Opini
Pertamax Kosong di Balikpapan

Catatan Rizal Effendi (Mantan Wali Kota Balikpapan, Jurnalis Senior)
SAYA tak bisa melayat ke Samarinda, Selasa (20/5/2025). Padahal yang meninggal teman seprofesi saya. Wartawan senior Bung Aan Reamur Gustam. Dia bersama saya pernah ditugasi Pak Dahlan Iskan mempersiapkan penerbitan koran harian ManuntunG alias Kaltim Post pada tahun 1988 atau 37 tahun silam.
Saya hanya bisa berkirim doa. Semoga almarhum Bung Aan husnul khotimah. Dia meninggal dunia di RS SMC Samarinda, Selasa pukul 11.02 Wita setelah mendapat perawatan intensif. Banyak wartawan melayat ke rumah duka di kompleks perumahan PWI, Air Hitam.
Penyebab saya tak bisa ke Samarinda gara-gara terjadi kelangkaan BBM di Balikpapan dalam beberapa hari ini. Hampir semua SPBU tak bisa melayani. Yang kosong terutama Pertamax dan Pertamax Turbo. Jadi yang tersedia hanya Pertalite dan solar. Pertalite tak bisa beli bebas karena harus pakai barcode.
Saya lihat jarum penunjuk tangki BBM di mobil saya tinggal satu strip. Jadi tidak mungkin berangkat ke Samarinda. “Apa boleh buat, yang penting sudah ada niat kita melayat,” kata wartawan Sjarifuddin Hs, yang akrab dipanggil “Jenderal.” Dia tadinya mau barengan ke rumah duka.
Tak jadi ke Samarinda saya bertemu dengan Rudy Novrianto, eks wartawan Majalah Tempo Jakarta. Dia kebetulan ada di Balikpapan. Habis dari Ibu Kota Nusantara (IKN). Tak lagi di Tempo, Rudy mendampingi Basuki Hadimuljono sejak dari menteri sampai menjadi ketua Otorita IKN.
Dia kaget dan heran melihat kemacetan di kota Balikpapan karena orang lagi antre pengisian BBM di semua SPBU. “Aneh juga di kota yang ada kilang minyak Pertamina ini, tapi terjadi kelangkaan BBM,” katanya dengan wajah tak habis pikir.
Kilang minyak Pertamina di Balikpapan lagi diperbesar kapasitasnya melalui proyek RDMP. Dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu. Ini terbesar di Indonesia. Jadi kurang apa lagi kebesarannya.
Sebenarnya antre BBM di Balikpapan sudah lama terjadi. Terutama antre solar. Tapi kali ini yang kosong di tangki SPBU adalah Pertamax. Itu terjadi karena suplai BBM-nya dari Pertamina Patra Niaga lagi macet. Setidaknya tidak lancar. Akibatnya orang menunggu berjam-jam bahkan berhari-hari.
Bagi mereka yang tidak tahan dan mendesak, mau tak mau membeli BBM eceran yang dijual pedagang kaki lima di pinggir jalan. Harganya naik sampai tiga kali lipat. Ada yang dijual sampai Rp40 ribu atau Rp50 ribu per liter. Bayangkan.
Hebat juga pedagang BBM eceran ini. Di tengah warga kesulitan mendapatkan BBM di SPBU mereka masih punya stok. Ada yang mengaku belinya ke Samarinda dan Penajam baru dijual di Balikpapan. “Masih untung,” kata Pak Udin, salah seorang penjual BBM di Kampung Baru.
Sementara itu, akibat membawa BBM dalam jeriken, sebuah mobil angkot terbakar di kawasan Telindung, Balikpapan Utara, Senin malam. Sebelumnya mobil itu menyeruduk pagar rumah, lalu meledak dan terbakar.
Mantan anggota DPRD Kaltim Ir Adam Sinte urung ikut antrean BBM di SPBU Lapangan Merdeka. “Masih berjejal,” katanya. Dia khawatir dengan kondisi ini. “Oh Balikpapanku, bisakah saya katakan kali ini darurat sipil,” katanya di WA Group.
Tak jelas apa penyebab kelangkaan BBM di Kota Minyak ini? Ada yang bilang karena salah satu tangki penampungan milik Patra Niaga mengalami perbaikan. Jadi stok yang ada tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat.
Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Kalimantan Edi Mangun melalui video menjelaskan, BBM di wilayah Balikpapan tetap tersedia meski terdapat keterlambatan pendistribusian dalam beberapa hari terakhir.
Dia menyebutkan kelangkaan juga terjadi akibat lonjakan permintaan jenis Pertamax di sejumlah SPBU sampai 370 KL per hari. Selain ada proses stock opname. “Sekarang kita melakukan pengalihan distribusi dari fuel terminal Balikpapan ke fuel terminal Samarinda. Masyarakat tidak usah panik, distribusi segera normal,” katanya begitu. Selain dari Samarinda, Pertamina juga mendatangkan bantuan BBM dari Banjarmasin.
“TERBAKAR” DI DPRD
Menanggapi keluhan masyarakat, DPRD Balikpapan yang diketuai Alwi Al Qadri menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan jajaran Pertamina Patra Niaga Kalimantan. Yang datang di antaranya Edi Mangun, manajer Humasnya, Sales Area Manager Retail Henry Eko serta pejabat lainnya.
