Kaltim

Deretan Fakta Menghilangnya Yusuf di PAUD dan Penemuan Jenazah Balita Tanpa Kepala

Kaltim Today
09 Desember 2019 21:34
Deretan Fakta Menghilangnya Yusuf di PAUD dan Penemuan Jenazah Balita Tanpa Kepala
Petugas menyisir aliran drainase eks anak sungai karang asam tempat ditemukannya jenazah balita tanpa kepala.

Kaltimtoday.co, Samarinda - Lebih dari dua pekan silam, tepatnya 16 hari lalu pada Jumat 22 November sekitar pukul 15.00 Wita, seorang bocah bernama Ahmad Yusuf Ghazali berusia 4 tahun dinyatakan menghilang secara misterius di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Jannatul Athfaal, Jalan AW Sjahranie, Kelurahan Gunung Kelua, Kecamatan Samarinda Ulu.

Saat itu para tenaga pengajar di PAUD sedang sibuk dan tidak ada yang memperhatikan anak didiknya. Saat seorang diantaranya kembali dari membuat susu buat balita lainnya Yusuf dikabarkan telah menghilang.

Sejak dinyatakan menghilang, upaya terus digalangkan. Baik dari pihak yayasan PAUD, kepolisian, kerabat serta keluarga. Upaya yang telah dilakukan antarnya adalah menyebarkan kabar di sejumlah media sosial. Memasang sejumlah poster selembaran. Sholat berjamaah meminta permohonan yang kuasa. Hingga paranormal untuk memprediksi keberadaan Yusuf.

Namun semuanya tak membuah hasil. Hingga saat di mana, warga Jalan Antasari II, Gang 3, RT 30, Kecamatan Samarinda Ulu, Minggu (8/12/2019) pagi kemarin, sekitar pukul 08.00 Wita menemukan sesosok mayat balita tanpa kepala. Jenazah balita itu diperkirakan berusia 4 tahun, yang mana usianya masih sepantar dengan Yusuf. Kondisi jenazah ini sungguh mengenaskan.

Tarik ulur proses autopsi keluarga dan polisi yang berjalan alot.
Tarik ulur proses autopsi keluarga dan polisi yang berjalan alot.

Sekujur tubuhnya terbalut lumpur. Diperkirakan kondisi pembusukannya dari 10 hingga 13 hari silam. Tanpa kepala, lengan kanan nyaris hancur seluruhnya. Pergelangan tangan kiri tidak ada. Begitupun dengan pergelangan kedua kakinya. Sedangkan di bagian tubuh terkoyak, tak menyisakan satu pun organ dalam. Sebagian tulang rusuknya menjulang keluar. Beberapa lainnya berserakan karena patah.

Sejam setelah penemuan awal ini, petugas segera melakukan evakuasi dan melarikan jenazah bocaj malang itu ke RSUD AW Sjahranie sekitar pukul 09.00 Wita. Diduga masih berkaitan dengan menghilangnya Yusuf, polisi meminta orangtua Yusuf, yakni Bambang Sulistyo (37) dan Melisari (30) untuk ke ruang jenazah dari rumah sakit berplat merah itu.

Mereka diketahui tiba sekitar pukul 11.00 Wita. Namun saat itu keduanya belum bisa memastikan apakah jenazah itu merupakan anak mereka atau bukan. Dengan gelisah pasang suami istri ini terus menunggu. Sementara petugas rumah sakit melakukan pekerjaannya untuk membersihkan jenazah dari tumpukan lumpur yang melekat.

Sore harinya, sekitar pukul 16.09 Wita, petugas medis memaparkan hasilnya. Melihat baju merah lengan pendek berwarna hitam, bertuliskan "Monas" di dadanya, dan celana pendek putih bermotif kuning, sontak membuat isak tangis Melisari pecah dan memenuhi seisi ruangan.

Ia tak menyangka, jika baju yang dikenakan jenazah balita tanpa kepala itu sangat identik dengan pakaian terakhir dari anaknya tersebut. Meski begitu meyakininya. Namun hal tersebut belum bisa dipastikan sebelum keluar uji laboratorium untuk memverifikasi identitas dari jenazah bocah malang itu.

