Daerah

Cerita Warga Binaan Pupuk Kaltim, Sulap Lahan Nirproduktif Jadi Perkebunan Semangka dan Melon Terkemuka di Kukar, Turut Berdayakan Petani Lokal

Fitriwahyuningsih — Kaltim Today 30 November 2023 18:34
Cerita Warga Binaan Pupuk Kaltim, Sulap Lahan Nirproduktif Jadi Perkebunan Semangka dan Melon Terkemuka di Kukar, Turut Berdayakan Petani Lokal
Rudi Priambudi (59) kala menunjukkan hasil panen kebunnya. (ist)

Desa Sebuntal, Kabupaten Kutai Kartanegara - Fitri Wahyuningsih

MATAHARI masih terasa demikian terik ketika saya tiba di Kebun Semangka Rudi Prambudi di Desa Sebunta, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sekitar pukul 02.15 siang akhir Oktober 2023 lalu. Di lahan dengan luasan sekitar 5 hektar ini, Rudi bersama sejumlah petani binaannya berhasil mengembangkan pertanian semangka dan melon. Hasilnya tak tanggung-tanggung, dalam satu kali masa panen, mereka bisa memproduksi hingga ratusan ton semangka dan melon. 

Sekitar 40 menit menunggu tak jauh dari lahan perkebunan, sebuah mobil double cabin memasuki areal perkebunan. Sekitar 10 menit setelahnya, ponsel saya berbunyi. ‘’Saya sudah di kebun,’’ kata sang pemilik perkebunan, Rudi Prambudi, yang masuk melalui pesan singkat WhatsApp. Sebelumnya saya meminta ia mengabarkan bila sudah sampai di kebun. 

Saya memacu sepeda motor skutik tua menuju areal perkebunan mendekati pondok. Saya memilih menggunakan motor mengingat lahan ini rupanya cukup luas, ditambah matahari yang sedang terik-teriknya. Tidak kuat kalau jalan, takut hitam- eh, takut kelelahan, maksudnya. 

‘’Selamat datang. Maaf ini baru sampai [di kebun], soalnya kami baru berangkat dari Bontang,’’ kata Rudi kala saya tiba di pondok yang ia tunjukkan. 

Di meja pondok yang terbuat dari rotan itu, sudah tertata aneka kudapan, macam pisang goreng dan ketan yang tersaji dalam sebuah wadah plastik bening. Juga ada air mineral gelas. Kata Rudy, pisang goreng itu buatan para petani yang bekerja bersamanya. ‘’Hampir tiap hari begini. Mereka buat gorengan, kami berbagi dan makan bersama di kebun,’’ ujar pria berambut gondrong ini. 

Rudi Prambudi atau akrab disapa Rudi adalah pemilik sekaligus ketua dari pertanian semangka dan melon di Desa Sebuntal ini. Pria berusia 59 tahun ini sama sekali tak memiliki latar belakang seorang petani. Ia belajar bagaimana mengelola perkebunan, dan cara mengelola hasilnya kala bekerja di Departement Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan pupuk di Bontang selama 15 tahun. Perusahaan tempat Rudi bekerja banyak memberi bantuan kepada warga. Dari situ, Rudi belajar dari orang-orang yang mendapat dukungan perusahaan. Saat itu dia kemudian memutuskan akan mengembangkan sektor pertanian bila kelak pensiun, dan ini diwujudkannya. 

Sembari menikmati makanan di meja, obrolan mulai mengalir. Rudi mengisahkan, di lahan tempat kami bernaung saat ini— pondok yang dikelilingi lahan menanam semangka dan melon— mulanya adalah hutan belukar. Lahan tak produktif. 

Rudi mulai membeli lahan ini awal 2017, namun kala itu lahan tak langsung digarap. Dibiarkan soja seperti apa adanya- hutan belukar. Dia pun belum berpikir ingin dijadikan apa lahan ini. Pasalnya, sekitar 45 menit dari lahannya di Desa Sebuntal ini, ia sudah memiliki perkebunan. Tepatnya di Muara Badak, Kukar. 

‘’Ada lahan saya di sana. Dikelola petani setempat. Sama-sama kami budidayakan sayur-sayuran seperti gambas, tomat, lombok,’’ kata Rudi yang kala itu ditemani sang istri, Murni.  

Namun, karena lahan tersebut dirasa cukup jauh dari kediaman Rudy di Bontang, ia kemudian berpikir untuk memindahkan lokasi perkebunannya. Walhasil, pada 2017 ia memusatkan seluruh kegiatan perkebunannya di lahannya saat ini di Desa Sebuntal.

