Figur
Saya Ingin Membawa Unmul Berlari Sekencang-Kencangnya
UNIVERSITAS Mulawarman (Unmul) kembali menggelar pemilihan rektor untuk mencari pemimpin baru tahun ini. Ada lima nama yang sudah lolos seleksi dan berhak menyampaikan visi misi dan programnya jika terpilih sebagai rektor.
Kaltim Today mewawancarai salah satu kandidat, Prof Susilo, di tengah persiapannya jelang penyampaian visi misi dan program kerja sebagai calon rektor Unmul yang akan digelar 28 Juni 2022.
Prof Susilo menyampaikan sejumlah hal menarik. Pertama, misi dia untuk lebih serius menjadikan Unmul sebagai perguruan tinggi berskala internasional.
Kedua, menjabarkan program yang akan dilakukan agar Unmul punya kemandirian finansial sehingga tidak sekadar bertumpu dari pembiayaan uang kuliah tunggal (UKT) dari mahasiswa. Berikut wawancara lengkapnya.
Saya akan mulai dengan alasan Prof Susilo kembali mencalonkan diri sebagai rektor setelah sebelumnya sudah dua kali gagal. Apa yang sebenarnya membuat Prof Susilo begitu gigih dan ingin menjadi rektor di Unmul?
Saya ini punya etos merajut demokrasi, termasuk di kampus. Sebenarnya concent saya itu di demokrasi kebangsaan. Saya juga aktif di beberapa organisasi.
Bagi saya jiwa demokrasi di Indonesia ini memang harus dirajut. Karena memang satu-satunya untuk saat ini metode yang paling possible untuk merajut keadilan dunia ya demokrasi. Sehingga berbekal dari hal itu saya menganggap bahwa merajut demokrasi ini sesuatu yang harus dijalani oleh insan akademisi.
Saya juga tidak punya beban kalah ataupun menang. Saya ikut saja. Itu ikhtiar manusia. Nanti yang menentukan Tuhan. Takdir apapun saya terima sehingga hasil sebelumnya saya nggak masalah karena tujuan saya ingin merajut demokrasi di kampus. Saya kan juga bukan politisi praktis di daerah atau di desa. Dari situlah saya mendapatkan ketenangan bekerja. Karena kalau saya akademisi saja dan begitu itu enggak saya urusin ya jadi beban. Akademis kecendikiaan menjadi beban kan. Disitulah saya menunjukkan ke cendikiaan saya. Merajut demokrasi salah satunya. Itulah alasan saya berani mencalonkan diri lagi untuk yang ketiga kali walaupun sebelumnya sempat gagal.
Sebagai kampus negeri terbesar di Kaltim bahkan yang terbaik di Kalimantan, bagaimana cara Prof Susilo jika menjadi rektor Unmul supaya prestasinya semakin meningkat. Masuk papan atas level nasional bahkan internasional?
Itu nanti masuk ke langkah strategis visi misi saya. Sebenarnya harus, bukan lagi hanya setingkat nasional tapi internasional sesuai dengan visi misi Unmul. Karena sebenarnya memungkinkan. Saat ini variabel pendorongnya sudah ada.
Kita berada di IKN. Semua universitas besar berencana membangun kampus di sini. Kita tidak mungkin diam saja sementara kita yang punya wilayah. Sehingga sebuah keniscayaan bahwa Unmul harus lari sekencang-kencangnya untuk memposisikan diri bermain di tingkat global.
Untuk itu ada satu langkah strategis yang saya rencanakan jika terpilih menjadi rektor. Pertama ada strategi hulu yaitu piranti regulasi dan beberapa hal yang berkaitan dengan sesuatu yang bersifat administrasi atau teknis di kampus. Yang kedua strategi hilir, penguatan hilir yang berkaitan dengan outcome akademi universitas. Ada penelitian. Ada pengabdian. Kalau penelitian itu nanti dibagi-bagi, tentang kualitas penelitiannya, penelitian yang sudah menjadi industri income, yang sudah paten dan bisa diproduksi dan seterusnya. Kemudian sitasi. Daya menulis mahasiswa dan dosen semua masuk disitu.
