jika tujuan hidup adalah untuk mengabdi kepada Tuhan, maka agama akan digunakan sebagai media untuk mencapai tujuan tersebut.

Sebagai sebuah agama, uang telah memasuki dan mengendalikan relung kehidupan kita. Juga dalam hal politik, uang menjadi petunjuk arah untuk saat ini. Alhasil, kekuatan uang lah yang berhasil menguasai kekuasaan. Dari soal kekuasaan, dan politisi tidak lagi menggunakan akal sehat, tetapi mereka hanya punya satu kepentingan. Begitu mereka menjadi satu kelompok, akan ada perebutan pengaruh kekuasaan. Selain politik pada buku ini ada hal-hal kecil yang diangkat di sekitar kita, seperti isu-isu tentang politik yang menempati bagian terbesar pada buku ini. 

Nurudin merupakan dosen komunikasi di Universitas Muhammadiya Malang (UMM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang sering mengkritik dengan karya-karya tulisannya dari kekuasaan hingga lingkungan sosial dalam buku ini. Buku ini seperti Indonesia, banyak sekali ragamnya. Apakah itu masalah yang kompleks atau masalah sederhana di lingkungan, masyarakat terulas pada buku ini. Ketika setiap judul tulisan lahir, kritik yang dilontarkan selalu antusias. Padahal, kritik yang disampaikan masih relevan dengan kondisi saat ini.

Buku ini terbagi menjadi empat bagian. Bagian pertama membahas tentang fakta adanya pluralisme dalam masyarakat. Bagian kedua membahas bahwa peran pemerintah terlalu kuat. Kemudian, bagian ketiga membahas masalah kepentingan pemersatu. Bagian terakhir membahas sikap skeptis pemerintah terhadap gerakan rakyat. Gerakan sosial dianggap sebagai ancaman penting. Padahal, masyarakat berpotensi untuk mendukung operasional nasional. Tidak peduli kapan dan di mana, siapapun yang berkuasa, pemerintah cenderung meningkatkan kekuasaannya. 

Salah satu daya tarik bagi saya pada buku ini ialah membahas topik tentang the real sexy killer halaman 98. Halaman ini menceritakan tentang seorang wanita yang bernama Catrherine Tramell yang merupakan pembunuh darah dingin, di halaman ini menceritakan tentang wanita cantik dan sexy yang pasti ada di sekitar kita dan bisa saja membunuh secara jiwa yang paling mendalam, meski membunuh belum tentu dengan secara fisik, tetapi bisa membunuh secara perlahan.

Kalau dikaitkan dengan fenomena yang terjadi saat ini, khususnya Kaltim, ini seperti the real sexy killer di mana batu bara secara perlahan-lahan membunuh wilayah Kaltim, baik dari aspek lingkungan maupun sosial. Pada halaman ini, pembunuh sexy tidaklah membunuh secara langsung tetapi secara perlahan. Inilah bentuk kritik yang sexy pada buku ini dengan menceritakan sebuah film tetapi menyentuh pada kritik sosial, di mana kritik tersebut juga melekat pada fenomena yang terjadi di Kaltim.

Buku ini layak dimiliki oleh siapa saja. Baik itu kalangan kampus, praktisi media, dosen, maupun masyarakat umum. Buku ini juga sangat mudah sekali dipahami, apalagi buku ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.

Dengan membaca resensi ini, Anda bisa sedikit banyak memahami berbagai isu yang ada di Indonesia, antara lain masyarakat, ekonomi, budaya, gaya hidup, dan politik. Keberadaan buku ini tentunya akan membantu masyarakat  untuk meningkatkan literasi. Buku ini juga tidak kalah dengan novel-novel kaum milenials tetapi buku ini bisa membuat kita peka akan isu-isu sosial di sekitar kita.(*)

*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co



Berita Lainnya