Opini
Sumpah Pemuda dan Stigma Gen Z
Syifa Hajati & Muhammad Sarip (Tim Historia Kaltim, kolaborasi gen Z dan gen Y)
SEKITAR satu abad yang lalu, puluhan pemuda berusia 20-an tahun meet up. Titik kumpulnya di bukan di cafe, melainkan di sebuah gedung pertemuan di Batavia alias Jakarta. Berkumpulnya mereka bukan sekadar nongki tak jelas menghabiskan waktu belaka. Pertemuan Sugondo Djojopuspito, Mohammad Yamin, WR Supratman, dan pemuda lainnya menjadi peristiwa bersejarah yang selalu dikenang sepanjang masa.Generasi setelah mereka selalu merayakannya tiap 28 Oktober, bertajuk Hari Sumpah Pemuda.
Agustus 1945, sekelompok anak muda merencanakan sesuatu. Saat itu Jepang menyerahdalam Perang Dunia II. Amerika Serikat, Inggris, dan negara sekutunya yang menjadipemenang perang. Tapi Sukarno dan Hatta belum juga mengumumkan Indonesia Merdeka. Terjadilah penculikan terhadap dua pemimpin rakyat tersebut. Soekarni, Wikana, Aidit, Chairul Saleh, pemuda lainnya menjadi pelaku penculikan. Mereka mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1945 menjadi momen keramat bangsa Indonesia.
Pasca-Perang Dunia II dan bersamaan juga dengan awal masa Kemerdekaan Indonesia, lahirlah generasi boomers. Dua dekade kemudian para pemuda boomers menjadi pelaku sejarah. Saat situasi Negara Indonesia terpuruk, pada 1966 mahasiswa dan pemuda boomers berperan dalam proses penghentian rezim Orde Lama.
Generasi pertama pasca-boomers, yakni gen X, terutama yang kelahiran 1970-an turut mencetak sejarah. Mereka menumbangkan rezim Orde Baru Soeharto. Gerakan mahasiswa 1998 mengubah sebutan zaman menjadi era Reformasi.
Setelah gen X, muncul gen Y yang lahir pada masa kejayaan Orde Baru. Generasi yang dikenal pula dengan istilah milenial ini berkelahiran pada 1980 hingga 1995. Pergerakan gen Y saat berusia 20-an tahun agak berbeda dengan gen-gen sebelumnya. Tak ada peristiwa kolosal atau sangat fenomenal, kecuali berpartisipasi dalam penggantian kepemimpinan nasional pada 2021–2022. Demonstrasi mahasiswa saat itu berada dalam pusaran konflik antar-elite yang mengganti Presiden Gus Dur dengan Wakil Presiden Megawati.
Gen milenial hingga berusia lebih dari 30 tahun masih sering kali disebut-sebut pada medio tahun 2010 hingga 2020. Di saat itu gen Z yang lahir pada 1996–2009 sudah mulai beranjak remaja. Sebagian orang keliru mengidentifikasi kelompak usia atau kelahiran milenial dan gen Z. Bahkan ada gen Z yang sempat menyangka bahwa mereka termasuk milenial. Sebaliknya, ada pula gen Z yang menganggap era kepemudaan generasi mereka dimulai saat terjadinya pandemi Covid-19.
Bagaimana dengan gen Z? Apa yang bisa atau sudah mereka bikin?
Sudah terlalu sering gen Z diberitakan sebagai kelompok anak muda dengan predikat yang negatif. Dibilang generasi cengeng, mager, pemalas, lemah mental, dan lain-lain. Sering pula gen Z dibanding-bandingkan dengan generasi sebelumnya. Dari semua generasi, gen Z dianggap sebagai angkatan yang paling bodoh dan buruk.
Dalam konteks momen Sumpah Pemuda, eksistensi gen Z seolah makin terpuruk. Gen Z dituding nongki di cafe membuang-buang waktu tanpa hasil. Bagaimana mau bikin aksi selevel Sumpah Pemuda yang berskala nasional, jika di dunia usaha saja gen Z dilabeli sepuluh karakter buruk!