RDP menjadi “terbakar” menyusul pernyataan protes yang keras dari anggota Dewan Halili Adi Negara dari Fraksi PKB. Videonya beredar luas di media sosial. Halili sambil berdiri menuding perwakilan Pertamina yang dianggapnya memberikan penjelasan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. “Saya sudah cek ke lapangan, masih antre di mana-mana,” katanya keras.
Hal yang sama juga dilontarkan anggota Dewan yang lain. “Pertamina maunya apa? Mau terus menguji kesabaran masyarakat? Ini jelas salah tata kelola,” kata Andi Arif Agung, anggota Dewan dari Fraksi Golkar.
Menurut Alwi, warga Balikpapan sudah berkali-kali mendapat perlakuan tidak nyaman dari Pertamina. Mulai kelangkaan solar, LPG 3 kg sampai soal oplosan di mana Pertamina menjanjikan menyiapkan bengkel gratis.
“Ternyata prank saja,” tandasnya.
Tak tahan mendapat hujatan, perwakilan Pertamina Niaga melakukan aksi walk out (WO). Mereka mengaku di RDP itu mendapat intimidasi. Jadi memilih angkat kaki ketimbang disemprot habis-habisan. “Saya merasa terintimidasi,” kata Edi Mangun dengan wajah masygul.
Terlepas adanya aksi WO, akhirnya RDP DPRD Balikpapan mengeluarkan sejumlah pernyataan dan kesepakatan bersama Pertamina Patra Niaga Kalimantan. Di antaranya Pertamina menyampaikan permintaan maaf, harus menjamin lancarnya distribusi, mengevaluasi kinerja manajer Humas serta siap mengundurkan diri kalau gagal mengatasi kelangkaan BBM di Balikpapan.
Malam tadi saya kaget mendapat WA dari seorang warga. Dia tanya apa saya masih bisa menjadi wali kota lagi. Saya bilang tak memungkinkan karena ada aturannya cukup dua kali saja. “Kami bingung mau mengadu ke mana soal BBM,” katanya
Gara-gara kelangkaan BBM banyak warga menyorot kepemimpinan keluarga Bani Mas’ud. Jagat medsos ramai berkomentar miring. Yang dituju adalah Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud, Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud dan Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud. “Bukankah mereka bisnisnya minyak, kok tidak bisa mengatasi kelangkaan minyak di daerah sendiri,” tanya Samsu, warga Karang Rejo.
Warga menyadari urusan suplai BBM tidak langsung di tangan pemerintah daerah. Tapi di bawah kendali PT Pertamina Patra Niaga. “Tapi harusnya ada koordinasi dan upaya maksimal dari Pemda bagaimana kelangkaan bisa diatasi. Kan mereka pemain minyak, jadi harusnya tahu bagaimana mengatur distribusi dan suplai minyak agar selalu lancar,” kata Agus, warga Sepinggan.
Wali Kota Rahmad Mas’ud yang baru berada di Balikpapan tadi malam langsung melakukan peninjauan ke sejumlah SPBU. Kepada awak media dia mengatakan, dia turun untuk memastikan pelayanan 24 jam yang dijanjikan harus berjalan.
Dia mengaku memahami paniknya warga karena terjadi kelangkaan BBM. “Tapi kita lihat sendiri antrean sudah berjalan normal. Terima kasih kepada semua warga yang menjaga kota tetap kondusif,” katanya didampingi pihak Pertamina Patra Niaga.
Sebelumnya Rahmad sempat mengimbau masyarakat jangan panik. “Pemkot sudah berkoordinasi. Beli BBM secukupnya, jangan berlebihan,” katanya begitu sebelum tiba di Balikpapan.
Seorang warga bernama Hasfi berkomentar. “Kita sudah terlalu bijak. Mau beli satu liter saja tidak ada di SPBU, kurang apa bijaknya kita,” katanya ketus.
Ada video baru dibuat Kutai News. Sudah beredar di media sosial. Judulnya: “Sejarah & Ironi Kota Balikpapan yang Warganya Sulit Dapat BBM.” Di situ diceritakan awal mulanya sejarah Kota Balikpapan dengan pengeboran minyak pertama di Sumur Mathilda, Gunung Kemendur. Namun ironinya, kota yang lahir karena minyak justru di masa kini masyarakatnya terkadang harus antre untuk mendapatkan setetes BBM.
“Balikpapan tetap Kota Minyak, tapi mungkin kini karena lebih karena sejarahnya, bukan karena nyatanya,” begitu narasi yang menutup video dari Kutai News.
Situasi SPBU di Balikpapan, Rabu kemarin berangsur pulih. Sejumlah SPBU dijaga polisi dan aparat Satpol PP. Antrean tidak lagi mengular. Kilang minyak Balikpapan juga dijaga satuan Brimob. “Dalam sejarah Balikpapan rasanya baru sekali ini terjadi kekosongan BBM begitu parah. Kita mati di lumbung minyak,” kata Rustam nyeletuk. (*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Pemprov Kaltim Targetkan 400 Koperasi Merah Putih Rampung Sebelum 12 Juli 2025
- Gubernur Kaltim Tegaskan Komitmen Pembangunan Inklusif di Seminar Nasional ICDN 2025
- Data Pribadi Disebar ke Publik, Pendiri Media Selasar.co Lapor Polisi
- Ribuan Ojek Online Bakal Offbid Massal dan Demo di Kantor Gubernur Kaltim Besok, Tuntut Kenaikan Tarif Dasar Layanan
- Doktrin Agama dan Pilihan Hidup Versi Ermioni