Bontang
Keren! Lima Remaja Bontang Lolos Jambore Nasional Generasi Hijau 2023 di Jawa Barat
Kaltimtoday.co, Bontang - Empat pelajar sekolah menengah atas itu tiba di kedai tempat kami bertemu sekitar pukul 20.19 Wita. Mulanya yang tiba tiga orang, Zalwa Tulmukmainna (16), Andi Intan Nuralam (18), Althia Ahya Rahmadina (16). Ketika tiba di meja tempat saya menunggu, Intan lalu menyapa dengan ramah.
‘’Maaf kak, agak telat soalnya tadi janjian sama yang lain,’’ kata Intan menjelaskan.
‘’Gak apa dong, santai saja,’’ jawab saya.
Berselang sepuluh menit kemudian, seorang kawannya, Shoqiful Ma’ruf, tiba. Dengan memakai kemeja kotak-kotak, remaja 16 tahun itu langsung menempati bangku kosong di meja kami ‘’Maaf kak, agak sedikit telat.’’
Ketika memperhatikan keempatnya, sekilas mereka tak ada beda dengan remaja lain pada umumnya. Cara mereka berpenampilan. Cara mereka membawa diri. Cara mereka berbicara, yang bersemangat, kadang malu-malu dan tertawa tipis. Persis remaja lain. Namun satu yang membuat keempatnya berbeda: mereka punya kepedulian pada isu lingkungan.
Intan, Shoqibul, Zalwa, dan Althiya, serta satu kawannya yang tak bisa datang dalam wawancara malam itu, Sri (16), adalah wakil Bontang dalam Jambore Nasional Generasi Hijau (JNGH) 2023 yang rencana dihelat di Bandung, Jawa Barat pada 31 Juli - 4 Agustus 2023. Adapun kegiatan tersebut merupakan agenda pertemuan pelajar pilihan se-Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap isu-isu lingkungan. Di event itu, selain membahas persoalan lingkungn, mereka juga akan mencari dan menawarkan solusi atas persoalan lingkungan yang ada di Indonesia.
‘’Kebetulan dari Bontang kami berlima yang terpilih,’’ kata Zalwa.
Pelajar kelas 10 dari SMK Negeri 1 Bontang itu menjelaskan, keikutsertaan mereka dalam agenda tahunan itu melalui tahapan yang cukup panjang. Tidak ujug-ujug ditunjuk mewakili daerah atau sekolah. Harus melalui tahapan seleksi dan seleksi tersebut bukan dalam lingkup regional (kota/provinsi), namun dalam lingkungan nasional.
Mulanya, pendaftaran calon partisipan Jambore Nasional Generasi Hijau dibuka pada 10 Februari-20 Maret 2023. Para calon peseta diminta mengisi formulir digital, yang isinya bukan saja meminta indentitas dasar mereka. Pun menanyakan sejauh mana keterlibatan mereka di organisasi dan isu-isu lingkungan di sekitar mereka, baik secara individual, di sekolah, atau melalui komunitas lingkungan lokal.
Selain itu, mereka juga diminta membuat esai terkait permasalah lingkungan di sekitar mereka. Karena tahun ini JNGH mengusung tema soal food waste atau makanan sisa, maka isu itulah yang menjadi topik utama dalam esai.
‘’Kebetulan kami semua bagian dari Green Generation (GG) Bontang. Itu jadi nilai tambah kami,’’ ujar remaja kelahiran 19 Juni 2006 ini.
Selain mengirim esai dan formulir, calon perserta pun diminta membuat video kampanye berdurasi maksimal 3 menit mengenai isu lingkungan, spesifik tentang makanan sisa. Konten ini mesti dibagikan ke akun media sosial mereka masing-masing. Selain sebagai syarat pendaftaran, konten ini diharapkan bisa memperkenalkan dan membangun kesadaran publik akan pentingnya isu soal makanan sisa ini.
Usai melengkapi seluruh persyaratan, tepat pada 31 Maret 2023 pukul 23.59 malam peserta yang lolos seleksi diumumkan. Dari total 928 calon peserta se-Indonesia, 210 di antaranya melaju ke jambore nasional. Dari 210 itu, ada 5 dari Bontang. Ke limanya masing-masing Zalwa Tulmukmainna (16) dari SMK Negeri 1 Bontang, Andi Intan Nuralam (18) SMA Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra (YPVDP) atau beken dengan nama SMA Vidatra. Kemudian Althia Ahya Rahmadina (16) dari SMK Negeri 1 Bontang, Shoqiful Ma’ruf (16) dan Sri Wahyuni (16) dari SMA Negeri 3 Bontang.