Mulanya, kata Rudi, luasan lahan yang dimanfaatkan untuk perkebunan di Desa Sebuntal ini hanya 2 hektar. Tanaman yang dibudidayakan serupa dengan di Muara Badak, yakni sayur-sayuran macam terong, tomat, lombok, timun dan gambas. Ada 4 petani diberdayakan. Mereka tak tergabung di kelompok petani, namun petani individual. Mereka adalah warga lokal yang diberdayakan Rudi untuk sama-sama mengembangkan kebun sayur. 

Kebun sayur di Desa Sebuntal hanya berjalan sekitar 5 bulan. Kata pria asal Palembang ini, seiring berjalannya waktu, pihaknya mulai mempertimbangkan untuk mengubah fokus dari sayur-sayuran ke jenis tanaman lain. Pertimbangan ini hadir sebab menurutnya merawat sayur-sayuran cukup rumit. Belum lagi tenaga kerja yang dibutuhkan cukup banyak. Ketika musim panen tiba, tanaman mesti segera dipanen sebab khawatir tanaman membusuk. 

‘’Sayuran cukup repot. Butuh banyak tenaga kerja juga, sementara ketika itu kami kesulitan cari tenaga kerja. Akhirnya kami cari yang agak ringan, pilihannya jatuh ke buah,’’ bebernya.

Sejatinya Rudi tak menyoal bila dibutuhkan tambahan tenaga kerja dalam mengelola kebun sayur. Justru menurutnya ini bagus, selain mengurangi angka pengangguran, juga warga lokal bisa ikut berdaya. Hanya saja, kala itu dirinya kesulitan mencari tenaga kerja lokal. Usai berdiskusi bersama empat petani lain, ditambah berdasar hasil riset pribadi, akhirnya pada jelang akhir 2017 Rudi memutuskan untuk mengelola buah berjenis tanaman hortikultura macam melon dan semangka. Keduanya dipilih karena selain proses penanaman, perawatan, hingga panenan lebih ringkas (lebih), keduanya juga memiliki karakter yang sama dalam perawatannya. 

Istri Rudi, Murni, yang ikut dalam wawancara siang itu menceritakan bagaimana proses penanaman semangka dan melon secara ringkas. Cara menanam semangka dan melon, kata Murni, dimulai dengan penyiapan lahan. Lahan yang disiapkan untuk menanam itu diolah, dibuat menggunduk atau semacam speed hump namun dalam ukuran lebih besar. 

Rudi Prambudi. 

Setelah lahan rapi, pupuk disebar. Setelahnya tanah ditutup menggunakan plastik mulsa. Fungsi plastik mulsa ini untuk menghambat tumbuhnya gulma, melindungi tanah dari erosi, menjaga struktur tanah agar tetap baik, serta menjaga kelembaban tanah.

Usai lahan dibungkus mulsa, selanjutnya plastik itu dilubangi secara berjarak. Di atas lahan yang sudah dilubangi, kemudian dimasukkan bibit semangka. Bibit yang dimasukkan ke tanah ialah bibit yang sudah disemai selama sepekan. Karakteristiknya, bibit berukuran sekitar 3 centimeter, dengan dua dahan menyembul di ujungnya. 

‘’Setelah itu, tanaman dirawat. Kami siram dua kali dalam sehari, pagi-sore. Sepuluh hari setelah bibit ditanam, diberikan pupuk lagi,’’ urai Murni. 

Rudi melanjutkan, dulu ketika menjalankan kebun sayur, yang kemudian beralih ke perkebunan melon-semangka, mulanya mereka  tak menggunakan pupuk produksi anak usaha Pupuk Indonesia. Masih pupuk jenis lain. Sebab petani terbiasa dengan jenis tersebut. 

Namun jadi soal, pupuk tersebut secara harga cukup mahal. Pada 2017, ketika awal merintis perkebunan buah-buahan, harga satu sak pupuk berisi 50 kilogram itu mencapai Rp 600 ribu. Selain itu, penggunaannya pun lebih rumit. Sebelum diaplikasikan di tanah, pupuk tersebut juga mesti dilarutkan di air terlebih dahulu.

