Opini
Nudge Theory dan Perubahan Perilaku
Oleh: Muhammad Wahdini (Penggerak @komikbangsaku, ASN Pemkot Balikpapan)
Salah satu materi yang sangat menarik pada kegiatan Young Environmental Summit (YES) yang saya ikuti di Chiangmai, Thailand pada 15-19 Februari lalu adalah soal Nudge Theory (Teori Dorongan) sebagai pendekatan dalam ilmu perilaku.
Mengapa menarik? karena ternyata dalam banyak hal, pengambilan keputusan manusia tidak sepenuhnya rasional, dan ini berpengaruh pada bagaimana merancang kebijakan yang tepat dalam berbagai aspek: baik ekonomi, sosial kemasyarakatan dan juga lingkungan.
Setidaknya ada 2 sistem yang mempengaruhi manusia membuat keputusan: Sistem 1: Berfikir Cepat (Thinking Fast) , dan sistem 2: Berfikir Lambat (Thinking Slow) .
Pada sistem 1, pemikiran cenderung cepat, otomatis, dan intuitif. Biasanya didasarkan pengalaman dan insting, sehingga relatif tidak terkait dengan aktivitas yang kita sebut sebagai ‘berpikir’. Menghindari bola yang datang tidak terduga, atau tersenyum melihat anak anjing yang lucu adalah contoh sistem 1.
Sedangkan pada sistem 2, pemikiran lambat, reflektif, dan analitik, sehingga membutuhkan usaha mental yang lebih besar. Menulis, menghitung, atau menentukan arah, adalah contoh dari sistem 2 yang sifatnya memang kita lakukan secara sengaja dan penuh kesadaran.
Nah, pada hal yang berkaitan dengan urusan sehari-hari, kita cenderung menggunakan sistem 1 karena lebih efisien dan tidak perlu pikir panjang.
Sebagai contoh, misalnya, adanya tempat sampah yang dipilah menjadi 3 jenis yaitu: organik, anorganik, dan B3. Pemilihan 3 jenis ini didesain dan diharapkan agar memudahkan dalam proses pemilahan sampah proses selanjutnya, agar sampah ada yang didaur ulang dan tidak semuanya berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA).
Namun, harapan agar masyarakat dapat memilah sesuai dengan jenisnya cenderung tidak efektif karena membutuhkan sistem 2 untuk bekerja. padahal masyarakat cenderung ingin cepat-cepat membuang sampah, dan sistem 1 lebih dominan. Akhirnya, sampah yang harapannya dapat terpilah sesuai jenisnya malah tercampur.
Untuk menjembatani kecenderungan masyarakat yang menggunakan sistem 1 dalam mengambil keputusan sehari-hari, maka diperlukan Nudge Theory sebagai pendekatan desain kebijakan agar mencapai perubahan perilaku yang diinginkan.
Nudge Theory
Nudge Theory ditemukan oleh Richard H Thaler dan Cass R. Sustein. Secara harfiah dimaknai "menyentuh dengan siku" atau "menyenggol" yang secara efektif mempengaruhi keputusan individu, dan kelompok tanpa paksaan.
Bila selama ini banyak pendekatan kebijakan publik berasal dari aturan yang aksiomatik, maka Nudge membawa arah perubahan jadi sebuah pilihan yang mau tidak mau akan diikuti dengan kesukarelaan. Dengan adanya pilihan, orang tidak merasa terpaksa untuk mengikuti, semua bebas memilih atas pilihan yang tersedia, walaupun pilihan yang kita arahkan punya banyak benefit ketimbang pilihan lain.
Nudge ingin membantu orang untuk membuat pilihan yang lebih baik tanpa menghilangkan hal mereka untuk memilih. Dengan dorongan, bukan perintah, paksaan, dan ancaman.
Sebagai contoh, pada opsi pengurangan kantong plastik saat berbelanja. Alih-alih melarang penggunaan plastik dan mengarahkan untuk membawa kantong belanja sendiri, pada Nudge theory, opsi kantong plastik tetap ada, tapi harga dinaikkan hingga konsumen berfikir untung rugi bila harus menambahkan biaya kantong plastik pada struk belanjanya.
