Gaya Hidup

Serba-Serbi “Chinese New Year”: Inilah 12 Tradisi Unik Saat Merayakan Imlek dan Sejarah Perayaannya di Indonesia

Kaltim Today
01 Februari 2024 09:44
Serba-Serbi “Chinese New Year”: Inilah 12 Tradisi Unik Saat Merayakan Imlek dan Sejarah Perayaannya di Indonesia
Potret Masyarakat Tionghoa Saat Perayaan Imlek. (Pexels)

Kaltimtoday.co - Perlu untuk diketahui, kata “Imlek” bukanlah nama untuk perayaan tahun baru Tiongkok yang sebenarnya. Kata ini berasal dari Bahasa Hokien dan hanya dikenal serta digunakan oleh masyarakat Indonesia. 

Secara internasional, perayaan ini lebih dikenal dengan sebutan “Chinese New Year”. Sementara itu, di kalangan masyarakat Tiongkok sendiri, mereka menyebutnya dengan “Guo Nian” atau “Xin Jia”, yang berarti melewati bulan atau bulan baru. 

Tradisi Unik Saat Perayaan Imlek

Perayaan Imlek sudah ada sejak 4.000 tahun yang lalu. Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai tradisi turun-temurun yang menjadi bagian wajib dalam setiap perayaan Imlek. Lantas, apa saja sejumlah tradisi unik saat perayaan Imlek? Disadur dari Warta Geospasial Edisi 2 yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial, berikut penjelasannya. 

1. Bersih-Bersih Rumah

Potret Saat Membersihkan Rumah
Potret Saat Membersihkan Rumah. (Pexels)

Membersihkan rumah biasanya dilakukan satu hari sebelum perayaan Imlek. Hal ini karena diyakini bahwa membersihkan rumah pada saat Imlek dapat membawa keberuntungan di tahun tersebut.

2. Dekorasi Rumah

Potret Saat Mendekorasi Rumah
Potret Saat Mendekorasi Rumah. (Pexels)

Selain membersihkan rumah, mendekorasi rumah juga merupakan kegiatan yang dilakukan menjelang perayaan Imlek. Pintu dan jendela biasanya dicat ulang dan ditempeli dengan kertas yang berisi kalimat atau kata-kata baik. Hal ini dipercaya sebagai simbol kesejahteraan, kekuatan dan untuk mendatangkan keberuntungan.

3. Serba Warna Merah

Perayaan Imlek Identik dengan Warna Merah
Perayaan Imlek Identik dengan Warna Merah. (Pexels)

Ciri khas yang menonjol dalam setiap perayaan Imlek adalah penggunaan warna merah. Selain melambangkan kekuatan, kesejahteraan dan membawa keberuntungan. Warna merah juga diyakini memiliki kemampuan mengusir Nian atau sejenis makhluk buas yang hidup di dasar laut atau gunung saat musim semi atau perayaan Imlek.

Nian dipercaya datang untuk mengganggu manusia, terutama anak-anak. Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa biasanya mendekorasi rumah, mengenakan pakaian, dan memakai aksesori berwarna merah selama perayaan Imlek sebagai upaya untuk melindungi diri dari gangguan Nian.

4. Hidangan Khas Imlek

Hidangan Saat Imlek
Hidangan Saat Imlek. (Pexels)

Hari raya apapun kurang lengkap rasanya tanpa kehadiran hidangan khusus yang disajikan selama perayaan tersebut. Pada perayaan Imlek, kue keranjang dan jeruk menjadi hidangan yang tidak boleh terlewatkan.

Bagi masyarakat Tionghoa, hidangan yang disajikan selama perayaan Imlek umumnya terdiri dari minimal 12 jenis makanan yang merepresentasikan 12 shio. Selain mencerminkan shio, setiap hidangan juga memiliki makna khusus. 

Sebagai contoh, ayam utuh dapat melambangkan kemakmuran keluarga, mie panjang melambangkan umur yang panjang dengan cara menyantapnya yang tidak boleh dipotong serta kue lapis legit yang mencerminkan rezeki yang berlapis-lapis.

5. Pantang Makan Bubur

Hidangan Bubur
Hidangan Bubur. (Tokopedia)

Bubur menjadi hidangan yang dihindari untuk disajikan selama perayaan Imlek, karena dianggap sebagai simbol kemiskinan.

6. Dilarang Membalik Ikan Saat Memakannya

Ilustrasi Saat Makan Ikan
Ilustrasi Saat Makan Ikan. (Kompas)

Dalam tradisi Imlek, dilarang mengambil daging ikan pada bagian bawah. Selain itu, masyarakat Tionghoa meyakini pentingnya menyisakan ikan yang telah dimakan untuk dinikmati keesokan harinya. Kebiasaan ini melambangkan nilai surplus untuk tahun yang akan datang.

7. Petasan dan Kembang Api

Potret Saat Menyalakan Kembang Api
Potret Saat Menyalakan Kembang Api. (Pexels)

Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, membakar petasan dan kembang api selama perayaan Imlek dianggap dapat mengusir nasib buruk dari tahun sebelumnya.

