Kaltim
Saya Ingin Semua Bersinergi Mewujudkan Unmul Hebat
DUA periode menjabat wakil rektor II Unmul bidang umum, SDM, dan keuangan, tahun ini Abdunnur memutuskan maju sebagai calon rektor.
Ia salah satu calon rektor dengan pengalaman jabatan paling lengkap di Unmul. Pernah menjadi ketua program studi, wakil dekan, dekan, hingga wakil rektor. Ia jadi satu-satunya calon rektor yang mendapat dukungan dari PP IKA Unmul yang diketuai Gubernur Kaltim Isran Noor. Meski bukan pemilik hak suara dalam pemilihan rektor, menurutnya, dukungan itu jadi bukti IKA Unmul sedang memperjuangkan seseorang yang memiliki potensi, kapasitas, dan berpengalaman.
Wartawan Kaltim Today melakukan wawancara dengan Abdunnur disela-sela kesibukannya, Senin (27/6/2022) di ruang kerjanya untuk menggali visi dan misi sebagai calon rektor. Berikut hasil lengkapnya.
Dua periode menjadi wakil rektor, pernah jadi dekan, wakil dekan, ketua program studi, banyak jabatan yang pernah dijabat. Apa alasan saat ini mencalonkan diri sebagai rektor Unmul?
Menjadi calon rektor adalah sebuah proses yang panjang bagi saya. Secara pribadi sebagai tugas manajerial. Artinya memang dalam penjenjangan karier, sisi manajerial untuk memimpin sebuah institusi perguruan tinggi adalah sebuah hal yang ingin kita perjuangkan. Ada berbagai harapan-harapan untuk Unmul lebih maju ke depan.
Saya sebelumnya juga berada di dalam. Periode sebelumnya membantu Prof Masjaya sebagai wakil rektor banyak hal-hal yang sudah kita programkan. Berusaha kita lanjutkan dalam hal yang positif. Tentu kita melihat hal-hal yang belum optimal. Itu yang harus dilakukan percepatan-percepatan program dalam rangka untuk menghasilkan Unmul Hebat. Kompetitif. Daya saing dengan perguruan tinggi secara nasional maupun internasional.
Kemudian semangat. Aspirasi dari civitas akademik baik dari kalangan dosen, mahasiswa, bahkan juga alumni. Itu semua jadi dorongan yang kuat bagaimana bisa mensinergikan semua komponen itu menjadi kekuatan membangun Unmul Hebat ke depan.
Jadi, tagline Anda Unmul Hebat?
Ya, Continuity-Acceleration to achieve the Great UNMUL.
Apa visi, misi, dan program yang disiapkan sebagai calon rektor
Secara umum visi yang mau kita bangun referensinya tentu juga berdasarkan visi universitas. Kita referensinya capaian yang dilakukan rektor sebelumnya. Apalagi saya di dalam juga ikut membantu selama 2 periode, dari 2014 sampai 2022. Visi yang kita bangun tidak lepas juga dari roadmap Unmul sampai 2034. Sehingga, visi ini memang jangan sampai kita memulai dari awal. Akan lebih bagus membangun yang sudah ada dan memperbaiki. Mengevaluasi hal-hal yang menjadi kendala dan permasalahan. Itu secara manajerial tentu akan lebih efektif, karena kalau kita memulainya dari awal perlu penyesuaian. Koordinasi butuh waktu.
Program apa yang akan dilakukan agar Unmul jadi yang terbaik di tingkat nasional?
Pertama kita memiliki indikator kinerja utama perguruan tinggi dari pimpinan rektor. Kita BLU. Kemendikbud maupun dengan Kementerian Keuangan melalui Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU) punya indikator pencapaian program yang harus kita lakukan dan sekarang masih minimal. Sekarang bagaimana supaya Unmul memiliki daya saing secara nasional baik secara peringkat, program, maupun secara status.
Unmul dari PTN BLU menjadi PTN BH butuh kemandirian finansial. Menuju PTN BH kita tidak bisa bergantung kepada UKT mahasiswa, tapi bagaimana kita menghasilkan pendapatan dengan status sekarang BLU dengan pengelolaan usaha. Kita punya BPU (Badan Pengelolaan Usaha) yang belum optimal. Selain itu ada pengelolaan aset universitas yang juga belum optimal kita lakukan.