Cukup lama mereka menggunakan pupuk tersebut. Hingga memasuki 2019 mereka beralih ke Pupuk NPK Pelangi dan Ecofert produksi Pupuk Kaltim. Ini pun setelah Rudi memberikan pemahaman secara perlahan kepada petani. Kata Rudi, banyak keunggulan dari Pupuk NPK Pelangi dan Ecofert ini. Pertama, pupuk ini tak perlu dilarutkan ke air, tapi bisa langsung diaplikasikan di tanah. Petani hanya perlu mengambil sejumput pupuk— yang bentuknya seperti bulir— lantas menaruhnya di lahan atau lubang tempat bibit semangka dan melon akan ditanam. 

Kedua, Pupuk NPK Pelangi bersifat lepas lambat atau slow realease. Dikutip dari penelitian sejumlah peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), pupuk yang bersifat slow release atau controlled release diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah kehilangan hara di tanah gambut akibat pencucian, penguapan dan aliran permukaan, karena pupuk tablet slow release kelarutannya rendah namun dapat mensuplai hara secara terus menerus (continuous). Diketahui dengan slow release, efisiensi penyerapan hara akan tinggi dan kehilangan hara akibat pencucian akan rendah.

Ketiga, pupuk produksi Pupuk Kaltim yang mereka gunakan pun harganya lebih murah dan mudah diakses. Tersedia di banyak toko pertanian. Sebagai gambaran, pada 2017, harga satu sak Pupuk NPK Pelangi ukuran 50 kilogram dibanderol Rp 350 ribu. Pupuk jenis lain dihargai Rp 600 per karung dengan ukuran serupa. Sementara dalam satu hektar lahan, mereka membutuhkan 4-6 karung pupuk atau sekitar 200-300 kilogram. Bila mengacu harga pupuk pada 2017, maka dalam satu hektar lahan, Rudi sudah menghemat Rp 1,5 juta rupiah setelah beralih ke Pupuk NPK Pelangi dan Ecofert. Pupuk merek lain butuh Rp 3,6 juta per hektar per sekali periode penanaman. Pupuk NPK Pelangi hanya butuh Rp 2,1 juta. 

‘’Jelas ini sangat menekan ongkos. Terlebih saat itu kami baru mulai merintis perkebunan semangka dan buah ini,’’ ungkapnya. 

Memasuki 2021, Rudi mengikuti Program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat atau Program Makmur garapan PT Pupuk Kaltim. Dari program ini, Rudi mendapat akses permodalan dengan bunga sangat rendah, hanya 3 persen per tahun. Sebagai perbandingan, Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau bantuan permodalan bunga rendah warga milik bank negara saja ada di angka 7 persen per tahun, PKT hanya 3 persen. Selain mendapat suntikan modal, para petani yang bernaung bersama Rudi juga diberikan pelatihan cara membudidayakan tanaman hortikultura. Sebab semangka dan melon adalah jenis tanaman hortikultura. Mereka juga mendapat bantuan alat rotary guna memudahkan dalam penggarapan lahan. 

Dari suntikan dana yang diterima itu, ditopang pemahaman petani makin baik tentang cara membudidaya tanaman hortikultura dan tambahan peralatan modern, Rudi akhirnya memperluas lahan pertanian dari 2 hektar jadi 5 hektar. Produksi semangka dan melon yang mulanya berada di angka 20-30 ton per hektar kini tumbuh, bahkan bisa mencapai 40 ton per hektar. Bahkan dalam hasil panen raya akhir Oktober 2021 lalu, tak lama setelah resmi jadi mitra Program Makmur PKT, produktivitas hasil pertanian mereka tumbuh hingga 120 persen. Hasil ini dinilai sangat signifikan bila dibandingkan produksi dari hasil panenan sebelumnya. 

Setelah buah dipanen, selanjutnya buah-buahan tersebut dijual ke pengepul dari Samarinda. Para pengepul itu sendiri yang datang ke kebun Rudi di Desa Sebuntal, Kukar. Mereka menjualnya ke Samarinda sebab di sana produksi perkebunan mereka bisa terserap seluruhnya. Sementara bila dikirim ke Bontang, kemampuan pedagang sangat terbatas. Hanya ratusan sampai 2 ton saja bisa mereka termina. Ini tak mengherankan, sebab dari proporsi penduduk pun, Bontang memang tak sebanyak Samarinda. Adapun, per kilogram semangka yang diambil langsung di kebun dibanderol Rp 7 ribu per kilogram. 

‘’Langsung diambil sama mereka (pengepul) dari Samarinda. Kalau ke Bontang, toko tidak sanggup tampung karena mereka ambilnya tidak terlalu banyak, 200 kilogram atau paling banyak 2 ton,’’ sebutnya. 