Kalau internasional itu berkaitan dengan outlook, masa depan Unmul menjadi internasional itu dibangun dari sekarang. Kita kan punya kampus belum ada mahasiswa asing. Ada beberapa dulu, tapi sekarang sudah enggak ada. Di Jawa itu ada kampus swasta, yang mahasiswa asingnya sampai 1.000 lebih karena punya kekhususan yang dikejar oleh mahasiswa asing tersebut. Inilah yang harus diciptakan di Unmul. Kekhususan apa yang kita punya yang akan di-internasional-kan. Itu ada banyak. Saya punya tema seperti kemandirian kesehatan.
Contohnya begini, kalau dari kesehatan kan ada obat-obatan yang khusus wilayah tropis. Ini kemasannya harus kita internasional-kan dalam mata kuliah tentang produk yang akan menjadi internasional. Jadi orang mau belajar obat-obatan tropis dari Unmul. Atau biodiversitas di Kalimantan kan banyak. Orangutan khusus Kalimantan itu kan ada. Itu bisa menjadi sumber ilmu internasional.
Belum lagi budaya. Suku Dayak cuma ada di Kalimantan. Hal ini yang garap justru universitas lain. Mestinya kalau ada orang yang ingin belajar tentang Suku Dayak, ya belajarnya di Unmul.
Proses mengajar juga tidak perlu pakai bahasa Inggris. Ada alat penerjemah. Walaupun mahal, kita juga harus ke sana. Jadi mahasiswa asing tinggal mendengarkan saja. Bahasa Indonesia juga bisa kalau memang tidak bisa bahasa Inggris. Yang ini menjadi awal dan lama-lama bahasa Inggris akan menjadi budaya dosen internasional berbahasa Inggris. Artinya jangan takut dengan bahasanya karena itu hanya teknis. Yang penting konten yang di-internasional-kan itu ada.
Dari universitas-universitas yang sudah ada ini kan bagian dari rekayasa sosial. Harus unik dan digarap dengan serius agar berbeda dari universitas lain. Misalnya tidak ada di Australia, tapi ada di Indonesia. Itu baru bisa menjadi universitas internasional. Yang dicari Unmul. Kalau misalnya bidang sains fisika atau mobil listrik kan enggak mungkin, karena sudah lebih maju di sana.
Sebagai calon rektor, bagaimana Prof Susilo melihat keberadaan IKN?
Kalimantan Timur ini kan menjadi IKN karena dilihat sebagai magnet dari sisi ekonomi, politik, termasuk perguruan tinggi. Ya kita menyikapi memang harus dengan cara yang luar biasa. Sumber daya manusia kita bangun dengan kencang larinya. Kemudian budaya intelektual kita kuatkan sehingga saat nanti berbenturan dengan seluruh komponen masyarakat Indonesia yang ke sini, kita tidak gagap.
Bersaing ya bersaing, tapi yang pertama kita harus kuat dulu. Bagaimana kalau kita belum kuat? Kita manfaatkan kondisi. Di awal kita merintis IKN ada yang namanya prioritas. Prioritas ini yang coba kita tangkap dulu. Nanti kita jalan bersama-sama dengan universitas lain yang ada di sini. Kemudian kita bekerja sama dengan pemerintah daerah, dengan perusahaan-perusahaan mitra yang ada juga kita kuatkan. Jangan sampai kita kehilangan momen. Kita yang punya daerah akhirnya terpinggirkan.
Peluang yang ditangkap?
Berperan di pemerintahan pusat. Jika pemerintah membutuhkan ahli-ahli di bidangnya ya kita maju duluan. Misal mencari menteri ya bukan tidak mungkin itu bisa dari Unmul. Selain itu, jika ada proyek-proyek yang sifatnya pembangunan bersama ya harus kita sama-sama.
Sekarang kan sudah terjadi, pembangunan di wilayah IKN, Unmul terlibat di dalamnya. Jika ada stasiun TV yang bertaraf nasional butuh pakar-pakar ya kita bisa maju. Saya yakin teman-teman Unmul jika dihadapkan person to person itu tidak kalah saing.