Untuk mencari pendapatan di luar UKT, secara teknis apa yang akan dilakukan?
Kita punya banyak aset universitas. Yang sudah ada bagaimana kita mendapatkan dana dari masyarakat, misalkan saja dalam bentuk hibah atau kita menghasilkan produk. Salah satunya membangun industri akademik, dengan berbagai produk dari beberapa fakultas yang punya potensi. Ada forestry industry, agriculture industry.
Itu menjadi salah satu penguatan. Jadi selain dalam proses belajar mengajar, tapi juga mampu dalam kemitraan. Itu akan menghasilkan baik secara akademik, praktis, maupun bagi mahasiswa.
Kemudian, pengelolaan aset universitas. Kita punya lahan yang belum termanfaatkan secara optimal. Misalkan di beberapa lokasi yang sudah diserahkan, seperti di Jalan Flores. Di sana kita akan bangun misalnya business center. Bekerjasama dengan pihak ketiga.
Kemudian ada beberapa aset di Unmul yang juga belum maksimal. Misalkan GOR 27 September. Itu nanti kita akan lakukan program integratif and one gate system. Jadi di dalamnya pengelolaan secara lingkungan, smart campus. Pengelolaan parkir untuk di lingkungan kampus, sarana dan prasarananya.
Kemudian, aset misalnya GOR 27 September untuk menjadi food court, business center. Di sana bisa mengundang kemitraan dan sebagainya. Bahkan dengan potensi yang ada di sungai. Kita bisa buat floating market secara khusus. Sehingga kita mengarahkan masyarakat masuk Unmul. Jadi, bukan hanya sebagai center of excellent, sebagai pusat intelektual, tapi juga sebagai pusat peradaban.
Nah, kita mau Unmul itu menjadi sebuah pusat akademik. Kita membangun program e-digital library 24 jam. Disitu semua baik secara akademik, mahasiswa, pegawai, dosen, menjadikan perpustakaan Unmul sebuah pusat kegiatan. Dilengkapi dengan semua sarana penunjang. Food court dan sebagainya. Kemudian beberapa fasilitas bisnis dan tentu membangun perpustakaan dengan segala sistem penuh yang terintegrasi.
Saya ingin, ini pesan dari BEM dan mahasiswa, ada proses untuk pembinaan. Pendampingan yang di dalam menyiapkan mental bagi mahasiswa baru. Kita ingin membangun sebuah Program Dormitory dan civilization program for new student. Satu tahun mahasiswa baru kita tempatkan dalam sebuah asrama. Disitu ada program, meningkatkan nilai-nilai kebangsaan, menjaga nilai-nilai NKRI, dan sebagainya. Termasuk menyiapkan mental menjadi mahasiswa karena ada transisi dari siswa, yang sebetulnya pra-mandiri menjadi mandiri. Sehingga dibekali secara mental, spiritual, fisik. Supaya terarah.
Program dormitory bukan hanya sebagai stay home. Tempat tinggal. Tapi juga jadi program di luar proses belajar mengajar di fakultasnya masing-masing. Menyiapkan mahasiswa ini menjadi lebih mandiri, siap mental secara fisik, rohani, dan jasmani.
IKN di Kaltim, sebagai calon rektor apa yang akan dilakukan sebagai rektor?
Kita harus menunjukkan kompetensi kita. Unmul tunjukkan bahwa memang diperlukan oleh negara. Sehingga kita harus memperkuat itu.
Pertama, menguatkan sumber daya manusia yang ada di Unmul dan dengan output berbagai pemikiran dari semua potensi dan kompetensi dari semua kualitas sumber daya. Baik dosen maupun pegawai. Ini semua harus disuarakan secara bersama. Sehingga, kalau selama ini mungkin secara parsial Unmul sudah berkontribusi kepada pembangunan IKN, pembangunan daerah, provinsi, kabupaten/kota. Nah, ini yang harus kita kuatkan secara kelembagaan.
Unmul tidak akan hebat jika hanya karena rektornya saja atau anda saja. Kita tunjukkan kemampuan, sebuah kehebatan, kita punya team work, going together and working together.