8. Pagelaran Liong dan Barongsai

Potret Pertunjukkan Liong dan Barongsai
Potret Pertunjukkan Liong dan Barongsai. (Pexels)

Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, pertunjukan liong dan barongsai dianggap sebagai simbol kebahagiaan dan kesenangan. Tarian naga dan singa ini dipercaya dapat membawa keberuntungan serta berfungsi sebagai upaya untuk mengusir roh jahat yang mungkin berniat mengganggu.

9. Bagi-Bagi Angpao

Potret Saat Bagi-Bagi Angpao
Potret Saat Bagi-Bagi Angpao. (Pexels)

Tradisi bagi-bagi angpao ini adalah ketika masyarakat Tionghoa yang sudah berkeluarga berbagi rezeki kepada anak-anak dan orang tua. Berbagi angpao diyakini dapat memperlancar rezeki di masa depan. Tradisi ini mengandung makna transfer energi dan kesejahteraan, yang diyakini dapat meningkatkan keberuntungan finansial di kemudian hari.

Dalam keyakinan Tionghoa, uang yang ditempatkan di dalam angpao yang dibagikan tidak boleh mengandung angka empat, karena dianggap membawa sial. Dalam bahasa Tionghoa, angka empat terdengar seperti kata “mati”. Jumlah uang yang diberikan juga tidak boleh ganjil, karena berkaitan dengan pemakaman. 

10. Momen untuk Mengunjungi Keluarga

Potret Mengunjungi Keluarga Saat Imlek
Potret Mengunjungi Keluarga Saat Imlek. (Pexels)

Perayaan Imlek menjadi waktu yang sangat tepat untuk mengunjungi saudara. Masyarakat Tionghoa menggunakan momen ini untuk mempererat tali persaudaraan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika menjelang Imlek, banyak warga Tionghoa yang pulang ke kampung halaman mereka untuk merayakan bersama keluarga.

11. Tradisi Yu Sheng

Tradisi Yu Sheng
Tradisi Yu Sheng.(RRI)

Tradisi makan Yu Sheng baru-baru ini menjadi populer di Indonesia, dan tradisi ini dibawa oleh para nelayan dari Tiongkok Selatan yang bermigrasi ke Semenanjung Malaysia pada abad ke-19.

Dalam tradisi ini, hidangan disajikan dalam satu piring Yu Sheng. Piring tersebut berisi berbagai makanan dingin, seperti irisan ikan salmon dan wortel, yang kemudian diberi saus wijen, buah plum, dan bahan lainnya. Para anggota yang duduk di meja akan bersama-sama mengaduk hidangan tersebut dan mengangkatnya dengan sumpit setinggi-tingginya sambil mengucapkan “Lao Qi” atau “Lao Hei”.

Doa yang disertai saat menyantap Yu Sheng bertujuan agar keluarga yang turut berpartisipasi mendapat rezeki yang lebih baik di tahun yang baru.

12. Sembahyang Leluhur

Potret Saat Sembahyang Leluhur
Potret Saat Sembahyang Leluhur. (Pemkab Blora)

Tradisi unik lainnya dalam perayaan Imlek adalah melakukan sembahyang kepada leluhur yang telah meninggal dunia. Kegiatan ini dapat dilakukan di rumah pada satu hari menjelang tahun baru. Dalam prosesi ini, dupa dan lilin dinyalakan serta persembahan makanan seperti buah-buahan segar, kue, daging, dan minuman (biasanya teh dan arak) akan disajikan sebagai tanda penghormatan kepada leluhur.

Sejarah Diresmikannya Perayaan Imlek di Indonesia

Potret Perayaan Imlek
Potret Perayaan Imlek. (Pexels)

"Oke, silahkan kalian merayakan Imlek." Sebaris kalimat ini diucapkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur, kepada Budi Tanuwibowo, seorang rohaniwan Khonghucu. 

Pernyataan ini jelas mengejutkan. Bagaimana tidak kaget? Setelah puluhan tahun larangan merayakan Imlek di tempat terbuka, tiba-tiba Gus Dur memberikan izin kepada keturunan Tionghoa untuk merayakan Tahun Baru Cina, yang lebih dikenal dengan Imlek.

Dilansir dari Warta Geospasial Edisi 2 yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial, dahulu perayaan Imlek dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi psikologis rakyat Indonesia. Selain melarang perayaan Imlek, masyarakat juga dilarang menggunakan kata “Tiongkok” maupun “Tionghoa” sebagai pengganti kata Cina. Pada masa itu, tampaknya dibangun tembok tebal dalam masyarakat melalui perbedaan ras dan agama.

Saat Gus Dur menjadi Presiden, ia berusaha meruntuhkan "tembok pembatas" yang telah ada selama bertahun-tahun tersebut. Gus Dur memiliki niat untuk membangun persatuan di Indonesia di atas suku, ras, dan agama.

Pada 17 Januari 2000, Gus Dur akhirnya secara resmi menerbitkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina. Sejak saat itulah, perayaan Imlek dapat digelar secara bebas di Indonesia.

Nah, itu dia sejarah singkat perayaan Imlek di Indonesia dan sejumlah tradisi unik saat merayakan Imlek. Dari informasi yang ada di artikel ini, kira-kira mana nih yang baru kamu ketahui? Semoga informasinya bermanfaat ya!

[Kontributor : Gilang Satria Pratama | Editor : Diah Putri]


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 



Berita Lainnya