KELUARGA DAN ORANGTUA YAKINI JENAZAH YUSUF

Baju jenazah yang identik dengan pakaian Yusuf.
Baju jenazah yang identik dengan pakaian Yusuf.

Dijumpai malam tadi, Bambang Sulistyo yang tampak begiti tegar sempat menyatakan keraguannya ketika pertama kali dilihatkan jenazah bocah malang itu.

"Ya awalnya ragu. Tapi setelah dibersihkan kita yakin itu anak kami," ucapnya saat dikonfirmasi malam tadi.

Setelah yakin, Bambang langsung menelpin pihak keluarga untuk menyiapkan proses pemakaman anaknya tersebut di TPU Jalan Damanhuri.

"Kami mau, anak kami segera dikebumikan. Untuk proses selanjutnya kami pikirkan nanti," singkatnya.

Pernyataan Bambang Sulistyo ini diperkuat oleh kakaknya bernama Lukman (40) yang dijumpai di ruang jenazah. Dengan tegas kakak kandung Bambang ini mengatakan kalau dari ciri pakaian, 100 persen itu adalah baju terakhir yang dikenakan Yusuf.

"Meski jenazahnya tak bisa kita kenali. Tapi pakaian itu 100 persen milik anak kami," tegasnya.

TARIK ULUR PROSES AUTOPSI

Meski telau menyatakan jika jenazah balita tanpa kepala iti adalah Yusuf, namun pihak kepolisian tidak bisa mengiyakannya begitu saja. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Maka dari itu, polisi memerlukan proses autopsi untuk meningkatkan penyidikan mereka.

Namun hal tersebut tidak berjalan mulus. Pihak keluarga menolak. Karena mereka ingin segera mungkin mengebumikan jenazah yang diduga Yusuf. Sekitar satu jam lamanya, atau pukul 20.15 akhirnya pihak keluarga mengizinkan kepolisian dibantu dokter rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan ulang.

Tim Inafis dan unit Reskrim Polresta Samarinda menggelar pra rekonstruksi.
Tim Inafis dan unit Reskrim Polresta Samarinda menggelar pra rekonstruksi.

Dari dalam, informasi yang dihimpun media ini, polisi diketahui membawa beberapa potongan tulang yang memang tak lagi tersambung di tubuh jenazah guna kepentingan identifikasi.

"Kami belum mengarah ke dugaan kematian. Itu terlalu jauh. Kami masih berfokus identifikasi," ucap Kasat Reskrim Polresta Samarinda AKP Damus Asa.

Kendati demikian, polisi berpangkat balok tiga ini menuturkan untuk sementara identitas jenazah bocaj malang itu adalah Yusuf yang hilang di PAUD.

"Itu dugaan sementara, karena orangtua menyatakannya demikian, pakaian yang dikenakan sangat identik," singkatnya.

KELUARGA SIAPKAN TUNTUTAN KE PAUD

Setelah semua proses berhasil dilalui, jenazah bocah malang itu sekitar pukul 21.00 Wita akhirnya dibawa pihak keluarga menuju pemakamannya. Sementara ikhlas dengan kepergian Yusuf, namun pihak keluarga akan melayangkan tuntutan hukum kepada pihak yayasan, tentang kelalaian hingga menyebabkan Yusuf lepas dari pengawasan.

Pernyataan ini diungkapkan Lukman sebagai paman Yusuf. Menurutnya hari di mana Yusuf menghilang, masih dalam waktu pertanggungjawaban dari pihak PAUD untuk mengawasinya.

"Hilangnya itu jam 3 sore. Berarti ada unsur kelalaian. Kita akan segera layangkan tuntutannya," tegas pria 40 tahun ini.

Tak hanya itu, kata Lukman, secara pribadi dirinya tak mempercayai jika keponakannya itu meninggal karena peristiwa banjir. Ia begitu mengenal sosok Yusuf yang takut terhadap air dan pasir.

"Jaraknya itu jauh banget jadi nggak mungkin," imbuhnya.

Ia sangat meyakini, kalau Yusuf telah menjadi korban tindak kriminalitas. Terlebih kondisi jenazah yang ditemukan kemarin tak lagi utuh.