Soal Remunerasi. Ini kerap dikeluhkan dosen. Anda dua periode mengurusi keuangan di Unmul. Evaluasi dan perubahan apa yang akan Anda lakukan untuk remunerasi yang lebih baik?
Bukan hal yang sulit sebetulnya. Remunerasi itu untuk meningkatkan kesejahteraan. Peningkatan pendapatan secara definisi konsepnya. Secara operasional tergantung pimpinan universitas.
Nah, pertama yang harus ada adalah ketegasan kebijakan terhadap implementasi remunerasi sebagai bentuk reward dan insentif berbasis kinerja. Jadi, kita harus komitmen.
Sebetulnya selama ini remunerasi menggabungkan dari yang dulu dibayar secara langsung dari berbagai kegiatan yang dijadikan satu karena by system semua ter-input di dalam sebuah sistem remunerasi, dan punya standarisasi dan punya kepatutan. Mungkin dulu orang bilang banyak, sekarang sedikit. Sebetulnya sebaliknya. Ada yang dulu sedikit sekarang banyak. Itu relatif sebetulnya.
Ada negatif dari sebuah evaluasi penilaian itu menjadi sebuah kritik untuk kita perbaiki. Dulu banyak karena tidak standar. Di fakultas yang memiliki pagu besar, dia mampu membayarkan 1 SKS dengan biaya yang tinggi. Dulu mungkin 1 SKS di Fakultas Ekonomi bisa bayar Rp 150 ribu. Tapi mungkin di fakultas yang masih baru hanya Rp 25 ribu. Ini tidak bagus dalam sistem keadilan dan sebagainya, yang spiritnya kita memberikan pemerataan dan keadilan untuk semua. Tentu berbagi dan ada kepatutan.
Belum puas sebetulnya adalah secara transparansi di dalam implementasi remunerasi selama periode sebelumnya. Dan ini tentu, saya juga tidak menampik itu bagian dari tugas kita. Bukan hanya sebagai WR 2 karena WR 2 terkait pengelolaan keuangan dan mestinya menjadi tanggung jawab pimpinan universitas BLU karena remunerasi. Jadi yang pertama yang saya juga akan lakukan di dalam, minimal 100 hari program kerja rektor terpilih, mengevaluasi kebijakan dan sistem remunerasi.
Pertama, yang akan dievaluasi adalah tim teknis dan tim penilai remunerasi. Kalau selama ini mungkin belum representatif, maka kita akan ada representatif perwakilan dari setiap unit kerja, sehingga mereka benar-benar menilai sesuai dengan kompetensi. Itu yang sekarang secara teknis juga mungkin masih dilihat belum sempurna.
Dan kebijakan di dalam. Berapa nilai total anggaran dari Unmul yang harus kita berikan untuk remunerasi? Karena selama ini sebenarnya berdasarkan keputusan kementerian keuangan, remunerasi yang kita terima untuk melaksanakan remunerasi. PTN BLU, Unmul itu sekitar 40 persen dari pagu PNBP. Jadi, kalau pagu PNBP itu saja rata-rata kita Rp 200 miliar, mestinya Rp 80 miliar. Itu idealnya.
Realisasinya selama 2 periode, tahun pertama cuma Rp 30 miliar. Tahun kedua cuma Rp 35 miliar. Terakhir cuma Rp 43 miliar. Ditambah dengan gaji kemarin paling tinggi sekitar Rp 60 miliar. Sehingga wajar kalau dibandingkan dengan yang lalu (kecil) karena sebenarnya yang lalu itu semua gaji kita gabungkan. Setelah kita gabungkan angkanya waktu itu kita usulkan kemudian disetujui Kementerian Keuangan, Rp 90 miliar. Lah, kita realisasikan ternyata implementasi remunerasi paling tinggi di Unmul dialokasikan cuma Rp 64 miliar. Wajar tidak akan pernah mencapai istilahnya klimaks. Tidak pernah mencapai istilahnya maksimum insentif yang memang kita usulkan. Itu hal utama yang kita evaluasi. Selain tadi panitia penilai, pelaksana teknis remunerasinya coba kita evaluasi kembali kebijakan anggarannya terhadap jumlah anggaran remunerasi yang harus kita distribusikan.
