Opini
City Branding Ibu Kota Baru Indonesia di Kalimantan Timur
Oleh: Ima Yusmanita (Mahasiswa PhD Jurusan Southeast Asian Studies Bidang Urban Study dan Media, University of Bonn, Jerman)
Bagaimana Indonesia ingin image atau citra sebuah ibu kota yang baru ini dikenal oleh publik dalam negeri maupun publik internasional?
SECARA resmi Presiden Jokowi telah mengumumkan rencana pemindahan ibu kota Indonesia yang baru ke wilayah Kalimantan Timur pada Agustus 2019. Kota Jakarta dianggap sudah tidak layak untuk menjadi pusat pemerintahan karena beban yang ditanggung oleh megapolitan ini sudah terlalu berat.
Berbagai permasalahan Jakarta seperti macet, banjir, polusi udara, kepadatan penduduk, ruang terbuka hijau yang kurang, dan beragam masalah sosial lainnya turut menjadi alasan mengapa diperlukan sebuah ibu kota yang baru.
Presiden Jokowi menegaskan, ibu kota baru di Pulau Kalimantan ini dirancang bukan hanya sebagai simbol identitas negara, melainkan juga representasi kemajuan bangsa Indonesia.
Dengan adanya rencana pemerintah ini dan sudah ditetapkannya wilayah Kalimantan Timur sebagai lokasi ibu kota Indonesia yang baru maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Indonesia ingin image atau citra sebuah ibu kota yang baru ini dikenal oleh publik dalam negeri maupun publik internasional?
City branding perlu dikonseptualisasikan untuk pengelolaan tata kota yang tepat. Tentu saja image atau citra sebuah kota atau city branding adalah fenomena yang kompleks.
Definisi City Branding
Pada mulanya city branding diadopsi dari teori marketing tentang brand sebuah produk yang diaplikasikan ke urban development, regenerasi dan kualitas kehidupan di sebuah kota.
Dalam konteks ini pemerintah Indonesia menginginkan kualitas kehidupan ibu kota baru yang prima dengan mencanangkan konsep Living with Nature atau membangun peradaban berdampingan dengan pelestarian alam dan lingkungan.
Definisi city branding sendiri adalah bagaimana individu maupun publik membentuk gambaran tentang kota menurut pemahaman mereka sendiri.
Dengan kata lain, city branding bisa juga diartikan sebagai gambaran, informasi yang diasosiasikan dengan tempat tertentu atau sebuah kota. Makna yang diberikan kepada sebuah kota; interpretasi kata sifat pada sebuah kota yang diciptakan karena adanya stimulasi sosial dan pengaruh publik kepada kota tersebut.
Rangkaian makna ini membentuk sebuah kepercayaan atau stereotype yang mengidentifikasi karakter sebuah kota.
City branding terbentuk dari kombinasi elemen kognitif dan emosional yang dialami oleh publik. Elemen kognitif contohnya yaitu hal-hal yang bisa dilihat mata atau dirasakan inderawi panca indera seperti gedung-gedung, lansekap perkotaan, taman-taman, museum, wisata alam seperti gunung, danau, sungai, air terjun dan sebagainya.
Desain lansekap perkotaan telah terbukti menjadi salah satu alat paling efektif untuk merancang dan mengkomunikasikan city branding.
Di luar negeri contohnya kota Paris dikenal dengan menara Eiffel-nya, kota Roma dikenal dengan Colosseum, di dalam negeri ada kota Palembang yang terkenal dengan Jembatan Sungai Musi, Yogyakarta dengan Candi Borobudur, Bali dengan Pura Uluwatu di pinggir danau yang terkenal.
Elemen lain yang membentuk city branding yaitu elemen emosional, perasaan yang dialami oleh publik ketika berada di kota tersebut, misalnya, tingkat kepuasan warga dan kebanggaan menjadi bagian dari sebuah kota.
Bagaimana Karakter Ibu Kota Baru Indonesia di Kalimantan Timur?
Karakteristik sebuah kota bisa diidentifikasi dari kekayaan alamnya, bisa juga berupa bangunan fisik arsitektur, maupun events, atau aspek immaterial seperti cerita legenda sebuah kota, slogan, dan logo. Kalimantan Timur terkenal dengan kekayaan alam berupa hutan tropis yang luas.