"Kepalanya itu nggak ada. Tidak mungkin karena banjir, ini menguatkan dugaan tindak kriminal," sebutnya.

Dari perhitungan, jalur drainase PAUD ke titik penemuan jenazah sejauh 3,61 kilometer.

"Kita harap polisi bisa mengusut hingga tuntas dan ditemukannya para pelaku," pungkasnya.

POLISI GELAR PRA REKONSTRUKSI

24 jam setelah penemuan jenazah balita tanpa kepala yang diduga Yusuf, Senin (9/12/2019) polisi langsung menggelar pra rekonstruksi di halaman PAUD, Jalan AW Sjahranie, sekitar pukul 08.00 Wita.

Di sini sekitar 25 aparat berwajib dari Unit Reskrim dan Unit Inafis menggelar 22 adegan, dan melibatkan 6 karyawan PAUD termasuk pimpinannya.

Dijelasian Kasat Reskrim AKP Damus Asa hal ini dilakukan untuk memastikan penyebab hilangnya Yusuf.

"Kami juga kembali mengambil keterangan pihak PAUD selain meminta mereka memerankan adegan pra rekonstruksi ini," ucapnya.

Sekali lagi Damus menegaskan jika pra rekonstruksi ini digelar untuk memastikan penyebab hilangnya Yusuf, dan bukan untuk lainnya.

"Kalau sejauh itu (penyebab kematian) kita belum. Kami hanya mengumpulkan semua dugaan hilangnya korban sementara ini," ucapnya dengan hati-hati.

Sedangkan hasil dari proses identifikasi, Damus mengaku pihaknya sampai saat ini pun masih menunggu putusan hasilnya.

"Kemungkinan benar itu jenazah korban berdasarkan pengakuan orang tua. Tapi hasil pastinya kita masih menunggu," pungkasnya.

TIM GABUNGAN MENYISIR TITIK PENEMUAN MAYAT

Menelusir dugaan kematian jenazah balita tanpa kepala dan bagian tubuh lainnya akibat peristiwa banjir, tim gabungan dari unsur kepolisian dan relawan melakukan penyisiran sejauh 2,5 kilometer.

Tim gabungan ini diketahui berkumpul di lokasi awal penemuan jenazah, tepatnya di Jalan Antasari II, Gang 3, RT 30, Kecamatan Samarinda Ulu pada aliran drainase besar eks Anak Sungai Karam Asam, Senin (9/12/19) sekitar pukul 10.00 Wita.

Tim gabungan diketahui bergerak secara bergantian, menggunakan satu perahu fiber warna oranye, yang mampu mengangkut lima orang. Sisanya melakukan pengamatan dari permukaan air. Petugas gabungan ini terus bergerilya selama lebih kurang 7 jam lamanya, dengan luas pencarian sekitar 2,5 kilometer. Dengan titik akhir di kawasan Juanda 4.

Saat itu, tim gabungan diketahui berjumlah 30 orang. Jika dugaan kuat mengarah kepada jenazah yang diduga Yusuf meninggal karena banjir, tentu di sepanjang aliran sungai kuat kemungkinan tim akan menemukan potongan tubuh yang menghilang.

Setiap tumpukan tak luput dari pemeriksaan tim gabungan ini. Bahkan pencarian hingga di bagian dasar aliran eks anak sungai ini dengan menggunakan tongkat panjang.

"Kami upayakan pencarian semaksimal mungkin. Baik di dasar air muapun di permukaan," ucap Ketua Info Taruna Samarinda Joko Iswanto di lokasi pencarian

Joko juga menuturkan, kondisi air yang keruh akibat sedimentasi dan kedalaman air yang bervariasi menyulitkan upaya pencarian.

"Kami coba mencari dengan manual, seperti menggunakan tongkat panjang," imbuhnya.

Meski telah menyusuri setengah dari panjang aliran air ini, namun pencarian petugas gabungan belum membuahkan hasil.

"Upaya hari ini belum membuahkan hasil. Kita akan lanjutkan besok lagi dari titik terakhir penyisiran," pungkasnya.

[JRO | TOS]



Berita Lainnya