Ketiga, adalah mengevaluasi sistem informasi manajemen remunerasi, karena bisa saja kemarin yang menyimpulkan sistem SKS, sistem poin, yang mungkin masih belum sesuai.
Kemudian, yang keempat kita akan evaluasi level atau grade jabatan yang selama ini ada yang melihat tidak sesuai. Ada level misalnya rektor sekian dengan nilai sekian kemudian wakil rektor, dekan, ada lintas jabatan yang dianggap ada yang ketinggian dan sebagainya. Itu coba kita evaluasi. Selain dengan sistem kinerjanya, kita sudah bangun system aplikasinya yang terintegrasi dengan sistem yang lain. Justru sekarang itu dengan SIM kinerja remunerasi sebetulnya SIM kinerja ini dia hanya mengambil output, harusnya. Jadi, kita tarik system kepegawaian, kita tarik di sistem kinerja akademik, ini kebalik. Justru kita dijadikan SIM kinerja remunerasi sebagai database.
Itu yang harus kita integrasikan lagi. Makanya saya juga ingin membuat di dalam teknologi informasi, systemnya yang kita sebut integrated system. Bagaimana mengintegrasikan semua database yang ada di Unmul dalam satu sistem include aplikasinya, sehingga terjadi sinkronisasi. Sehingga kita menginput satu dalam satu sistem kepegawaian, akademik, dia sudah terkoneksi dengan sistem informasi.
Remunerasi sangat terbuka dengan siapapun nanti yang menanyakan tentang remunerasi, karena saya yakin selama kita terbuka termasuk terhadap kebijakan maupun anggaran, tidak ada hal yang sulit untuk disampaikan dan dipahami seluruh civitas akademik.
Jika nanti jadi rektor bagaimana kebijakan peningkatan infrastruktur kampus? Ada beberapa gedung mangkrak di Unmul.
Sekarang tinggal 11 gedung mangkrak. Ini yang saya maksud kita tidak hanya menyiapkan sarana dan prasarana. Sekarang ada beberapa fakultas yang cukup favorit itu membuat kebijakan sumbangan pengembangan institusi. Dua periode yang lalu itu sudah bagus sebetulnya. Karena itu kembali, semua anggaran itu di fakultas dan itu juga dipergunakan untuk peningkatan sarana dan prasarana baik gedung maupun sarana pendukung fakultas. Kita tidak ingin juga untuk sarana dan prasarana ini dari dana masyarakat. Maksudnya dana dari UKT maupun SPI. Sehingga kita harus mengambil baik dari hibah secara nasional, dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maupun kita mengambil juga yang memiliki funding yang kompetitif.
Kemudian, kemitraan. Saya pikir dengan pihak ketiga juga sangat penting. Bagaimana corporate social responsibility beberapa industri yang ada di Kaltim mendukung Unmul.
Selama ini kita juga dengar mereka kok malah mendukung perguruan tinggi yang ada di luar, Unmul tidak. Nah, ini yang kita seriusi sebetulnya dan tentu yang belum terbangun adalah komunikasi di antara kedua pihak. Jadi, Unmul ke depan mungkin harus lebih proaktif. Tidak menunggu. Misalnya kita yang harus menawarkan diri. Jadi, bentuk kerjasama memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Jadi kalau bisa ada pendapatan. Bukan karena corporate social responsibility, tapi memang ada income yang didapatkan dari sebuah kerjasama. Baik dalam bentuk pemikiran. Dalam bentuk praktis program dan sebagainya. Nah jadi itu yang kita harapan, dan tentu dengan private sector. Jadi misalnya dormitory kita tidak mengharapkan pembangunan dari pemerintah saja melalui Kementerian PUPR. Tapi bagaimana membuat smart campus. Konsep ini yang bisa diadopsi sebagai smart city dimulai dengan bagaimana misalkan dormitory itu menjadi sebuah pusat peradaban dengan sistem terintegrasi dengan lingkungan yang ada di Unmul. Sehingga bersama membangun sarana dan prasarana, bekerjasama dengan berbagai pihak, membangun juga kesiapan mental dari mahasiswa kita.
Jika menjadi rektor, apa Anda akan memberikan jaminan dan kebebasan akademik bagi dosen dan mahasiswa?