Menurut Menteri Agraria dan Tata Ruang, Sofyan Djalil, Ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur akan mengusung konsep forest city (kota hutan). Konsep forest city merupakan hasil kajian Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim.
Dalam konsep itu, pemerintah akan mengkolaborasikan kota modern, smart (pintar), beautiful (cantik), dan sustainable (berkesinambungan), dengan kekayaan hutan tropis Kalimantan. Menteri Bappenas periode 2016-2019, Bambang Brodjonegoro juga menambahkan bahwa pelestarian hutan konservasi Kalimantan harus dijaga. Idealnya, pemerintah membangun kota hijau memaksimalkan daya dukung alam Kalimantan, sehingga ibu kota baru bisa menjadi kawasan paru-paru dunia.
4 Tahapan Proses City Branding
Ada 4 tahapan dalam proses membangun city branding menurut Thomas Gad (seorang scientist di bidang city branding) yaitu:
- Tahap “Discover”
Adalah fase pertama yang harus dilakukan dalam proses city branding dengan mengumpulkan data tentang persepsi warga mengenai sebuah kota? Ini bisa dimulai dari identifikasi kepercayaan, ide-ide, tradisi nilai, arsitektur, makanan khas, budaya, nilai warisan, cerita sejarah masa silam, dan sumber daya alam.
Misalnya dalam proses city branding ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur maka tahap pertama kita mengumpulkan informasi tentang apa saja yang ada di Kaltim.
Contohnya, Kaltim dikenal sebagai daerah penghasil kayu dan hasil pertambangan serta memiliki ratusan sungai yang tersebar di seluruh wilayahnya dengan sungai terpanjang yaitu sungai Mahakam. Sungai Mahakam bisa menjadi salah satu ikon dari ibu kota baru Indonesia.
Selain terkenal dengan hasil tambang, Kalimantan Timur juga terkenal dengan flora dan fauna hutan tropisnya, orang utan dan anggrek hitam adalah salah satu spesies langka yang menjadi ciri khas daerah ini.
Tujuan pariwisata yang menarik di Kaltim antara lain; kepulauan Derawan di Berau, danau Labuan Cermin, kampung Dayak Pampang di Samarinda, Pulau Kumala di Tenggarong.
Beberapa bangunan arsitektur yang bisa menjadi ciri khas Kaltim antara lain; Masjid Islamic Center Samarinda, Kampung Bontang Kuala, Istana raja kutai tenggarong, Vihara Maitreya Samarinda, Jembatan Ulin Kariangau, Monumen Perjuangan Rakyat Balikpapan, Taman Lampion Mahakam, Kampung diatas air Balikpapan.
Tidak banyak bangunan lansekap atau arsitektur yang bisa dijadikan ikon ibu kota baru di Kaltim, ini bisa menjadi sebuah catatan bagi pemerintah untuk melakukan kajian lebih lanjut untuk membangun sebuah lanskap yang akan menjadi ciri khas ibu kota baru di Kaltim kelak.
Ada berbagai budaya dari beberapa etnis yang turut mewarnai kehidupan sosial di Kalimantan Timur. Kalimantan Timur merupakan wilayah yang unik dimana merupakan tujuan utama migran asal pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan Selatan.
Hal ini mengakibatkan etnis yang dominan di Kalimantan Timur yaitu etnis Jawa, Bugis dan Banjar. Penduduk asli atau lokal yaitu etnis Dayak dan etnis Kutai.
City branding harus menempatkan penduduk lokal sebagai target audiens paling penting dari pencitraan kota dan lanskap perkotaan sebagai elemen kunci untuk memperkuat identitas lokal penduduk setempat. Identitas lokal Kalimantan Timur lainnya bisa dirasakan dari makanan khasnya antara lain; nasi kuning, nasi bekepor, soto banjar, ayam goreng banjar, gangan keladi, amplang, lempok durian, dsb. Sedangkan tradisi nilai budaya di Kalimantan Timur dapat diwakili oleh Festival Erau. Selain Festival Erau, di Kalimantan Timur ada pula Festival Mahakam, dan Festival Mangrove.
