Figur
Perjalanan Muhammad Aswar: dari Jurnalis Televisi, Pengusaha, hingga Bakal Calon Wakil Wali Kota Bontang
Mengusung tagline "Bontang Digdaya", mantan jurnalis televisi yang kini menjabat sebagai Ketua DPC Gelora Bontang ini kian optimis menatap Pilkada 2024.
Kaltimtoday.co, Bontang - Keinginan untuk terjun ke politik sudah saya pikirkan matang. Sebelum terjun, saya memastikan bahwa saya sudah selesai dengan diri sendiri. Makan dan minum keluarga sudah cukup. Alhamdulillah, semua itu sudah tercukupi. Maka saya kira inilah waktu yang tepat untuk mengabdikan diri bagi umat, rakyat, agar bisa memberi lebih banyak kebaikan”.
Kalimat itu dilontarkan Muhammad Aswar ketika disambangi di kantornya, Graha Global, Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Satimpo, Kecamatan Bontang Utara, Bontang, belum lama ini. Aswar-- sapaannya, menekankan soal "merasa cukup" dan "selesai dengan sendiri" ketika ditanya soal alasan dan kesiapannya maju dalam bursa bakal calon wakil wali kota dalam Pilkada Bontang 2024.
Bukan tanpa alasan Aswar menekankan dua hal itu. Menurutnya, bila seseorang merasa cukup dengan apa dimiliki, sudah selesai dengan diri sendiri, kelak bisa lebih tulus dan maksimal menjalankan tugas bila diberi amanah untuk memimpin.
Posisi sebagai pemimpin sudah tak dipandang sebagai ‘’karpet merah’’ untuk mengejar ambisi atau kepentingan pribadi. Posisi kepemimpinan justru dipandang sebagai ladang pahala: melayani publik, memperbaiki harkat hidup masyarakat luas, mengabdi untuk agama dan bangsa. Sudah tidak ada ruang untuk kepentingan pribadi bagi seorang pemimpin. Sebab memimpin, menurut Aswar, adalah soal mengabdi, bahkan merelakan diri sendiri demi kepentingan banyak orang. Ini mungkin terdengar cliche, tapi setidaknya, itu yang diyakini Aswar.
‘’Apa lagi yang perlu dicari. Insha Allah saya sudah merasa cukup dengan yang dimiliki saat ini. Hanya saja, kan, hidup bukan tentang diri sendiri. Tapi bagaimana kita ini bisa memberi manfaat bagi banyak orang. Setidaknya itu yang saya yakini hingga detik ini,’’ sebut pria kelahiran 1982 ini.
Bermanfaat bagi banyak orang, membantu sesama, sejatinya bisa dilakukan tanpa harus masuk dalam sistem. Hanya saja, Aswar menyadari bahwa bantuan yang diberikan sangat terbatas. Tidak maksimal. Tak massif. Dia mencontohkan, ketika ada sejumlah orang menyambanginya di rumah atau kantor meminta bantuan. Entah itu bantuan pendanaan usaha, atau sesederhana kebutuhan sehari-hari. Bantuan bisa diberikan, uang tunai misalnya, tapi jumlahnya tentu terbatas. Aswar berpikir, bila masuk dalam sistem (baca: pemerintahan), dia bisa memiliki ruang lebih luas untuk menyebar kebermanfaatan. Misalnya bisa menyusun program peningkatan kesejahteraan.
‘’Pribadi kita bisa bantu satu, dua, tiga orang. Tapi, kan, terbatas. Maka saya pikir, sekalian saja masuk ke sistem, jadi bisa membuat program untuk meningkatkan kesejahteraan. Manfaatnya akan lebih luas dirasakan masyarakat,’’ bebernya.
Anwar menyadari bahwa proses politik yang dijalaninya mungkin tak selalu mulus. Misalnya pada 2019 lalu ketika ia mencalonkan diri sebagai bakal calon wali kota Bontang untuk mendampingi Neni Moerniaeni. Sudah memasang baliho di banyak titik, menyusun visi-misi yang selaras dengan Neni, melakukan sosialisasi kanan-kiri, namun akhirnya ia tak dipilih. Baginya itu adalah proses pembelajaran dan pendewasaan dalam berpolitik.
Sejatinya pun Aswar menyadari benar bahwa saat itu dia tak akan dipilih. Namun dia berkeyakinan bahwa setiap peluang yang ada layak dijajaki. Saat itu dia memang tak dipilih, namun satu yang pasti: setiap pengalaman pasti memberikan pembelajaran. Dan itu menjadi bekal Aswar menatap langkah politiknya ke depan.