Prof tadi menyinggung tradisi intelektual, bagaimana cara Anda membangun tradisi itu di Unmul?
Tradisi intelektual itu memang berasal dari pembudayaan atau manajemen kegiatan atau program yang ada di Unmul. Jadi kalau programnya itu banyak untuk pembina SDM di dalam. ya itu akan membangun satu kultur intelektual.
Contoh kultur yang bisa kita bangun begini, kegiatan mahasiswa selesai itu kan magrib. Kalau universitas lain di Jawa itu 24 jam, kegiatan-kegiatan mahasiswa itu bisa sampai malam tapi mereka bukan kongko-kongko, tapi ada satu program intelektual yang dijalankan. Misalnya, di masjid ada program-program yang memang mengasah intelektual, atau di satu kampus tertentu ada diskusi mahasiswa. Di luar negeri begitu juga, ada satu budaya yang tidak lekang oleh waktu dan didukung oleh kampus. Jangan cuman siang, kalau siang ini kan mahasiswa masih kuliah sedangkan mereka butuh satu waktu diwadahi mengasah intelektual selain pada jam perkuliahan. Dan itu harus melalui proses pembinaan juga, sehingga itu yang harus dikuatkan karena tradisi intelektual itu dibangun dari mahasiswa bersama dosen-dosen muda yang turut aktif, kalau yang tua-tua ya biasanya melalui seminar-seminar dan menjadi pembicara di sana. Tapi syaratnya kampusnya harus friendly dengan kegiatan mahasiswa. Atau kalau perlu ada kampus baru yang dekat IKN di sana, tapi ini tidak mungkin selesai dalam satu dua periode kepemimpinan. Harus dirintis.
Itu untuk mahasiswa. Kalau dosen kan sudah terbangun kebiasaan intelektualnya karena ada Tri Dharma yang menjadi kewajiban. Tinggal bagaimana mensinergikan dosen, mahasiswa dan mitra.
Nanti ada (program) dosen praktisi kampus. Saya rencana dalam visi misi akan mendirikan unit dosen praktisi di kampus. Ada MPK, kalau ini kita ambil alumni-alumni yang praktisi itu, kita jadikan dosen yang direkrut untuk mengajar di mata kuliah sesuai bidangnya.
Untuk pembangunan infrastruktur di kampus bagaimana?
Itu nanti sambil jalan karena saya berkomitmen harus ada kampus baru. Walaupun ini diteruskan ya nggak apa-apa yang penting ini dirintis. Detailnya belum bisa saya cerita karena banyak variabel, yang jelas saya juga berkomitmen untuk juga membangun infrastruktur karena ini juga menjadi syarat-syarat kampus menjadi international.
Saya mengakui dua periode Pak Masjaya ini ada perkembangan. Tapi kan perkembangan yang lain juga cepat, sehingga kita masih ada yang tertinggal, ini menjadi tantangan untuk rektor yang selanjutnya.
Infrastruktur apa yang akan dikerjakan, ada target khusus?
Dalam waktu dekat satu yang memungkinkan itu ya rumah sakit sama hotel. Rumah sakit pendidikan dalam satu kali kepemimpinan ini ya saya target ada dua kali progres pembangunannya. Dua kali 100 hari saya akan kejar entah nanti di Kampus Flores atau Gunung Kelua harus jadi. Karena rumah sakit pendidikan ini belum ada.
Saya dapat informasi periode Pak Masjaya itu sudah dirancang, cuma belum direalisasikan. Itu yang akan saya kejar jika saya ditakdirkan menjadi rektor.
Hotel itu kan sudah ada guest house, bisa ditingkatkan supaya menjadi hotel. Yang penting dalam pembangunan ini ada tanah, nanti kita cari investor kerjasama. Pokoknya Insyaallah kalau saya ditakdirkan menjadi rektor, saya akan cari yang berpotensi untuk diajak kerjasama seperti gubernur, DPRD, dan semua yang memungkinkan untuk menjadi mitra bisnis termasuk alumni.