Adapun, usai seluruh semangka dan melon berhasil terjual, selanjutnya hasil penjualan dibagi sesuai dengan kesepakatan antara Rudi dan petani. Per Oktober 2023, ada 4 petani terhimpun dalam usaha bersama ini. Porsi bagi hasil keduanya ‘’belah semangka’’ alias 50:50. Pendapatan penjualan, yang sudah dikurangi pengeluaran selama produksi macam pembelian pupuk dan obat-obatan itulah yang kemudian dibagi. 

‘’Jadi kami bagi rata dari pendapatan bersih yang sudah dikurangi berbagai pengeluaran itu. Sejak dikembangkan jadi perkebunan semangka dan melon, semua berjalan baik,’’ kata pria berusia 59 tahun ini. 

Ketika ditemui di kebunnya akhir Oktober 2023 lalu, Rudi dan petani lain baru saja melakukan penanaman semangka untuk putaran ketiga di tahun ini. Kondisi kala itu sedang kemarau namun pihaknya berani menanam sebab tak jauh dari lahan perkebunannya, terdapat sungai. Dari sana mereka menyedot air dan mengalirkannya ke lahan perkebunan. Bila tak ada aral, buah dari hasil penanaman ini bisa dirasakan antara akhir Desember 2023 hingga awal Januari 2024. 

Bibit semangka dan melon dibiarkan tumbuh sepekan sebelum ditanam. (Fitri Wahyuningsih/Kaltimtoday.co)

‘’Sekitar bulan segitu kami panen. Kalau mau lihat hasil panen, bisa datang ke sini lagi nanti,’’ kata Rudi mempersilahkan saya untuk datang lagi ke kebunnya. 

Rudi bilang, dirinya masih sangat ingin memperluas cakupan perkebunannya ini. Tentu itu bisa dilakukan dengan cara menambah luasan lahan. Oleh sebab itu, dia berencana kembali mengajukan dukungan dari Pupuk Kaltim. Sebab menurutnya, bantuan yang diberikan perusahaan melalui Program Makmur cukup signifikan dalam membantunya mengembangkan sektor pertanian, khususnya tanaman semangka dan melon. Dia berharap perkebunan yang dikembangkannya ini berumur panjang. 

Selain itu, Rudi berharap agar kelak semakin banyak warga setempat yang bisa diajak berkolaborasi dalam mengembankan perkebunan. Dengan semakin banyak petani lokal terlibat, ia berharap pertumbuhan itu bisa mereka rasakan bersama. Selain itu, menurutnya Kukar punya potensi sangat besar dalam mengembangkan perkebunan mengingat wilayah ini cukup luas. 

‘’Dukungan PKT dalam perkembangan perkebunan ini sangat nyata. Bukan saja dibantu permodalan, pendampingan dan peralatan. Petani kami juga mendapat pelatihan terkait budidaya tanaman hortikultura. Untuk dukungan besar PKT ini, tentu kami mengucapkan terima kasih,’’ ucap ayah dengan 3 orang anak ini. 

Diketahui, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) menginisiasi program MAKMUR (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat) yang fokus menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan para petani hingga pendampingan secara berkelanjutan. Salah satu yang menjadi mitra program ini ialah Rudi. 

Diinisiasi sejak 2020 lalu oleh Pupuk Kaltim, program MAKMUR sendiri merupakan salah satu fokus PKT bersama Pupuk Indonesia melalui sinergi BUMN, mendorong pengembangan sektor pertanian dalam mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional. Dalam program ini, petani binaan Pupuk Kaltim berhasil meningkatkan produktivitas hasil panen padi dan jagung mereka rata-rata hingga 35 persen, sehingga kesejahteraan petani juga turut meningkat lewat keuntungan hasil panen padi dan jagung yang meningkat rata-rata  di angka 52 persen kata direktur Keuangan dan Umum PKT Qomaruzzaman sebagaimana dikutip dari Bisnis.com. 

Per Desember 2022 lalu, masih dari sumber yang sama, lewat program MAKMUR ini, PKT tercatat telah berhasil merealisasikan 66.136 hektar lahan dengan jumlah petani yang tergabung 30.577 orang. Target tahun lalu berhasil dicapai dengan kenaikan target petani yang telah bergabung sebesar 122,3 persen dari target awal sebesar 25.000, dan juga kenaikan lahan sebesar 110,2 persen dari target 60.000.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Berita Lainnya