Pada 2024 ini, Aswar lebih siap dan matang menatap Pilkada Bontang. Kali ini, dia tidak hanya datang sebagai Aswar ‘’yang dulu’’. Kini dia punya modal sosial dan elektoral. Partai Gelora Bontang yang baru kali ini ikut Pemilu, berhasil mengunci satu kursi di parlemen Bontang. Tidak buruk partai debutan pemilu. Namanya pun kian populer di masyarakat berkat pergerakan yang selama ini dilakukan, termasuk melalui Ormas Mirel.
‘’Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Setiap peluang yang ada layak dijajaki. Siapa tahu ini adalah masanya kita,’’ tegasnya.
Mantan Jurnalis Televisi
Nama Muhammad Aswar barangkali lebih dikenal sebagai seorang pengusaha. Publik lebih mengenalnya sebagai pendiri sekaligus pemilik LPK Global. LPK Global adalah sebuah lembaga pendidikan dan kursus bersertifikasi kenamaan yang berbasis di Bontang. Lembaga ini terkenal melatih banyak calon pekerja untuk memasuki dunia kerja di bidang teknologi komputer, teknik otomasi dan menyetir. Belakangan, lembaga yang berdiri sejak 2008 ini makin populer lantaran menyediakan berbagai pelatihan secara daring yang pesertanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Beberapa lainnya mungkin mengenal Aswar dari berbagai organisasi yang diikutinya. Entah itu organisasi mahasiswa, kepemudaan, paguyuban, atau kewirausahaan. Ini tak mengherankan, sebab ayah empat anak ini memang dikenal aktif di organisasi sejak di kampus.
Di kampus, dia pernah mendirikan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Cesima di Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda—selanjutnya Widya Gama. Dia pernah menjadi ketua Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Kota Bontang (Kapasisbon) dua periode. Pernah menjabat ketua Kerukunan Keluarga Santan Bersatu Kota Bontang. Dan paling populer, ketika dia menjabat ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bontang.
Di balik citranya yang dikenal sebagai pengusaha sukses yang aktif dalam berbagai organisasi, namun tak banyak yang tahu dulunya Aswar adalah seorang jurnalis. Pada 2005-2008 Aswar pernah bekerja sebagai jurnalis di Publik Khatulistiwa Televisi (PKTV). Selama rentang waktu itu, Aswar menjejali tugas palugada ala jurnalis. Mulai melakukan liputan lapangan, menulis laporan, mengambil gambar (video), menyunting naskah, menyusun program, hingga menjadi pembawa berita (news anchor).
‘’Lumayan lama saya dulu di PKTV. Pernah juga jadi wartawan seperti kawan-kawan ini,’’ kata Aswar sembari tertawa, merujuk kami yang mewawancarainya siang itu.
Ketika di PKTV, Aswar meliput berbagai isu. Mulai pemerintahan, ekonomi, korporat, politik, hingga olahraga. Dia mengenang, dulu, ketika media dan jurnalis terbilang terbatas, ia ditugaskan meliput latihan perang TNI di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Dia sempat naik ke kapal militer KRI dr Soeharso. Peliputan ini cukup berkesan baginya, sebab tak banyak orang bisa mendapat akses hingga ke ring satu lokasi latihan perang.
‘’Tentu banyak pengalaman di lapangan dirasakan. Tapi saya kira, meliput latihan perang itu cukup berkesan sampai saat ini,’’ ujarnya, sembari menunjukkan gambar ketika ia menaiki salah satu armada perang TNI kala itu.
Dari pengalamannya menjadi jurnalis televisi, Aswar mendapat kesempatan bertemu banyak orang. Dari level elit hingga warga di akar rumput. Pertemuan demi pertemuan ini membuat Aswar paham bagaimana menempatkan diri ketika berbincang dengan orang dari berbagai latar belakang. Budaya kerja jurnalis yang mengedepankan penghormatan dan kesetaraan pada tiap orang tanpa melihat latar belakang terus dibawanya hingga kini. Pengalaman di jurnalistik ini pula berpengaruh dalam membentuk pribadi Aswar yang kritis dan lantang menyuarakan kepentingan publik.
Banyak di antara mereka yang ia temui dulu kini menjadi figur cukup penting di Bontang. Sebut saja mantan Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, yang kala itu berstatus sebagai ketua DPRD Bontang. Atau dua politikus kawakan yang dipastikan kembali melenggang ke parlemen, Nursalam dan Ubayya Bengawan. Dulu, Aswar mengenal mereka sebagai jurnalis senior yang bekerja untuk salah satu surat kabar harian lokal Kaltim.
