Opini
Disrupsi: Transformasi Peran Guru di Era Digital

Oleh: Mohammad Makmun Qomar, M.Pd (Kepala SMP Negeri 42 Samarinda)
Era digital yang berkembang pesat memberikan pengaruh besar pada dunia pendidikan. Dunia pendidikan mengalami disrupsi dan tidak dapat menghindari perkembangan teknologi. Sebagai pintu gerbang pengetahuan dan keterampilan, dunia pendidikan harus beradaptasi dengan internet dan media sosial.
Guru sebagai tokoh sentral dalam dunia pendidikan tidak bisa berdiam diri menjauh dari hingar bingarnya perkembangan teknologi. Mau tidak mau, terpaksa atau dipaksa, guru harus melek teknologi. Dalam perkembangannya teknologi dan internet telah mengubah cara belajar dan mengajar. Peran guru, sebagai pilar utama dalam proses pendidikan, juga mengalami transformasi yang signifikan.
Peran Tradisional Guru
Secara tradisional, guru memiliki peran sebagai sumber utama pengetahuan bagi siswa. Guru mengajar berhadapan langsung dengan siswa. Guru mengajar secara terstruktur dan menjadi otoritas , penguasa tunggal di dalam kelas. Proses pembelajaran cenderung ceramah, bercerita tanpa membuka peluang untuk diskusi, penguatan, refleksi. Papan tulis berwarna hitam dan menulis dengan kapur adalah media utama dalam pembelajaran.
Buku Pelajaran dari tahun ke tahun tidak berubah. Guru dan Masyarakat Indonesia yang sekarang ini yang berusia lima puluh tahun ke atas saat duduk di bangku SD pasti memulai belajar membaca dengan ejaan: ini budi, ini wati, ini bapak budi. Cendurung bacaan sangat monoton tema-tema bacaan sangat terbatas.
Tantangan di Era Digital
Dunia sekarang ini berada pada abad 21. Abad ini ditandai dengan adanya internet dan teknologi digital. Akses informasi dari berbagai sumber dan belahan dunia manapun dengan cepat dan mudah diketahui. Guru sebagai salah satu sumber pengetahuan tidak bisa mengelak dari perkembangan teknologi ini. Hal ini menantang peran guru. Status quo, zona nyaman yang masih alergi dengan teknologi harus ditinggalkan. guru yang tidak terbuka dengan teknologi akan diacuhkan oleh siswanya. Siswa sudah belajar sampai dengan google maps, guru masih berkutat dengan peta tradisonal. Tidak ada salahnya memang dengan cara tradisional melihat peta, tetapi alangkah bagusnya guru mengembangkan cara melihat peta dengan google maps misalnya.
Guru harus adaftif dengan teknologi, ramah dengan perkembangan aplikasi-aplikasi media pembelajaran misal canva, quizizz, google form, office form, m-edukasi kemdikbud, KBBI Online Kemdikbud, google translator dan lain sebagainya. Apabila guru dalam proses pembelajarannya dengan menggunakan aplikasi-aplikasi yang sesuai dengan materi pelajarannya maka pembelajaran akan menyenangkan, efektif dan efesien mencapai tujuan pembelajaran.
Transformasi Peran Guru
Guru perlu meningkatkan peran dalam proses pembelajaran: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Proses pembelajaran tersebut tidak harus kaku tetapi harus fleksibel dengan menggunakan media pembelajaran yang adaftif digital. Berikut adalah beberapa transformasi peran guru di era digital:
Guru memfaatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Guru harus terampil dalam menggunakan alat-alat digital, seperti platform pembelajaran daring, aplikasi pendidikan, dan media sosial, untuk meningkatkan keterlibatan siswa. Teknologi bukan lagi musuh, melainkan alat bantu untuk memperkaya pengalaman belajar.
Akhir-akhir ini teknologi menjadi kambing hitam karena ada beberapa oknum guru yang sangat aktif dengan media sosial. Bukannya mengajar dengan baik, mereka membuat konten lucu-lucuan saat seharusnya menyelesaikan proses pembelajarannya. Siswa menjadi korban keaktifan oknum guru membuat konten. Guru harus dapat memilah waktu membuat konten dan waktu mengajar. Waktu mengajar kalau memang dibuat konten adalah konten yang memberi inspirasi mengajar untuk dibagikan kepada guru-guru lain. Bukan membuat konten saat mengajar tetapi untuk mengejar viral saja dan hampa value. Sebagai guru harus menyadari peran dan tugas utama yang harus diselesaikan dengan baik dan membahagiakan para siswa. Inilah guru guru badut yang membuat pelajaran menjadi menyenangkan, menarik. Guru dengan menjadi actor tersebut membuat pelajaran sulit menjadi mudah, Pelajaran berat menjadi ringan. Tugas guru juga menumbuhkan well morality, well learning, well attitude, well humanity dan lain-lain.