Ada banyak kritik soal hanya mengandalkan uang kuliah tunggal (UKT) dari mahasiswa sebagai sumber pembiayaan universitas. Bagaimana cara mencari alternatif pemasukan selain melalui UKT?
Saya kira semua calon sedang memikirkan itu. Karena UKT sudah tidak bisa diotak-atik. Makanya pemasukan itu kan yang harus kita kejar, tadi saya katakan ada rumah sakit ada hotel. Mobil listrik juga kan sudah ada. Nanti kita bisa bikin satu stasiun pengisian mobil listrik. Yang jelas, sekarang sudah jalan itu bisnis di Unmul, cuman nggak banyak. Dapat pemasukan di luar UKT sudah ada, cuma tidak signifikan bisa menopang keuangan Unmul.
Saya nanti akan membuat semacam kedai virtual inovasi. Itu adalah satu ruang virtual yang menghubungkan antara akademisi, mahasiswa dan mitra. Mitra ini bisa alumni. Maksudnya mitra yang memang punya modal. Ini akan menghasilkan kerjasama selain kita mendapatkan income dari pembangunan-pembangunan rumah sakit dan hotel tadi.
Rata-rata di universitas besar itu ada pertemuan dengan alumni yang memang memegang perusahaan-perusahaan besar. Kita mungkin ada, tapi nggak banyak, tapi alumni Unmul bupati dan wali kota kan banyak. Artinya akan ada pertemuan rutin setiap tahun yang mempertemukan alumni khusus yang membawa modal. Contoh itu kan kemarin sempat ada perusahaan yang memberikan CSR kepada universitas dan Pak Wagub marah. Itu kan bisa menjadi pembahasan khusus untuk melobi perusahaan yang ada di sini sama gubernur.
Saya memang akan humble kepada mereka. Saya yakin setiap pertemuan itu akan mendapatkan hasil. Sekelas Universitas Mulawarman ini kita sudah punya label, tinggal bagaimana jalan saja. Keluar. Jangan sampai kita hanya duduk diam. Kita harus jemput bola dengan serius.
Apa yang Prof Susilo akan lakukan sebagai rektor nantinya untuk mendorong iklim akademik di kampus semakin demokratis, dan bisa menjamin kebebasan akademik dosen dan mahasiswa untuk menyampaikan kritik dan kontrol sosialnya kepada pemerintah?
Visi misi Kemendikbud kebhinekaan global sebagai mindset. Kita harus global. Kata kunci di dalamnya apa yang menjadi core issues di dunia itu yang kita dukung. Misalnya toleransi, gender, HAM, termasuk kebebasan berekspresi.
Cara menguatkannya di Unmul regulasinya harus jelas. Makanya di visi misi saya itu di bagian hulu itu tentang regulasi. Klausa-klausa itu nanti masuk di statuta. Dalam peraturan akademik ada etika-etika. Nanti sama-sama kita implementasikan. Makanya ada hal-hal yang nanti bersifat membangun selagi tidak melanggar undang-undang, misalnya kan kalau berbicara ada UU ITE dan sebagainya.
Saya kalau terpilih sebagai pimpinan akan terbuka, saya tidak akan membatasi yang begitu-begitu. Kalau ada demo pun saya tidak anti demo. Silakan mau seharian di lapangan Unmul atau di depan rektorat ya silakan. Kita sama-sama ayo kita bicara seperti apa. Saya akan datangi saya tidak akan lari kalau ada yang seperti itu. Karena mahasiswa yang saya tahu mereka murni berekspresi, murni konstruktif untuk kebaikan bersama. Karena memang dalam mengimplementasikan peraturan itu, banyak perlu masukan. Kontrol yang paling efektif dari mahasiswa atau dosen. Makanya jika ada yang seperti itu yang saya kedepankan adalah dialog. Saya tidak akan anti kritik.
Sekarang ada tuntutan agar kampus berperan aktif menghapus kekerasan seksual. Bagaimana cara Prof Susilo merealisasikan hal itu di Unmul jika nanti terpilih sebagai rektor?
