Advertorial

Sonny Keraf: Kaltim Punya Potensi Besar Jadi Penghasil Energi Bersih dari Biomassa

Claudius Vico Harijono — Kaltim Today 27 Oktober 2025 19:00
Sonny Keraf: Kaltim Punya Potensi Besar Jadi Penghasil Energi Bersih dari Biomassa
Seminar EBT dalam rangkaian pengukuhan IKA Faperta Unmul. (Vico/Kaltim Today)

Kaltimtoday.co, Samarinda - Di tengah gencarnya wacana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia, suara berbeda datang dari Samarinda. Mantan Menteri Lingkungan Hidup, Alexander Sonny Keraf, memilih berpihak pada energi yang lebih membumi yang lahir dari tanah, sawit, dan ranting pohon atau biomassa.

Di hadapan mahasiswa, akademisi, dan pegiat lingkungan dalam Seminar Nasional Energi Baru Terbarukan di Era Net Zero Emission di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman (Unmul), Senin (27/10/2025) dalam kegiatan Pengukuhan Ikatan Alumni (IKA) Fakultas Pertanian (Faperta) Unmul, Alexander berbicara bukan sekadar soal teknologi, melainkan tentang arah masa depan energi Indonesia yang lebih manusiawi.

“Kaltim ini punya potensi besar dari biomassa. Dari cangkang, ampas sawit, sampai kayu atau ranting yang ditanam masyarakat semuanya bisa jadi sumber energi bersih,” ujar Alexander dengan nada optimis.

Menurutnya, dibandingkan membangun PLTN yang berisiko tinggi dan bergantung pada teknologi asing, energi terbarukan seperti biomassa, air, angin, dan surya justru memberi ruang luas bagi masyarakat untuk ikut berperan.


“Energi terbarukan tersebar di seluruh Indonesia. Artinya, anak-anak muda bisa berinovasi, membuka lapangan kerja, dan menjaga bumi sekaligus,” katanya.

Bagi Alexander, transisi energi bukan sekadar agenda global, melainkan soal keadilan sosial. Desa-desa terpencil yang masih gelap, katanya, harusnya bisa menikmati listrik dari sumber energi yang mereka hasilkan sendiri.


“Bayangkan kalau listrik dari biomassa bisa menerangi kampung, menghidupkan mesin pendingin ikan nelayan di timur Indonesia, atau membantu petani menyedot air di ladang. Itu baru yang disebut energi untuk rakyat,” ucapnya.

Namun, semangat itu tak selalu sejalan dengan kebijakan. Alexander menyayangkan masih tertutupnya ruang bagi investor energi terbarukan di Kaltim, termasuk dari PLN. 

“Sayang, ketika banyak yang mau serius ke energi bersih, justru pintunya belum dibuka lebar,” katanya lirih.

Pandangan Alexander sejalan dengan Ketua Perkumpulan Penyuluh Pertanian Swadaya Indonesia (PPPSI) Kaltim, Uri Darma Putera. Ia menilai sektor pertanian dan perkebunan memegang peran penting dalam pengembangan energi terbarukan di daerah.
“Kalau arah kebijakan energinya salah, petani yang paling dulu kena dampaknya,” tegas Uri.

Uri berharap kerja sama dengan kampus seperti Unmul dapat memperkuat riset dan inovasi di bidang pertanian energi, misalnya lewat pengembangan klaster padi atau hortikultura yang berbasis energi bersih. Selain menekan emisi, langkah ini juga bisa membuka peluang bagi regenerasi petani muda.


“Anak muda harus melihat bahwa bertani itu bukan pekerjaan kuno, tapi masa depan ekonomi hijau,” tambahnya.

[RWT | ADV IKA FAPERTA UNMUL] 



Berita Lainnya