Ditambahkan Intan, sebelumnya mereka tak tahu siapa saja calon peserta dari Bontang. Sebab pendaftaran dilakukan secara mandri atau individual. Usai pengumuman itu, barulah mereka tahu nama-nama yang lolos. Dan betapa kaget mereka, ketika seluruh nama yang lolos itu adalah teman mereka sendiri di GG Bontang. Mengingat calon peserta nyaris seribuan orang, dan datang dari seluruh penjuru Indonesia. Intan menaksir, track record organisasi -Green Generation Bontang- dan aktivitas yang sudah mereka lakukan di sana menjadi jadi nilai tawar tersendiri.
‘’Kami baru tahu (yang lolos) pas diumukan itu. Kayak kaget juga lihat ada nama kami yang lolos,’’ kata remaja berkacamata ini.
Lepas pengumuman itu, seluruh peserta yang lolos diminta mempersiapkan project yang akan dipaparkan di Jambore Nasional Generasi Hijau dan hasil riset mereka terkait makanan sisa di daerahnya. Karena dari Bontang ada 5 orang, maka project ini dikerjakan secara tim.
Kata Intan, project yang sementara dikirim ke panitia ialah GG Goes to School. Jadi, nantinya mereka bakal melakukan safari ke sekolah-sekolah di Bontang. Dalam safari tersebut, mereka tak hanya mengajak kawan-kawannya untuk aktif terlibat dalam isu-isu lingkungan, mengakampanyekan isu lingkungan dan makanan sisa. Mereka rencananya juga akan memaparkan salah satu opsi untuk menangguangi makanan sisa, yakni dengan pembuatan lubang biopori.
Sebagai catatan, lubang biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah yang mempunyai berbagai manfaat. Untuk penanggulangan banjir, ia dapat membantu air untuk segera masuk ke dalam tanah. Sementara untuk makanan sisa, publik bisa jadi membedakan sampah organic dan anorganik. Dengan adanya limbah organic di satu lubang, maka tanah di lubang tersebut akan menjadi lebih subur. Hal itu dikarenakan adanya proses biologis yang mengubah sampah-sampah organic menjadi pupuk kompos.
‘’Esai saya juga pas daftar kan soal lubang biopori. Saya lihat di PT Badak banyak dibuat seperti itu. Jadi saya mikir, kenapa tidak kita sosialiasikan saja soal manfaatnya dan pembuatannya. Jadi aksi nyatanya nanti bisa dimulai dari diri sendiri,’’ urai remaja yang aktif di Dewan Saka Pramuka ini.
Walau project soal lubang bioporig itu yang akan dibawa, remaja pecinta lingkungan ini juga menyiapkan opsi project yang bisa dibawakan yakni Forest Investment. Dalam project ini, rencananya mereka melakukan penanaman pohon di kawasan yang gundul akibat kebakaran hutan.
‘’Itu tambahan saja. Walau sudah ada project dikirim tapi kami bisa tambahkan ini,’’ bebernya.
Ditambahkan Althiya, dalam jambore tersebut ada berbagai penghargaan diberikan bagi delegasi masing-masing daerah. Mereka berharap dalam acara puncak yang akan digelar di Bandung itu, mereka bisa menyabet Pandawa Award.
‘’Itu penghargaan paling tinggi. Semoga kami bisa. Karena ini bisa membanggakan sekali bukan hanya kami, tapi juga Bontang,’’ ujarnya.
Membumikan Isu Lingkungan
Keempat remaja ini mengakui, membangun kesadaran publik, terutama di kalangan remaja, akan pentingnya isu dan pemahaman akan lingkungan memang bukan perkara mudah. Banyak yang masih merasa isu ini tak terlalu penting, dan tak tahu dimana urgensinya ia untuk dibahas. Menurut mereka, kondisi ini terjadi lantaran dampak dari lingkungan yang bermasalah tidak instan dirasakan publik. Nanti, persoalan lingkungan yang terabaikan itu terakumulasi, biasanya butuh waktu bertahun-tahun, baru dampaknya dirasakan. Contoh paling konkret menurut mereka ialah banjir.
‘’Awalnya lingkungan kotor, sampah dibuang sembarangan. Dan itu bisa menyebabkan banjir,’’ kata Intan.
Ditambahkan Zalwa, lantaran menyadari isu lingkungan kurang populernya isu lingkungan, khususnya di kalangan remaja, itu menjadi tugas mereka ke depan untuk ‘’membumikan’’ isu ini agar ia mudah dipahami, dekat, dan tidak membuat bingung. Caranya masih mereka susun, namun mereka berharap melalui pengalaman pribadi mereka bisa membuat isu ini populer dan mudah dipahami.