Pada gilirannya, membawa kantong belanja sendiri menjadi opsi terbaik dari pada rugi beli kantong plastik.
Contoh lainnya yaitu kampanye pengurangan botol minum plastik dengan membawa botol minum sendiri (tumbler). Saat ini, pemerintah terus menggalakkan gerakan 1 Juta Tumbler sebagai upaya untuk mengurangi dampak plastik dan meningkatkan kesadaran masyarakat menggunakan botol minum sendiri. Namun pertanyaannya, bagaimana jika di tengah perjalanan air minum habis, apakah kemudian mampir ke warung dan mengisi ulang air minum dari botol kemasan plastik? Bukankah sama saja tidak ada pengurangan sampah plastik?
Untuk saat ini pilihan Nudge pada problem di atas tidak banyak tersedia. Mengharapkan produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) agar mengurangi produksi botol plastik juga tidak mudah. Lalu apa jalan tengahnya? Idealnya, pemerintah mengarahkan produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) untuk mulai memberikan opsi pada pembuatan Stasiun Air Isi Ulang (Refill Water System) yang mudah ditemui. Dengan adanya stasiun air isi ulang, akan mendorong orang untuk membawa botol dari rumah ketimbang membeli botol plastik yang cenderung merusak lingkungan, apalagi harga yang ditawarkan lebih murah karena hanya membeli air saja.
Metode EAST
Untuk merancang bangun upaya perubahan perilaku menggunakan Nudge Theory, salah satu metode yang mudah digunakan adalah dengan menggunakan teknik EAST yaitu: Easy, Attractive, Social, dan Timely. Metode ini dikembangkan oleh Behavioral Insights Team, yang bekerja sama dengan UK Government.
Sebagai contoh, metode ini setidaknya membantu project kami di media sosial yaitu: @komikbangsaku dalam merancang bangun upaya penyadaran lingkungan melalui komik peduli lingkungan. Jamak diketahui, kesadaran soal membuang sampah pada tempatnya menjadi persoalan mendasar yang kerap dijumpai di manapun. Berbagai kebijakan dan inisiatif dilakukan untuk mengatasi masalah ini, namun kami bergerak pada hal yang lebih mudah diterima yaitu melalui komik.
Dengan komik, pesan-pesan lingkungan dengan mudah (Easy) dipahami dan diterima tanpa merasa digurui. Tidak hanya bagi anak kecil tapi juga orang dewasa. Dengan visual komik yang menarik, ini akan membuat eye catching untuk memikat perhatian dan minat individu untuk membacanya (Attractive). Dari project media sosial, @komikbangsaku pada gilirannya bisa diarahkan menjadi sebuah gerakan sosial untuk menggerakkan individu untuk peduli lingkungan (Social). Dan pada akhirnya, pesan-pesan @komikbangsaku dapat diaplikasikan pada setiap event atau kegiatan yang berpotensi menyebabkan timbulan sampah yang dibuang sembarangan (Timely).
Dalam mengimplementasikan Nudge Theory dengan pendekatan EAST, contoh yang diambil dari proyek media sosial @komikbangsaku menunjukkan efektivitasnya dalam menyampaikan pesan lingkungan.
Dengan menyajikan pesan-pesan lingkungan melalui komik, metode ini memastikan pesan mudah dipahami, menarik perhatian, dapat dijadikan gerakan sosial, dan diterapkan pada waktu yang tepat. Contoh ini menunjukkan bagaimana pendekatan ini dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks untuk merancang perubahan perilaku yang diinginkan dengan lebih efektif.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Armada Pengangkut Sampah PPU Kurang, DLH Usulkan Penambahan Dua Unit Baru
- DLH PPU Ingatkan Masyarakat untuk Taat Aturan Pembuangan Sampah
- DLH PPU Terima Bantuan Excavator dan Bulldozer untuk Tingkatkan Pengelolaan Sampah
- Rencana Pembangunan SPAS di PPU Batal, DLH Fokus pada Alternatif Pengelolaan Sampah
- DLH PPU Jajaki Kerja Sama untuk Hadirkan Produk Daur Ulang Bernilai Ekonomi Tinggi