‘’Saya kenal beliau-beliau itu sudah lama,’’ katanya.
Kendati mendapat penugasan di banyak desk, namun paling disukai Aswar ialah di isu politik. Ketertarikan ini hadir secara alami. Itu sebabnya Aswar selalu antusias ketika diberi penugasan melakukan peliputan di isu-isu politik. Bahkan dia pernah ditugaskan menahkodai program bincang-bincang (talkshow) bersama politikus Bontang.
‘’Saya dari dulu memang suka dengan isu politik. Kesukaan itu datang secara alami,’’ bebernya.
Tawaran Program
TAHUN ini, Aswar kembali hadir sebagai bakal calon wali kota dan wakil wali kota Bontang. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, posisi tawar pria kelahiran Santan ini lebih kuat. Selain memegang posisi sebagai Ketua DPC Gelora Bontang, ia juga memiliki modal elektoral dan modal sosial lebih baik. Gerakan akar rumput yang diinisiasi tim-tim mudanya pun terus bergerak dan bergerilya dalam senyap. Mereka bergerak baik di ruang digital (baca: media sosial), maupun turun langsung ke rumah-rumah warga.
Dalam banyak kesempatan, Aswar mengaku tidak pernah membatasi jembatan komunikasi dengan pihak atau partai mana pun. Dia selalu terbuka, melihat dan menjajaki berbagai peluang yang ada. Sebab dia sadar betul bahwa politik tidak punya rumus, ia terus berdinamika. Harus ada penyesuaian ini dan itu. Dinamika yang terjadi dalam politik itulah yang membuatnya memikat.
Hingga wawancara ini dilakukan, diketahui Aswar setidaknya sudah mengembalikan formulir ke sejumlah partai, seperti Golkar, PDI Perjuangan, Nasdem, dan Demokrat.
Dengan berbagai nilai tawar yang dimilikinya kini, Aswar lebih optimis menyambut Pilkada Bontang 2024. Dia pun sudah menyusun agenda besar apa yang ingin dia perjuangkan bila kelak mendapat kepercayaan memimpin Bontang, entah wali kota atau wakil wali kota.
Aswar merangkum agenda pembangunan itu dalam satu tagline berjuluk Bontang Digital Berbudaya atau ‘’Bontang Digdaya’’. Aswar menjelaskan, Bontang Digdaya merujuk pada satu paradigma pembangunan di mana berbagai kegiatan di Bontang itu terkoneksi dalam dunia digital. Menurutnya ini penting sebab banyak peluang bisa ditangkap dan dimanfaatkan bila ekosistem digital di Bontang bisa dibangun dan terkelola dengan baik.
Dia mencontohkan, bagaimana lembaga pendidikan dan kursus yang dipimpinnya, LPK Global, bisa berkembang demikian masif lantaran memanfaatkan Internet of Things (IoT). Mereka melihat kebutuhan pasar, mereka memenuhi kebutuhan itu, dan cara mereka merangsek pasar adalah dengan memanfaatkan konektivitas yang dihadirkan oleh internet.
‘’Bontang ini kotanya tidak besar, jadi saya rasa kita bisa bangun ekosistem digital yang baik di kota ini,’’ sebutnya.
Selain membangun ekosistem digital, Aswar juga mendorong agar kas daerah dikelola dengan baik. Menurutnya, keanehan dalam pengelolaan APBD Bontang selama ini. Umumnya di banyak daerah, kata Aswar, pemerintah membelanjakan APBD-nya di dalam kota, atau menggunakannya untuk menarik lebih banyak orang masuk ke dalam kota. Yang junturungnya untuk mendorong lebih banyak perputaran uang dalam kota.
Namun yang belakangan ini dilakukan Bontang cukup anomali. Pemerintah justru ‘’membakar’’ uang di luar kota dengan cara yang umum diketahui publik: bimbingan teknis alias bimtek. Menurut Aswar, akibat kegandrungan bimtek luar kota, perputaran uang di dalam kota Bontang justru terbatas. Uang yang mestinya bisa berputar di Bontang, justru melayang ke luar kota.
‘’Kenapa daya beli rendah, karena perputaran uang di Bontang kecil. Alangkah baiknya duit bimtek itu digulirkan di Bontang, pasti efek ekonominya makin terasa,’’ kata pria yang juga berpengalaman dalam bisnis retail ini.