Saya tentu membuka ruang kepada semua civitas akademik agar bisa berbicara. Bentuknya kan tidak hanya mimbar akademik yang tidak terencana. Sebenarnya kebebasan mimbar akademik apalagi demo, itu tersampaikan jika tak terfasilitasi komunikasi dengan baik. Justru saya persiapkan media-media itu.
Pertama, secara rutin, kita membuka ruang komunikasi. Setiap minggu. Wednesday morning dan sebagainya kepada semua komponen yang ada di dalam maupun di luar. Dengan diskusi ini masalah internal akan terselesaikan dengan baik di level pimpinan universitas untuk membuat sebuah kebijakan. Tapi, kita juga tidak membatasi sebuah ekspresi. Baik demonstrasi maupun berbicara secara bebas terkait akademik. Yang kita ingin buatkan adalah tatanannya. Sehingga kita berbicara ada tatanan. Ada kepatutan. Itu akan lebih memberikan sebuah dampak positif bagi civitas kampus maupun juga secara institusional, lembaga.
Jika Anda menjabat sebagai rektor, bagaimana penanganan pelecehan dan kekerasan seksual di Unmul? Belum lama ini ada kasus pelecehan seksual di salah satu fakultas di Unmul. Ratusan mahasiswa yang berdemonstrasi.
Yang bagus ada mitigasi. Kemudian menyiapkan regulasi. Aturan terkait kekerasan seksual. Apalagi juga menjadi sebuah arahan dari Kemendikbud yang harus kita siapkan secara teknis di perguruan tinggi.
Kedua, tentu etika. Itu kita kedepankan kembali. Etika tata krama dosen, pegawai, maupun mahasiswa. Etika itu kita penuhi, dan ada hukumnya, tentu bisa dicegah.
Selama ini, mungkin itu yang membuat menjadi masalah. Selain memang regulasinya belum siap. Sekarang sedang dibahas di WR 3 melalui komisi etika dan sedang dibentuk tim. Ada berbagai proses, training bagi para tim. Untuk menghapus itu semua butuh proses yang panjang.
Sekarang, kebijakan pimpinan yang harus segera disampaikan. Baik dalam proses akademik, yang kita kontrol dengan baik. Sehingga proses bimbingan terlaksana dengan aturan. Tidak ada pertemuan dosen dan mahasiswa di luar jam kerja dan di luar tujuan. Itu juga salah satu membangun yang saya maksud tadi membangun mitigasi. Kampus karena itu juga akan memberikan rasa aman dan nyaman, tapi juga ada security-nya. Ada keamanan. Jadi yang masuk kampus terdeteksi itu siapa? Apa kepentingannya? Sehingga ketika tidak bisa menunjukkan substansi pertemuan dan sebagainya di kampus, maka itu pasti akan terkontrol.
Kemudian sarana-sarana kampus seperti CCTV dan lain sebagainya. Karena dalam smart campus ada sistem kartu. Sehingga terkontrol kalau ada sesuatu.
Itu yang mau kita bangun. Jadi, selain melengkapi sarana prasarana, aturan, kebijakan, dan tentu kita juga menguatkan dalam hal disiplin pegawai.
Mahasiswa juga kita buatkan program tadi, mental dan sebagainya. Karena bisa saja segala sesuatu bukan karena niat dari pelaku, tapi karena ada kesempatan. Kita juga tidak menampik, ada sebuah masukan dari dua pihak karena memberikan peluang dan sebagainya. Menawarkan pertemuan. Dari kedua pihak bisa terjadi. Jadi bukan hanya dari sisi dosennya, pegawainya saja. Tapi dari sisi mahasiswa juga, antar mahasiswa.
Jadi kita tidak melihat dari sisi horizontal antar hubungan, tapi secara vertikal. Karena antar mahasiswa juga bisa terjadi pelecehan. Antar pegawai bisa terjadi pelecehan. Jadi kita menyiapkan semua komponen yang bisa membackup itu. Tentu yang di luar batas kemampuan kita tidak bisa. Tapi dari sisi manajemen, kebijakan, itu harus segera kita siapkan.
Jika terpilih akan merangkul dan memperhatikan keterwakilan perempuan dalam kepemimpinan di Unmul?
