Opini
Merespon Krisis Multidimensi di Era Pandemi
Oleh: Alanray Yarra Renaya ( Mahasiswa Prodi KPI UINSI Samarinda)
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak kerugian besar dalam berbagai bidang, baik sosial, budaya maupun keagamaan, seperti umat Islam yang tidak bisa merayakan hari raya dengan suka cita. Selain itu, roda perekonomian tidak berputar dengan normal akibat dari pembatasan sosial. Adapun dampak yang paling besar dari pandemi Covid-19 adalah hilangnya nyawa dari para korban yang terpapar virus mematikan ini. (Arifianto, 2020) Sehingga inilah yang disebut sebagai Krisis Multidimensi.
Krisis multidimensi meliputi berbagai sektor mulai dari kesehatan, ekonomi, politik, bahkan hingga krisis informasi. Krisis multidimensi tidak hanya dialami oleh beberapa negara saja, namun seluruh negara di dunia merasakan krisis tersebut. (Aziz, 2020).
Dampak dari krisis multidimensi amat nyata gangguannya dan sangat berpengaruh besar terhadap tatanan kehidupan masyarakat. Beragam respon yang ditunjukan masyarakat terhadap keadaan pandemi ini berupa kebingungan, kecemasan, sampai acuh tak acuh, serta ketidakmengertian terhadap kondisi dan kebijakan yang diterapkan. (Maella, 2020)
Respon cendekiawan Barat terhadap krisis di Era Pandemi (Slavoj Žižek)
Mengutip dari Martin Luther King di dalam bukunya yang berjudul Pandemic Slavoj Žižek, ia mengatakan bahwa “Kita semua mungkin datang dengan kapal yang berbeda, tetapi kita berada di kapal yang sama sekarang.” Hal ini dapat dimaknai bahwa, di manapun kita saat ini, kita berada dalam cobaan yang sama, yakni pandemi Covid-19. (žižek, 2020)
Pandemi Covid-19 memberikan kepanikan yang sangat besar. Dalam menghadapi pandemi Covid-19, Slavoj Žižek berpendapat bahwa kepanikan bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi ancaman yang nyata. Ketika panik, maka kita akan menganggap ancaman tersebut merupakan hal yang serius, namun sebaliknya jika kita tidak panik justru kita cenderung meremehkan hal tersebut (žižek, 2020).
Dalam hal ini, Žižek ingin memberikan gambaran bahwa kita berada dalam kondisi yang sulit maka jangan semakin mempersulit kehidupan dengan merespons ancaman dengan kepanikan, karena ketidakpanikan terhadap sesuatu merupakan obat bagi diri.
Žižek juga berpendapat bahwa pandemi Covid-19 merupakan pesan balasan alam kepada kita. Ketika manusia melakukan keburukan kepada alam, seperti merusak alam, maka alam akan memberikan timbal balik atas apa yang telah kita lakukan yakni berupa bencana alam. Namun sebaliknya, jika kita merawat dan menjaga alam, maka alam akan memberikan keamanan ketenangan kepada kehidupan manusia dengan memberikan sumber daya alam yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Respon Muslim terhadap Pandemi
Bagi umat beragama, tekhusus umat Islam, tentu memiliki cara pandang tersendiri mengenai pandemi ini. Sebagian muslim memandang bahwa pandemi merupakan ujian dari Allah untuk menaikan derajat seorang hamba. Ada juga yang beranggapan bahwa pandemi adalah azab Allah terhadap perbuatan manusia. Di sisi lain, pandemi merupakan koreksi besar atas kesalahan manusia karena tidak perduli terhadap alam. (CNN Indonesia, 2021)
Jika menilik ke belakang, dalam sejarah peradaban Islam pada masa Rasulullah ﷺ juga pernah terjadi wabah. Dalam tindakan pencegahan wabah Rasulullah sudah memberikan panduan bagaimana harus bersikap, hal ini termaktub dalam Hadis Rasulullah yang berbunyi:
“Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri.” (H.R. Muslim No.4114)
Hadis ini pun menjadi salah satu basis seorang muslim dalam menyikapi fenomena pandemi Covid-19 yang saat ini kita hadapi.
Kesimpulan
Kerugian yang manusia alami akibat pandemi Covid-19 tidaklah sedikit, dampaknya amat terasa di pelbagai bidang, mulai dari ekonomi, politik, sosial, bahkan berdampak pada ruang informasi. Sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya Krisis Multidimensi.
Dalam menyikapi fenomena krisis multidimensi, seorang filsuf asal Slovenia yakni Slavoj Žižek berkata bahwa pandemi Covid-19 merupakan ancaman yang memberikan kepanikan terhadap umat manusia, untuk mengatasi hal tersebut maka manusia harus menghilangkan rasa panik demi kondisi hidup yang lebih baik di tengah pandemi. Islam telah memberikan solusi bagaimana saat terjadi wabah di suatu daerah maka kita harus berdiam diri di rumah (karantina) sebagai bentuk ikhtiar kita agar terhindar dari wabah.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- Mulai 1 Januari 2024, Imunisasi COVID-19 Ditetapkan Menjadi Program Rutin! Apakah Gratis? Berikut Penjelasannya
- Wisatawan Diprediksi Meningkat, Pemkab Berau Terapkan Prokes Bagi Pengunjung
- Asal Usul Varian Covid-19 JN.1 dan Cara Antisipasinya
- Waspada! Muncul Varian Covid-19 JN1: Berikut Definisi dan Gejalanya
- PPU Duduki Posisi Pertama! Berikut Perkembangan Kasus Positif COVID-19 di Kaltim per 16 Desember 2023