Opini
Krisis Rohingya: Tantangan Multikultural dalam Konteks Hak Asasi Manusia
Oleh: Muhammad Alip Syahrul Lisan dan Rangga Yl. Setiawan (Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman)
Dalam kasus ini, kami mengambil dua perspektif berbeda tentang penerimaan dan penolakan terhadap gelombang pengungsian Rohingya. Fenomena tragis yang melibatkan etnis Rohingnya di Myanmar telah menciptakan sorotan global terhadap permasalahan hak asasi manusia dan mencetuskan pertanyaan mendalam tentang multikulturalisme. Melalui perspektif multikultural, penting untuk memahami dan mengevaluasi bagaimana konflik ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat multietnis.
Sudut pandang penerimaan Rohingya
Krisis Rohingya yang terus berlangsung di Myanmar menjadi cerminan pahit tentang kompleksitas permasalahan hak asasi manusia dan tantangan multikultural dalam dunia yang semakin terhubung. Untuk memahami dampak yang lebih luas, kita perlu merenung tentang bagaimana konflik ini terkait dengan prinsip multikulturalisme, serta bagaimana nilai-nilai ini dapat membentuk jalan menuju solusi yang berkelanjutan.
Dalam konteks multikulturalisme, penting untuk diingatkan bahwa masyarakat yang beragam etnis dan agama merupakan aset bagi keberagaman budaya global. Namun, krisis Rohingnya mengungkapkan sisi gelap dari keberagaman ini ketika pemerintah Myanmar tidak hanya mengabaikan keberagaman, tetapi juga secara sistematis mendiskriminasi dan mengusir etnis Rohingya. Ini menciptakan ketidaksetaraan hak asasi manusia yang serius, yang setajinya bertentangan dengan prinsip-prinsip multikulturalisme yang sehat.
Awal mula yang perlu kita akui bahwa keberagaman etnis dan agama adalah bagian integral dari kekayaan budaya manusia. Namun, krisis Rohingnya menunjukkan bahwa ketika multikulturalisme disalahgunakan atau diabaikan, itu dapat mengarah pada marginalisasi etnis tertentu. Diskriminasi sistematis terhadap Rohingya di Myanmar mengingatkan kita pada pentingya mengakui hak-hak fundamental semua warga negara tanpa memandang latar belakang etnis atau agama.
Ketidaksetaraan akses terhadap Pendidikan, pekerjaan, dan hak kewarganegaraan telah menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi Rohingnya. Inisiatif multikultural yang kuat harus mendorong pemberdayaan dan inklusi semua kelompok etnis untuk memastikan keadilan sosial dan kesetaraan peluang. Salah satu aspek kritis dari krisis ini adalah penggunaan kekerasan sistematis dan pemindahan paksa terhadap etnis Rohingya, menciptakan jutaan pengungsi dan merusak jaringan sosial serta kehidupan ekonomi mereka. Dalam perspektif multikultural, ini memunculkan pertanyaan fundamental tentang bagaimana kita dapat membangun masyarakat yang menghargai dan melibatkan semua warganya, tanpa memandang latar belakang etnis atau agama.
Sudut pandang penolakan Rohingya
Fenomena kontroversial yang melibatkan ketidaksetujuan terhadap hak-hak etnis Rohingya di Myanmar menghadirkan tantangan signifikan dalam konteks multikulturalisme global. Saat kita mencoba memahami dan menganalisis ketidaksetujuan ini, perlu untuk menyelami akar masalah serta menghubungkannya dengan nilai-nilai multikultural yang berusaha dijunjung.
Pertama-tama, penolakan terhadap hak asasi manusia etnis Rohingya menggambarkan kompleksitas ketidaksetujuan dalam masyarakat yang seharusnya menghormati keanekaragaman. Terdapat pola diskriminasi sistematis yang mendasari konflik ini, menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana masyarakat multikultural dapat mencapai keseimbangan antara mempertahankan identitas budaya dan menghormati hak-hak asasi manusia. Beberapa alasan yang mungkin mendasari penolakan atau ketidaksetujuan yang ditunjukkan oleh beberapa individu atau kelompok masyarakat terhadap pengungsi Rohingya dapat mencakup faktor-faktor seperti :
1. Kesalahpahaman informasi
Beberapa orang mungkin tidak sepenuhnya memahami konteks dan alasan di balik pengungsian Rohingya. Kurangnya informasi yang jelas atau kurangnya pemahaman dapat mempengaruhi persepsi mereka.
2. Isu Kemanusiaan vs Kedaulatan Negara
Beberapa orang mungkin lebih fokus pada kedaulatan negara dibandingkan isu kemanusiaan. Mereka mungkin khawatir bahwa menerima pengungsi Rohingya dapat berdampak negatif terhadap stabilitas dan keamanan negara.
Masalah ekonomi
Menerima pengungsi Rohingya dapat memberikan beban ekonomi pada masyarakat lokal. Pemikiran seperti ini dapat terjadi ketika ada persepsi bahwa sumber daya yang terbatas telah dimanfaatkan secara maksimal.