Saya tidak membedakan antara perempuan dan laki-laki. Semua memiliki kesempatan yang sama. Justru yang dipersyaratkan sebagai wakil rektor kita lihat dari sisi akademik, kompetensinya.
Tentu kalau misalnya WR bidang akademik, harus memiliki pengalaman sebagai WD 1 atau memang kegiatan akademik. Justru, kita memberi kesempatan. Ayo kalau ada, pemimpin perempuan yang memiliki kompetensi itu akan kita jadikan sebagai pemimpin. Pemimpin tidak hanya wakil rektor sebetulnya, sebagai dekan, direktur pasca, ketua lembaga. Saya pikir wakil rektor hanya sebuah bagian kecil.
Kita sangat terbuka. Sesuai dengan kompetensi, capacity, dan kualitas pemimpin wanita. Di manapun kita akan memberikan kesempatan sehingga dalam mempertimbangkan wakil rektor pun tidak satu nama. Jadi ada beberapa nama yang nanti kita ajukan. Kita tidak melihat dukung siapa? Darimana? Justru kita ingin merangkul semua. Yang mendukung maupun tidak mendukung. Kita akan masukkan di dalam daftar minimal saya ada 5. Itu nanti akan minta pertimbangan dari semua. Kira-kira siapa yang secara kompetensi dan komitmen yang memenuhi? Karena kita juga perlu teamwork. Tidak bisa di level universitas kalau menonjolkan diri sendiri. Tidak akan bisa.
Soal dukungan dari PP IKA Unmul. Bagaimana tanggapan Anda terkait dukungan itu?
Itu sebuah spirit sebetulnya. Tentu kita tidak melihat dari sisi negatif. Jadi kalau kita sebagai pemimpin, atau sebagai warga negara, kalau melihatnya dari sisi negatif tidak akan pernah terselesaikan. Tak akan ada pembenaran dari segala sesuatu. Berpikirlah kita positif terhadap semua hal-hal itu.
Jadi ini adalah sebuah spirit bagaimana menginginkan sebuah harapan, bahwa pemimpin Unmul itu ada rasa kebanggaan yang berasal dari dan ke Unmul maksudnya. Tentu secara historis mungkin beralasan, karena sense belong, mungkin lebih kuat karena ada historis perjalanan selama menjadi mahasiswa. Itu menjadi penting bagaimana meningkatkan rasa memiliki. Sehingga kalau nanti membuat kebijakan yang mungkin merusak nama Unmul, dia akan berpikir 1.000 kali. Tapi tergantung pada personality tentunya. Karena kita tidak memisahkan, saya pribadi tidak memisahkan pemimpin nanti harus dari IKA Unmul. Tidak juga. Tentu ini adalah sebuah harapan Unmul dipimpin kembali oleh alumninya. Karena sebagai bentuk keberhasilan dari Unmul sendiri, menghasilkan SDM menghasilkan pemimpin dari Unmul itu sendiri. Tanpa itu, keberhasilan itu menjadi tidak nyata. Itu sebenarnya semangat. Jadi harapan saya tentu, mudah-mudahan melihat dari sisi positif. Semuanya, bahwa itu sebuah harapan, aspirasi, dan representatif.
Tentu mereka juga menilai sebetulnya memperjuangkan seseorang yang tentu memiliki potensi, capacity dan berpengalaman. Tidak mungkin IKA Unmul memberikan rekomendasi, atau mensupport seseorang kalau tidak memiliki semua quality. Jadi itu yang sangat penting. Terakhir sebetulnya, bersama alumni, Unmul bisa hebat. (*)
Related Posts
- Sofyan Hasdam Pastikan Tapal Batas Kampung Sidrap Kembali Dibahas Usai Pelantikan Kepala Daerah
- Kepemimpinan Perempuan: Membangun Peradaban yang Berkeadilan
- HIPMI Gelar Creative Preneur dan Mini Expo, Dorong Ekonomi Kreatif Kaltim Hadapi Pasar IKN
- Pengaruh Gawai Terhadap Perilaku Berbahasa Anak Usia 10 Tahun: Kajian Psikolinguistik
- Pembentukan AKD DPRD Kaltim Tak Kunjung Rampung, Ayub Jelaskan Penyebabnya