Advertorial
Warga Lamin Datuq Dukung Edi-Rendi, Buah Pembangunan Nyata di Pedalaman
Kaltimtoday.co, Tenggarong - Di sebuah dusun terpencil di Kutai Kartanegara, perubahan telah datang, mengalir pelan seperti aliran air bersih yang kini memenuhi kebutuhan warga setiap hari.
Desa Bendang Raya, yang dulunya hanya mengenal temaram malam dari cahaya minyak tanah, kini mulai merasakan sentuhan pembangunan yang mengubah hidup mereka. Perubahan ini menjadi alasan kuat bagi warga desa untuk tetap setia mendukung pasangan Edi Damansyah dan Rendi Solihin dalam Pilkada 2024.
Di RT 01 Dusun Lamin Datuq, Lasiman, salah seorang tokoh masyarakat, tak pernah menyangka bahwa desanya akan menikmati fasilitas dasar seperti listrik dan air bersih. Pria yang telah tinggal di sana sejak 1996 ini dengan mata berkaca-kaca mengenang masa-masa sulit ketika mereka hanya bisa bermimpi tentang kemajuan.
"Dulu, desa ini seperti terlupakan. Listrik tidak pernah masuk, dan setiap malam kami hanya mengandalkan lampu minyak untuk penerangan. Tapi, alhamdulillah, sejak tahun lalu, listrik sudah masuk ke desa. Ini membawa perubahan besar," ucap Lasiman dengan nada penuh rasa syukur.
Bagi warga desa seperti Lasiman, kehadiran listrik bukan sekadar kemewahan, melainkan titik balik bagi kehidupan mereka. Cahaya lampu di rumah-rumah warga kini tidak hanya menerangi malam, tetapi juga membawa secercah harapan baru bagi masa depan mereka.
"Anak-anak sekarang bisa belajar di malam hari. Kami tidak lagi khawatir kehabisan bahan bakar untuk lampu minyak," tambahnya.
Air bersih, yang dahulu menjadi barang langka dan berharga, kini mengalir lancar di setiap rumah. Lasiman mengenang masa-masa ketika warga harus berjalan jauh untuk mengambil air dari sumber alami.
"Dulu, kami harus menunggu giliran di sumber air, terkadang harus menempuh perjalanan cukup jauh. Sekarang, aliran air di desa kami sudah stabil, mencukupi kebutuhan sehari-hari," tambahnya.
Tak hanya listrik dan air bersih, perbaikan jalan menjadi faktor penting yang mempermudah hidup warga.
"Dulu, kalau hujan, jalanan berubah jadi lumpur. Sulit sekali untuk dilewati. Sekarang, jalan sudah bagus, dan itu sangat memudahkan kami, terutama para petani yang harus membawa hasil panen ke pasar," ujar Lasiman, yang mayoritas warga desanya adalah petani.
Namun, di balik syukur yang tak terhingga, Lasiman masih menyimpan harapan besar untuk masa depan desanya. Ia berharap ada pengembangan irigasi pertanian dan percetakan sawah baru yang akan meningkatkan produktivitas pertanian mereka.
Cerita yang serupa juga datang dari Nastakim, seorang petani berusia 46 tahun yang tinggal di desa tersebut sejak 1997. Ia masih ingat betul betapa sulitnya kehidupan tanpa listrik di masa lalu.
"Ketika kami pertama kali membuka lahan, musim kemarau panjang di bulan Agustus menyulitkan kami. Listrik belum ada, dan kami harus menggunakan lampu tembok untuk penerangan. Baru setahun ini kami benar-benar bisa menikmati listrik," kenangnya.
Tanpa listrik, kehidupan di desa begitu terbatasi. Aktivitas warga, terutama para petani, terhambat karena kurangnya penerangan dan infrastruktur dasar.
"Sawah pun sulit dikelola karena penghasilan kurang. Mayoritas dari kami adalah petani, tapi tanpa listrik, kegiatan pertanian jadi sangat terbatas," jelas Nastakim.
Kini, dengan listrik yang sudah masuk ke masjid, kegiatan keagamaan pun menjadi lebih mudah dilakukan. Dahulu, mereka bahkan terpaksa melaksanakan ibadah dalam gelap karena listrik tenaga surya yang mereka andalkan sering kali tidak cukup.
Perubahan lain yang sangat dirasakan adalah akses air bersih yang lebih mudah didapat. Pengeboran sumur di RT 01 membantu warga dalam mencukupi kebutuhan air mereka sehari-hari. Meski begitu, infrastruktur jalan masih menjadi mimpi besar bagi Nastakim dan warga lainnya.
"Kami masih berharap jalan ini bisa tembus hingga ke Pasar Mangkurawang. Sekarang, jalanan masih sulit dilewati, terutama ketika hujan," ujar Nastakim.
Harapan untuk perbaikan jalan bukan hanya demi kemudahan transportasi, tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Nastakim, yang kini beralih menanam sayur setelah bertahun-tahun hanya menanam padi, berharap agar sawah-sawah di desanya bisa lebih mudah diakses.
"Kami juga berharap ada jalan yang tembus ke sawah, agar lahan bisa dikelola dengan lebih baik," tambahnya.
Desa Bendang Raya, dengan segala keterbatasannya, kini mulai bangkit. Kehadiran listrik, air bersih, dan perbaikan infrastruktur yang perlahan mulai terlihat, telah mengubah wajah desa ini.
Warga seperti Lasiman dan Nastakim yang dulu hanya bisa bertahan dengan harapan kini melihat masa depan yang lebih cerah, berkat perhatian dari pemerintahan Edi Damansyah dan Rendi Solihin. Tak heran, dukungan mereka terhadap pasangan petahana ini semakin menguat.
Bagi mereka, Edi Damansyah dan Rendi Solihin bukan sekadar pemimpin, melainkan perwujudan dari mimpi-mimpi yang selama ini terkubur dalam pelosok desa.
Mereka adalah harapan bahwa perubahan akan terus berlanjut, bahwa desa mereka tidak akan lagi terpinggirkan, dan bahwa kemajuan yang telah dimulai akan semakin terasa di masa mendatang. Warga desa kini menatap Pilkada 2024 dengan keyakinan bahwa pasangan ini mampu membawa Kutai Kartanegara menuju masa depan yang lebih baik.
[RWT | ADV]
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- Minimalisir Risiko Kecelakaan Kerja hingga Kematian KPPS di Pilkada, KPU Tetapkan Syarat Khusus dan Jaminan BPJS
- Basri Kedapatan Temui Pejabat Pemkot, Pengamat: Mainnya 'Kurang Cantik'
- Pemerintah Tunda Penyaluran Bansos dari APBD hingga Pilkada 2024 Usai
- Gelar Kampanye Akbar, Edi Damansyah Paparkan 17 Program Unggulan, Dari Subsidi Biaya Pendidikan Hingga Bantuan UMKM
- Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik Tinjau Logistik Pilkada Kaltim 2024