Perasaan Keagamaan atau Etnis
Beberapa orang mungkin memandang masalah ini dari sudut pandang agama atau etnis. Perbedaan agama atau etnis dapat mempengaruhi sikap masyarakat terhadap pengungsi Rohingya. Kurangnya solidaritas internasional: Kadang-kadang pendapat bahwa masalah ini harus menjadi tanggung jawab komunitas internasional, bukan hanya Indonesia, dapat mempengaruhi sikap menentang pemukiman kembali.
Pengaruh media dan berita negatif
Berbagai berita atau media yang tidak akurat atau bias dapat membentuk opini masyarakat. Jika media menampilkan citra yang tidak obyektif atau memaparkan aspek negatif, maka dapat mempengaruhi sikap masyarakat.
Ketidaksetujuan ini sering kali muncul dari pandangan sempit yang melihat keberagaman sebagai ancaman daripada kekayaan. Dalam kerangka multikultural, penting untuk memahami bahwa keanekaragaman etnis dan agama tidak hanya merupakan ciri khas budaya, tetapi juga sumber inovasi, toleransi, dan pembelajaran saling-menghargai. Oleh karena itu, penolakan terhadap etnis Rohingya dapat diartikan sebagai kegagalan untuk menghargai dan memahami kekayaan keberagaman.
Cara mengatasi ketidaksetujuan
Dalam mengatasi ketidaksetujuan ini, pendekatan multikultural yang inklusif harus diutamakan. Ini melibatkan upaya bersama untuk mendidik masyarakat tentang keberagaman budaya dan manfaatnya. Program pendidikan yang mempromosikan pemahaman antarbudaya dan peningkatan kesadaran akan hak asasi manusia dapat menjadi langkah kritis menuju mengatasi ketidaksetujuan ini.Selanjutnya, keterlibatan komunitas internasional memegang peranan penting.
Diplomasi multilateral yang didasarkan pada nilai-nilai multikultural dapat memberikan tekanan politis dan moral yang diperlukan untuk mengubah sikap pemerintah dan masyarakat yang tidak setuju. Menciptakan dialog yang terbuka dan mengedepankan prinsip-prinsip multikultural adalah kunci untuk mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan.
Dalam keseluruhan, kontroversi terkait Rohingya memberikan kita pelajaran berharga tentang pentingnya mengatasi ketidaksetujuan dalam kerangka multikultural. Dengan memahami dan menanggapi akar permasalahan ini, kita dapat mengambil langkah-langkah konstruktif menuju masyarakat global yang menghargai keanekaragaman sebagai kekuatan yang mempersatukan, bukan memecah belah.Penting juga untuk memahami peran komunitas internasional dalam konteks ini.
Diplomasi multilateral harus menjadi sarana untuk menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan menggalang dukungan global untuk mengakhiri krisis ini, memobilisasi dukungan internasional tidak hanya untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan tetapi juga untuk mendorong perubahan struktural dalam perlakuan terhadap etnis Rohingya di Myanmar.
Dengan menghubungkan fenomena Rohingya ke kerangka multikulturalisme, kita dapat membuka pintu untuk dialog yang lebih luas tentang bagaimana membangun masyarakat global yang menghargai keanekaragaman dan melindungi hak asasi manusia, hanya melalui pendekatan ini kita dapat bergerak menuju dunia yang lebih adil, toleran, dan berkelanjutan bagi semua warga dunia.
Dengan merangkul pendekatan multikultural yang positif, kita dapat membangun masyarakat global yang menghargai keanekaragaman dan memastikan bahwa hak asasi manusia dihormati untuk semua individu, tanpa pandang suku, agama, atau etnis. Hanya dengan demikian, kita dapat melangkah menuju dunia yang lebih adil, toleran, dan harmonis.
Refrensi
Detikcom. (n.d.). detikNews - Berita hari ini di Indonesia dan Internasional. Detiknews. https://news.detik.com/
Juwana, H. (2023, December 7). Menyikapi gelombang pengungsi etnis Rohingya. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/opini/2023/12/07/menyikapi-gelombang-pengungsi-etnis-rohingya
SH, R. C. A. (2023, December 7). Apakah Indonesia wajib melindungi pengungsi Rohingya? https://www.hukumonline.com/klinik/a/apakah-indonesia-wajib-melindungi-pengungsi-rohingya-lt6571bcf11ec52
Yuliantiningsih, A. (2013). Perlindungan Pengungsi dalam Perspektif Hukum Internasional dan Hukum Islam. Jurnal Dinamika Hukum, 13(1), 167. Retrieved from http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/view/164
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Khawatir Timbulkan Masalah, Warga Lokal Tolak Rencana Penempatan Pengungsi Rohingya di Pulau Galang
- Etnis Rohingya: Fenomena Tubuh Tanpa Perlindungan Hukum
- Gelombang Pengungsi Semakin Naik, Berikut 3 Alasan Indonesia Tolak Kedatangan Rohingya
- Isu HAM di Indonesia Kembali Disorot, Berikut Hasil Debat Perdana Capres Pemilu 2024
- Menlu RI Hadiri Peringatan 75 Tahun Deklarasi HAM, Indonesia Tekankan Komitmen Dukungan terhadap Palestina