Kalau aturannya itu kan sudah ada. Kalau ada kasus yang seperti itu biasanya di Senat. Dibahas. Tapi memang yang menjadi permasalahan itu kalau pelakunya ya dekat dengan kita, teman atau seperti apa. Jadi harus ada penguatan dari Senat. Kita akan berbicara dengan senat untuk membuat program-program mencegah kekerasan seksual. Di setiap fakultas kita buat seperti komisi yang isinya itu ada anak muda yang proaktif untuk mengawal kasus seperti itu, makanya kita lihat OTK (organisasi tata kelola) dulu karena kan program dua kali 100 hari saya itu ada perbaikan OTK.
Dalam beberapa kesempatan, sejumlah dosen menyampaikan keluhkesahnya bahkan kritik terkait sistem remunerasi di Unmul. Bagaimana Prof Susilo memandang hal itu?
Saya akan tinjau ulang aturannya secara komprehensif. Karena itu juga yang menjadi concent saya. Remunasi ini ada beberapa kejanggalan-kejanggalan yang belum terbuka secara utuh. Aturannya sudah ada. Sudah jelas. Hanya keterbukaannya belum utuh. Dan aspek semangat keadilan belum tinggi kualitasnya. Sehingga, muncul pertanyaan-pertanyaan. Dosen yang biasa dengan yang menjabat jauh perbedaanya.
Saya pernah menjabat dan pernah tidak menjabat. Jadi saya tahu bedanya. Jomplang sekali. Tapi di tingkat jabatan, ada yang jauh juga. Ada jabatan yang frontliner, eh malah dapatnya sedikit. Ini kita akan tinjau ulang secara komprehensif. Harus cepat agar nanti kita tahu, apa sih goal hilirnya universitas, sehingga seharusnya remunasi ini mengarah kepada pencapaian hilir. Kerja banyak dapat banyak. Kerja sedikit dapat sedikit. Ini juga berhubungan dengan income universitas yang besar. Makanya bisa dengan revenue tadi tentang UKT. Saya yakin, jika sama-sama duduk berbicara, tidak ada yang kucing-kucingan, masalah itu akan selesai.
Struktur pimpinan di Unmul mayoritas diisi oleh pria. Kalau Prof Susilo terpilih apakah akan menggandeng perempuan masuk ke dalam struktur pimpinan di rektorat?
Kalau ditelaah kan ada yang perempuan juga. Jadi tidak benar kalau semuanya pria. Contoh di Fakultas Kedokteran. Mungkin hanya persentasenya saja yang belum besar. Saya berkomitmen gender ini berada di semua lini kepemimpinan, termasuk rektorat. Kalau memungkinkan dan cakap, why not? Kalau saya ditakdirkan jadi rektor, dirintis, siapa tahu ke depan setelah saya yang bersaing itu juga perempuan-perempuan. Itu tidak ada masalah karena memang prinsip kebhinekaan global itu termasuk gender.
Sudah punya sosok yang akan diajak memimpin di rektorat jika terpilih?
Belum ada. Nanti kita rembukkan bersama. Ada organization agility. Kelincahan dalam berorganisasi. Jadi itu masuk dalam pilihan rektor ke orang yang ada di bawahnya. Berkualitas dan lincah. Itu yang menjadi dasar pemilihan itu. (*)
Related Posts
- Baca Puisi hingga Demo Masak, Cara Kelompok Aksi Pejuang HAM di Samarinda Sindir Pemerintahan Prabowo-Gibran
- DPK Kaltim Apresiasi Dinas Tanaman Pangan Raih Nilai Audit Kearsipan Terbaik
- Pilot Proyek Filing Cabinet, Solusi Baru untuk Meningkatkan Nilai Audit Kearsipan OPD
- OPD Harus Tingkatkan Tata Kelola Kearsipan Sebelum Masa Audit Berakhir
- DPK Kaltim Ingatkan OPD Kelalaian Arsip Bisa Picu Kasus Hukum