Oleh sebab itu, ke depan Aswar menawarkan agar pengelolaan APBD dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan publik. Dia berkeinginan agar ada transformasi dalam penggunaan APBD. Ia harus digunakan secara kreatif, tepat sasaran, dan azas kebermanfaatannya jelas. Bukan sekadar dibakar atas nama menghindari Silpa atau yang penting anggaran sudah diserap.
Pengalokasian APBD, sebut Aswar, jelas harus menyasar rakyat di akar rumput. Maka program pemerintah pun harus berbasis kebutuhan rakyat. Semisal untuk kesehatan, pendidikan, atau untuk program yang menunjang peningkatan perekonomian warga.
‘’Harusnya APBD dikelola secara kreatif. Jangan sampai kita pakai duit ke luar kota, tapi untuk urusan makan saja Bontang belum selesai. Kita tidak boleh menutup mata bahwa angka kemiskinan di Bontang ini masih rentan,’’ tegasnya.
Dan terakhir, Aswar ingin menghadirkan narasi pembangunan Bontang selaras dengan IKN. Menurutnya daerah-daerah penyangga IKN harus bisa menyelaraskan pembangunannya dengan keberadaan IKN. Narasi pembangunan yang selaras dengan IKN ini baginya penting sebab banyak peluang bisa hadir dari keberadaan ibu kota baru itu. Jangan sampai daerah penyangga justru gagap apalagi cuma jadi penonton.
‘’IKN kan tidak mungkin berdiri sendiri, dia butuh daerah penyangga. Makanya kita ini juga harus bersiap. Prinsipnya, siapa pun jadi pemimpin Bontang, dia harus punya narasi tentang IKN,’’ kata mantan Ketua BPC Hipmi Bontang ini.
Profil Singkat:
Nama: Muhammad Aswar
Panggilan: Bang Aswar atau Kanda Aswar
Tempat, tanggal lahir: Santan Tengah, 1 Januari 1982
Hobi: Organisasi, diskusi, dan traveling
Pendidikan:
SD Negeri Santan Tengah, Marangkayu
MTS Ponpes Ma'had Hadits Biru Watampone
MA Ponpes Ma'had Hadits Biru Watampone
Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam, Samarinda
Karir:
- Jurnalis PKTV
- Wakil Kepala Sekolah MA As'adiyah Santan Tengah
- Direktur Utama LPK Global Devicourse
- Direktur CV Najwa Jaya Mandiri
- Pemilik Rumah Karpet Bontang
- Pemilik Raja Karpet Sangatta
- Pemilik Raja Karpet Bontang
Pengalaman Organisasi:
- Ketua BEM FH Univ Widyagama
- Pendiri Lembaga Kampus Cesima Widyagama
- Ketua Asrama Mahasiswa Bontang di Samarinda
- Ketua Kapasisbon Samarinda 2 Periode
- Ketua Bidang PTKP HMI Cabang Samarinda
- Pengurus KNPI Bontang
- Ketua DPC Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia (HIPKI) Bontang
- Sekum DPD HIPKI Kaltim
- Ketua Umum BPC Hipmi Bontang
- Pengawas Yayasan Ponpes Darul Qurra Tanjung Laut Bontang
- Pengawas Yayasan As'adiyah Santan Tengah
- Pengurus Kerukunan Keluarga Masyarakat Bone (KKMB) Bontang
- Wakil Ketua Ikatan Pemuda Bone
- Ketua Kerukunan Keluarga Santan Bersatu Bontang
- Ketua IV Bidang Ekonomi Syarikat Islam Indonesia Bontang
- Pendiri Milenial Religius (Mirel)
- Anggota Pemenangan Wilayah VI DPD I Golkar Kaltim
- Ketua DPD Gelora Bontang
[RWT]
Simak berita dan artikel Kaltim Today lainnya di Google News, dan ikuti terus berita terhangat kami via Whatsapp
Related Posts
- KPU Bontang Musnahkan 407 Surat Suara Lebih dan Rusak
- Tinggal Menghitung Hari, Alfin Rausan Fikry Sebut Suara Pemuda Krusial dalam Pilkada Bontang
- Dorong Pembangunan Inklusif, Neni-Agus Janji Tingkatkan Keterlibatan Kelompok Marginal dalam Program Investasi Hijau
- Debat Publik Kedua, KPU Bontang Harap Paslon Kedepankan Adu Gagasan dan Visi-Misi Secara Beretika
- Kilang Refinery Gagal Dibangun, Nasrullah Sebut Ini Bentuk Kegagalan Pemerintahan Basri