Guru mendorong pembelajaran mandiri. Era digital memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. Guru berperan membimbing siswa bagaimana mengakses dan memanfaatkan informasi yang tersedia. Guru membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi dan kolaborasi. Guru mengembangkan ladang amal dengan penanaman karakter perhatian (mindfulness), rasa ingin tahu (curiosity), keberanian (courage), ketahanan (resilience), etika (ethics) dan kepemimpinan (leadership).
Guru memfasilitasi kolaborasi. Teknologi memungkinkan kolaborasi antara siswa lebih mudah dan luas. Guru dapat membuka peluang Kerjasama lintas sekolah di berbagai kota atau negara lain. Siswa dengan petunjuk guru dapat merancang proyek-proyek yang mendorong siswa bekerja sama, baik di dalam kelas maupun dengan siswa dari sekolah lain atau bahkan negara lain.
Berbicara proyek tidak harus yang muluk-muluk harus mengeluarkan biaya yang besar. Siswa dapat berkolaborasi dengan siswal di sekolah lain misalnya proyek menanam sayuran, mulai dari proses penyiapan lahan, persemian bibit, pemupukan, dan panen. Semua dapat digitalisasikan atau siaran secara langsung dengan zoom, live tiktok atau aplikasi lainnya. Pembelajaran menjadi menarik selain mendapat pengetahuan, ketrampilan juga penambahan pertemanan. Guru dapat membuka kolaborasi seperti itu bahkan bisa lebih hebat lagi.
Guru mengembangkan pembelajaran berbasis proyek. Seperti disinggung di atas guru dapat mengembangkan kolaborasi antar sekolah, antar kota bahkan antar negara. Proyek-proyek ketrampilan dapat dikembangkan misalnya mengembangkan tarian daerah , sekaligus memberikan apresiasi. Bertukar dengan daerah lain. Proyek ini menjadi sangat menyenangkan. Mereka dapat mengambil gambar, mengedit dan ditambahi dengan narasi-narasi yang menarik. Siswa tentu sangat tertarik karena mereka belajar proyek relevan dengan dunia nyata. Ini membantu siswa menerapkan pengetahuan ketrampilan mereka dalam konteks yang lebih praktis dan nyata misalnya dikembangkan di media sosial.
Guru mengembangkan kompetensi digital. Aplikasi terus berkembang, guru tidak bisa hanya puas dengan menguasai satu aplikasi saja. Apalagi saat ini AI (Artificial Intelligence), yang juga dikenal sebagai kecerdasan buatan, adalah teknologi yang memiliki kemampuan pemecahan masalah layaknya manusia. Dalam praktiknya, AI akan mengancam tugas guru karena teknologi ini dapat mengenali gambar, menulis puisi, dan membuat prediksi berbasis data.
Dengan bantuan AI guru dapat mengembangkan kompetensi digitalnya. Apalagi guru-guru yang mempuyai email belajar id maka guru dapat sepuasnya belajar AI dicanva tanpa batas. Pemerintah telah memberi peluang mas dengan canva premium diberikan secara gratis. Tentu ini peluang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam pengembangan media pembelajaran atau lainnya.
Guru hidup di alam nyata, akan terhempas dari komunitas saat menjauh tehnologi dan internet. Guru akan menjadi manusia aneh di tengah-tengah kehidupan yang serba modern. Guru yang alergi perkembangan teknologi dan internet harus segera bangun. Ambil peran proses pengajaran yang lebih hebat, songsong esok lebih baik.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- Andi Singkeru Imbau Guru Tidak Menaikkan Siswa yang Belum Bisa Membaca
- Disdikpora PPU Dorong Pemerintah Pusat Tambah Formasi Guru di Tengah Perkembangan IKN
- Andi Singkeru Soroti Tantangan Guru dan Pendidikan di Daerah Terpencil PPU
- Kekurangan Guru di PPU, Proses Belajar Mengajar Terhambat
- Guru Diharapkan Jadi Benteng Moral bagi Siswa di Tengah Ancaman Pengaruh Negatif