Opini

IHT (In House Training) sebagai Sarana Peningkatan Kompetensi yang Menarik bagi Guru di Sekolah 

Kaltim Today
07 Agustus 2020 08:46
IHT (In House Training) sebagai Sarana Peningkatan Kompetensi yang Menarik bagi Guru di Sekolah 

Oleh: Indri, S. Pd (Guru)

Semua guru berjibaku dengan beragam strategi Pembelajaran Jarak Jauh atau disingkat PJJ selama pandemi Covid-19 melanda tanah air tercinta ini. Mengikuti webinar menjadi istilah yang paling umum dan dapat dilakukan secara mandiri untuk mengetahui ragam sumber dan media pembelajaran. Menjadi bahasan yang menarik mengenai apakah masih ada sarana lain bagi guru di sekolah sebagai sebuah tim pengajar untuk tetap dapat meningkatkan kompetensi. Apakah masih ada cara lain untuk mendapatkan informasi pemanfaatan aplikasi guna melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh? Jawabannya tentu saja ada.

Webinar yang diselenggarakan oleh berbagai pihak tidak harus menjadi satu-satunya sumber belajar bagi guru di sekolah selama pandemi Covid-19 belum berakhir. Hal ini dikarenakan masih ada sarana yang dapat diusahakan untuk peningkatan kompetensi guru. Guru dapat hadir di sekolah dan duduk bersama sembari berdiskusi secara langsung dengan pemateri.

[irp posts="17646" name="Guru, Makan Gaji Buta?"]

Jadi, seperti apa gerangan sarana yang dimaksud di atas? Inilah IHT, singkatan dari In House Training. Mengapa menjadi menarik kegiatan tersebut untuk dijalankan guru di sekolah? Apakah benar membuat guru di sekolah menjadi lebih semangat dan tertarik untuk mendapatkan informasi pemanfaatan aplikasi pembelajaran? 

Menjadi pendahulu alasan, sedianya kegiatan In House Training menghadirkan langsung pemateri yang kompeten di sekolah, dimanapun letak sekolah itu berada. Seperti kita ketahui bersama, letak sekolah tidak hanya di pusat kota saja. Mari kita melihat sejenak teori struktur ruang kota, salah satunya yang dikemukakan oleh Burgess, teori Konsentris. Dari hasil pengamatan Burgess, kota dibagi menjadi lima zona yakni: 

1. Zona pusat daerah kegiatan (PDK) atau CBD (central business district)

Terdapat toko-toko besar, bangunan kantor, bank, rumah makan, pusat bisnis, dan sebagainya.

2. Zona peralihan atau transisi

Daerah ini terikat dengan zona pusat daerah kegiatan. Penggunaannya campuran antara pusat usaha dengan permukiman.

3. Zona permukiman kelas proletar 

Zona ini dihuni pekerja kelas rendahan. Rumah-rumah yang ada di zona ini kecil-kecil.

 

View this post on Instagram

 

Akhir Juli 2020, grafik penularan Covid-19 terus melonjak drastis, setelah fase relaksasi atau New Normal dijalankan. Peningkatan ini terjadi hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Selengkapnya baca di https://kaltimtoday.co/seketat-apa-hukum-indonesia-menjaga-data-pasien-covid-19/

A post shared by Kaltim Today (@kaltimtoday.co) on

4. Zona permukiman kelas menengah (residential zone

Pekerja kelas menengah dengan keahlian dan pendidikan umumnya tinggal di zona ini. Kondisi rumahnya lebih baik.

5. Zona permukiman elit

Dihuni orang-orang dengan perekonomian baik seperti pengusaha dan pejabat.

6. Zona penglajur (commuters zone

Ini adalah daerah pinggiran yang warganya bekerja di kota dan harus pulang pergi cukup jauh.

Disusul dengan alasan kedua. Kehadiran sosok pemateri sebagai role model bagi guru beserta kepala sekolah yang memungkinkan ketiga pihak dapat duduk bersama sembari berdiskusi. Apa itu role model? Mari menilik sekejap the Oxford Advanced Learner's Dictionary, role model (noun) memiliki arti “a person that people admire and try to copy”. Sudah barang tentu, para pemateri yang mau membagikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, selekas itu menjadi role model bagi guru selaku warga sekolah dan tim pengajar di sekolah. Yang menjadi detail dalam pemanfaatan aplikasi dapat dicontoh dan ditanyakan secara langsung dari pemateri. Sehingga pemateri sebagai role model menjadi salah satu kunci kesuksesan kegiatan In House Training. Ditambah dengan koordinasi yang tepat dengan pemateri untuk penerapan aplikasi guna menunjang Pembelajaran Jarak Jauh. Dapat pula disertakan instruksi selama kegiatan berlangsung dari kepala sekolah selaku pimpinan dari guru-guru.

[irp posts="17360" name="Seketat Apa Hukum Indonesia Menjaga Data Pasien Covid-19 ? (Bagian 1)"]

Alasan ketiga mengapa kegiatan In House Training dapat menjadi solusi yang tepat dan menarik untuk guru dalam persiapan Pembelajaran Jarak Jauh yaitu mampu meningkatkan kualitas SDM (sumber daya manusia) di sekolah, yaitu guru sekaligus user dalam aplikasi yang dimanfaatkan selama Pembelajaran Jarak Jauh berlangsung. Guru semakin tertarik melakukan seleksi link video pembelajaran, ringkasan materi, dan tugas yang akan ditampilkan dalam aplikasi. 

Sebagai penutup perbincangan, bolehlah kita mendukung kegiatan In House Training bagi guru di sekolah. Apabila guru dan kepala sekolah di seluruh tanah air didukung penuh dalam setiap kegiatan peningkatan kompetensi, alhasil dapat pula mencetak generasi emas bangsa Indonesia yang tidak ketinggalan zaman dan selalu up to date dengan ragam aplikasi pembelajaran yang sedang popular digunakan selama pandemi Covid-19.

Dengan semangat pengabdian di bidang pendidikan, sepatutnya bagi guru dimanapun letak sekolah mereka berada, kegiatan In House Training dapat menjadi inspirasi dalam peningkatan kompetensi individu guru dan sebagai tim tenaga pendidik di sekolah. Semakin paripurna apabila kegiatan In House Training dilaksanakan secara berkelanjutan, tidak hanya selama pandemi Covid-19 saja.(*)

*) Opini penulis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co 



Berita Lainnya