- Tahap “Define”
Fase selanjutnya yaitu define, artinya adalah mengidentifikasi pengertian yang simpel dan jelas tentang sebuah kota; menunjukan hal terpenting, terbaik, dan unik dari sisi kota tersebut kepada publik. Proses ini bisa dimulai dengan menciptakan logo, tagline atau kalimat yang membangkitkan kenangan tentang kota tersebut. Misalnya tagline ‘Kaltim Benua Etam’ artinya tempat tinggal kita bersama; atau pesan-pesan pariwisata seperti ‘memandang hamparan hijau pohon dan lumba-lumba yang menjelajahi sungai Mahakam memberi kedamaian yang absolut’ adalah proses define dalam city branding.
- Tahap “Design”
Tahap berikutnya yaitu Design yang artinya membangun sebuah image, karakter sebuah kota baik dari infrastruktur seperti bangunan lanskap, basic service untuk warga, maupun dari event budaya seperti atraksi hiburan, festival tahunan, dsb.
Hal-hal tersebut sengaja dibangun untuk membentuk sebuah image yang akan melekat pada sebuah kota, misal festival tahunan, konferensi internasional, event internasional olahraga, musik, dan budaya lainnya.
Festival Erau yang diadakan tahunan dan festival lainnya seperti Festival Mahakam dan Festival Mangrove bisa dijadikan agenda pemerintah untuk membentuk image sebuah ibu kota baru di Kaltim.
Pemerintah bisa mendesain acara dengan skala internasional maupun lokal untuk diadakan secara berkala dengan tema tertentu yang akan membentuk karakter ibu kota baru.
- Tahap “Deliver”
“Deliver” adalah fase terakhir dari proses city branding yaitu bagaimana mengkomunikasikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada publik melalui channel-channel komunikasi seperti media, televisi, radio, public relations, majalah, internet dan sebagainya. Langkah selanjutnya, pemerintah perlu mengundang jurnalis, blogger, penulis dari seluruh dunia untuk memperkenalkan ibu kota baru.
Pemerintah harus mengatur strategi komunikasi untuk membangun citra ibu kota baru yang positif dengan konsep green living-nya kepada dunia. Dan proses deliver ini adalah sebuah proses yang long-term dan berkelanjutan, harus terus dilakukan secara berkesinambungan.
Pemerintah juga bisa menyelipkan pesan-pesan yang ingin disampaikan tentang ibu kota baru lewat film, lukisan, literatur atau berita. Film terkenal ‘James Bond’ adalah salah satu contoh deliver branding negara Inggris dengan kota London-nya. Lukisan ‘Monalisa’ yang terkenal selalu diasosiasikan dengan Museum Louvre di kota Paris.
Contoh lainnya yaitu Kota Ubud Bali terkenal dengan festival international-nya yaitu Ubud Writers Festival dimana seluruh penulis ternama dunia berkumpul di kota Ubud dan menyelenggarakan serangkaian kegiatan, dan kota Ubud pun otomatis banyak disebut dalam literatur dunia dan film internasional seperti karya novel dan film ‘Eat, Pray and Love’.
City branding menjadi poin penting dalam manajemen sebuah kota untuk mempromosikan kota tersebut kepada publik dan investor untuk mendatangkan investasi baik di bidang ekonomi maupun pariwisata. Pada akhirnya city branding ibu kota baru di Kalimantan Timur akan menjadi representasi sosial negara Indonesia yang otomatis dengan sendirinya juga akan membentuk konstruksi sosial yang baru bagi warga yang mendiami wilayah tersebut. (*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi kaltimtoday.co
Related Posts
- UMP dan UMSP Kaltim 2025 Naik 6,5 Persen, Ini Rinciannya
- ASN Terus Menanti Kepastian Jadwal Pindah Ke IKN
- Tembus 424 Laporan, Ombudsman Kaltim Fokus Berikan Solusi Non-Litigasi
- Rembuk Perempuan Pesisir Serukan Prioritas Air Bersih dan Sanitasi untuk Komunitas Pesisir
- Isran-Hadi Ajukan Gugatan Hasil Pilgub Kaltim ke MK, Refly Harun Jadi Kuasa Hukum