‘’Memang kurang, sih. Tapi kami berusaha supaya bisa lebih mengkampanyekan isu ini,’’ kata anak dari pasangan Lisa Yunus dan Jabar ini.
Kesadaran akan isu lingkungan, menurut keempat remaja ini, semuanya datang dari pengalaman dan kesadaran pribadi. Misalnya untuk Shoqiful. Sejak kecil ia dibiasakan oleh ibunya untuk rapi dan bersih. Seiring waktu, ia belajar bahwa perilaku itu bukan saja membuat lingkungan sedap dipandang, tapi jadi lebih sehat. Hal kurang lebih sama juga dialami Intan. Ia mengaku risih ketika melihat sampah berserakan atau dibuang sembarangan. Makin seringnya banjir terjadi di Bontang akibat drainase yang tak berfungsi optimal, membuatnya makin yakin bahwa isu lingkungan tak bisa dipandang sebelah mata.
‘’Kayak datang pengalaman sendiri sih, kak. Makanya kalau bisa kesadaran itu coba kami bangun sama teman-teman lain,’’ kata Intan.
Adapun, berdasarkan hasil riset mereka terkait sampah makanan sisa, di Bontang hal ini masih kurang jadi perhatian. Di satu sisi Bontang sudah bagus karena memiliki pusat pengelolaan limbah anorganik. Namun yang sangat kurang ialah limbah pengelolaan sampah organik seperti sayur, kulit pisang, buah busuk, kulit bawang, daun, ranting pohon, dan sejenisnya.
‘’Padahal di pasar-pasar tradisional seperti Pasar Taman Rawa Indah, sampah organik ini tidak terolah. Padahal jumlahnya cukup besar. Belum lagi yang ada di kafe-kafe,’’ Zalwa menambahkan.
Zalwa, Intan, Althia, dan Shoqiful berharap di Jambore Nasional nanti, mereka bukan saja bisa membawa persoalan lingkungan, terkhusus food waste di tingkat nasional. Pun berharap bisa membawa pengetahuan baru di sana. Ajang tersebut menjadi momen untuk belajar dan memahami banyak perspektif. Bukannya ajang untuk ‘’keren-kerenan’’.
Untuk itu, keempat remaja ini berharap jalan mereka menuju Jambore Nasional mendapat dukungan seluruh pihak, terutama Pemkot Bontang. Pun nanti ketika kembali ke Bontang, keempatnya berharap ide yang sudah mereka gagas bisa diimpelemtasikan dengan baik. Aktivitas menjaga lingkungan yang dimulai dari pengelolaan sampah makanan sisa menjadi gerakan kolektif bersama.
‘’Berharap banyak ide dan hal baik bisa kami ambil dari sana. Dan idenya bisa kami jalankan di Bontang,’’ tandas Zalwa.
Biodata
Nama: Zalwa Tulmukmainna
Asal Sekolah: SMK Negeri 1 Bontang
Tempat, tanggal lahir: Watampone, 19 Juni 2006
Nama orangtua: Lisa Yunus dan Jabar
Nama: Shoqiful Ma’ruf
Asal Sekolah: SMA Negeri 3 Bontang
Tempat, tanggal lahir: Bontang, 1 Augustus 2006
Nama orangtua: Adi Pusianto dan Dewi Candra
Nama: Andi Intan Nuralam
Asal Sekolah: SMA YPVDP
Tempat, tanggal lahir: Kuala Tungkal, 10 Oktober 2004
Nama orangtua: Andi Syamsualam (alm) dan Rabiah
Nama: Althia Ahya Rahmadina
Asal Sekolah: SMK Negeri 1 Bontang
Tempat, tanggal lahir: Bontang, 26 Juli 2006
Nama orangtua: Rahmad dan Atini Nuroh
Nama: Sri Wahyuni
Asal Sekolah: SMA Negeri 3 Bontang
Tempat, tanggal lahir: Bontang, 14 Juni 2006
Nama orangtua: Sahabu dan Kamsira
[RWT]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Wujudkan Legitimasi Hukum untuk Keberlanjutan Lingkungan Hidup, Pemkab Mahulu Gelar Ranperda RPPLH
- Sekda PPU Sebut Kolaborasi Penting untuk Jaga Lingkungan Tetap Bersih dan Sehat
- Green Etam Lestari Kaltim Sukses Gelar Ecojam: Edukasi dan Aksi Nyata Generasi Muda Lestarikan Alam
- Masih Belum Berakhir, Inilah Dampak Konflik Palestina dan Israel Terhadap Kondisi Lingkungan
- Momentum Hari Menanam Pohon Indonesia 2023, Sri Juniarsih Ajak Masyarakat Tingkatkan Kepedulian Kelestarian Hutan dan Lingkungan