Sejak pertengahan Oktober 2024 media-media bergantian tiap hari menayangkan pemberitaan tentang gen Z. Substansi infonya bukan hal positif. Dikabarkan bahwa banyak perusahaan yang memecat karyawan dari kelompok gen Z karena sepuluh alasan. Dikatakan bahwa gen Z itu (1) kurang motivasi dan inisiatif dalam bekerja, (2) kurang profesional; (3) kurang kemampuan organisasi, (4) kurang kemampuan komunikasi, (5) kurang bisa menanggapi feedback dari atasan atau klien, (6) kurang pengalaman kerja yang relevan, (7) kurang dalam memecahkan masalah, (8) kemampuan teknisnya tidak efisien, (9) tidak bisa berbaur dengan budaya perusahaan, (10) kesulitan bekerja tim.
Selain sepuluh karakter, ditambah pula sifat negatif pada gen Z. Disebut bahwa gen Z memiliki attitude yang jelek, tidak beretika, tidak disiplin. Intinya tidak profesional.
Sebenarnya stigma atau stereotip negatif sebuah generasi, itu tak hanya terjadi pada gen Z. Tiap generasi punya stigma masing-masing. Generalisasi sifat kejelekan pada sebuah generasi merupakan hal yang tidak adil. Sifat dan karakter buruk yang disematkan pada gen Z, pada hakikatnya juga ada pada generasi-generasi sebelumnya. Namun, keburukan tersebut sifatnya secara individual, bukan secara komunal. Individu gen Z, gen Y, gen X atau boomers yang berbuat buruk tentu tidak direpresentasikan sebagai karakter umum sebuah generasi. Sangat penting mengimplementasikan logika berpikir supaya tidak sesat nalar.
Angkatan pertama gen Z saat mereka berusia 20-an tahun, telah membuat gebrakan yang bisa dibilang cukup fenomenal. Pada 2019 gen Z dari kelompok mahasiswa dan pelajar melakukan aksi demonstrasi terbesar setelah reformasi 1998. Gerakan mereka masif dan serantak di banyak kota di seluruh Indonesia. Saat itu yang diperjuangkan adalah menolak Rancangan KUHP dan revisi Undang-Undang KPK. Proses legislasi itu dianggap melemahkan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Terlepas dari tuntutan unjuk rasa yang belum tercapai, setidaknya kelompok gen Z membuktikan bahwa mereka pun peduli dengan situasi bangsa dan negara serta ada effort nyata untuk kepeduliannya.
Jadi, problematikanya adalah soal mindset. Terjadi glorifikasi untuk generasi terdahulu dan stereotip negatif untuk generasi termuda. Sebuah aksi positif beberapa orang tempo dulu diglorifikasi sebagai karakter umum generasinya. Sementara sampel perbuatan negatif beberapa anak muda masa kini direpresentasikan sebagai karakter populasi generasinya.
Perbedaan dan perubahan zaman mesti dipertimbangkan supaya kita bisa melihat bagaimana adaptasi dan dinamika tiap generasi. Banyak pula gen Z yang berprestasi dan berkompetensi pada multibidang. Satu dari labeling positif bagi gen Z adalah tentang kreativitas dan kecerdasan mereka dalam penggunaan teknologi dan digitalisasi.
Jangan lupa, gen Alfa yang riil digital native sudah lahir sejak 2010. Pada pemilu nasional 2029 mendatang suara yang akan diperebutkan tidak hanya gen Z. Begitu Presiden Prabowo Subianto memasuki tahun kelima masa pemerintahannya, bocil-bocil gen Alfa sudah mempunyai KTP dan mereka punya hak pilih dalam politik elektoral.
Selamat Hari Sumpah Pemuda 2024.
Selamat belajar dari sejarah kepemudaan yang gilang-gemilang dari masa ke masa, dari generasi ke generasi.
Stop bilang dengan tendensius, “Zaman kami dulu....” (*)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Sudah 30 Hari Kasus Muara Kate Tanpa Kejelasan, Koalisi Masyarakat Sipil Kembali Desak Pj Gubernur Kaltim Bertindak
- Dengar Aspirasi Petani Kaltim, Sarifah Suraidah Janji Perjuangkan Stabilitas Harga Pupuk
- PBB Tetapkan Hari Danau Dunia, Danau Matano Jadi Contoh Sinergitas Konservasi Air
- DJPb dan Pemprov Kaltim Serahkan DIPA dan Buku Alokasi TKD Digital ke Kepala Daerah dan Pimpinan Unit Satuan Kerja
- Tragedi Muara Kate di Paser Belum Usai, Natalius Pigai Justru Soroti Minimnya Peran Media