Daerah

Pembangunan Bendung Gerak Telake Mandek, Petani di Sekitar IKN Menjerit

Muhammad Razil Fauzan — Kaltim Today 09 Februari 2024 18:07
Pembangunan Bendung Gerak Telake Mandek, Petani di Sekitar IKN Menjerit
Bendungan kecil di sungai primer dan sekunder untuk mengairi aliran persawahan di Kecamatan Babulu. (Fauzan/Kaltimtoday)

Kaltimtoday.co, Penajam - Petani di Sumber Sari, Penajam Paser Utara (PPU), menaruh harapan besar pada pembangunan Bendung Gerak Sungai Telake, yang sebelumnya sempat bergulir dan bahkan telah memasuki tahap pembebasan lahan pada 2020.

Terlebih, Pemprov Kaltim, Pemkab Paser, Pemkab PPU dan Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV juga telah melakukan sosialisasi pembebasan lahan di Kecamatan Long Kali. 

Pada tahun 2021, Kementerian PUPR bahkan telah menayangkan tender di laman resmi LPSE Kementerian PUPR dengan pagu anggaran mencapai Rp759,8 miliar, namun sayangnya tender tersebut dibatalkan. 

Meskipun demikian, keberadaan bendung gerak Sungai Talake tidak hanya sebagai penyedia sumber air baku irigasi lahan pertanian, tetapi juga sebagai solusi pengendalian bencana banjir yang kerap melanda daerah sekitar.

Menurut Warsito, Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Sumber Sari, banjir telah menjadi momok yang merugikan bagi para petani setempat. Warsito mengungkapkan bahwa, kejadian banjir pada Maret 2023 lalu telah merugikan 13 kelompok tani dengan total lahan yang terkena dampak mencapai 328 hektare. Kerugian yang dialami mencapai Rp5,9 miliar akibat gagal panen.

Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Sumber Sari, Kecamatan Babulu, Warsito. (Fauzan/Kaltimtoday)

Alih-alih mendapat solusi, musim kemarau El Nino yang juga terjadi pada tahun yang sama menambah beban para petani. Tanpa sumber air irigasi yang andal, petani di Sumber Sari terpaksa mengandalkan tadah hujan, yang terbukti tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanaman mereka.

"Saya menggarap punya saya sendiri satu hektare, kemudian pinjam sewa satu hektare, yang punya orang Balikpapan (lahannya), belum dialihfungsikan," ungkap Warsito, menggambarkan upaya petani untuk bertahan di tengah keterbatasan sumber daya.

Krisis air dan bencana memaksa sebagian dari petani sawah beralih ke tanaman komoditas seperti sawit. Meskipun sawit memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap banjir, risiko tikus dan ketergantungan pada cuaca tetap menjadi kendala.

Warsito dan para petani lainnya pun melihat Bendung Gerak Sungai Telake sebagai harapan baru. 

"Kalau bendung gerak telake itu jadi, kalau musim hujan bisa nampung lebih banyak dan kalau musim kemarau masih ada persediaan," ujar Warsito.

Bendung gerak tersebut diharapkan mampu mengairi 14.000 hektare sawah di Kabupaten Paser dan 8.000 hektare di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), membuka peluang baru bagi pertanian lokal. Dengan tersedianya sumber air irigasi yang stabil, diharapkan petani dapat meningkatkan hasil panen mereka dan mengurangi kerugian akibat bencana alam.

Meskipun banyak yang berharap proyek ini segera terlaksana, namun masih ada hambatan dalam mewujudkannya. Sampai saat ini, proyek Bendung Gerak Telake belum terealisasi, meskipun terdaftar sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).

"Dulu sempat saya sendiri sampai disuruh mengantarkan peninjau untuk mengecek lahan yang masuk kelompok mana saja dan RT mana saja, tapi pas dengar Ibu Kota Nusantara (IKN) pindah langsung itu hilang. Soalnya itu untuk utamakan di sana, untuk pengairan PDAM," jelas Warsito.

Para petani di Sumber Sari terus menghadapi tantangan besar akibat perubahan cuaca ekstrem, terutama dalam hal irigasi dan pengendalian banjir di lahan pertanian mereka. Setelah mengalami kerugian akibat banjir dan kemarau berturut-turut, harapan mereka kini bergantung pada pembangunan Bendung Gerak Sungai Telake.

Pj Bupati PPU, Makmur Marbun (kiri) dan Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik (kanan). (Fauzan/Kaltimtoday)

"Setelah kena banjir, kemudian menanam kedua, habis nanam itu waktu panen berganti lagi kena kemarau saat El Nino itu. Makanya kami ini dalam satu tahun, sebenarnya kami kena dampak dua kali," ujar Warsito.

Kehilangan panen akibat banjir dan kemarau secara berturut-turut telah memberikan tekanan besar pada mata pencaharian petani di daerah ini. Tanpa sistem irigasi yang memadai, mereka terpaksa bergantung pada cuaca yang tidak menentu, sehingga mengalami kerugian finansial dan ketidakpastian ekonomi.

"Memang itu (bendungan) yang diharapkan satu-satunya, sekarang kalau kena kemarau, setelahnya musim tanam ini ada hujan nanti enggak lama kadar asam di tanah keluar. Jadi tanah itu keluar asam, karena enggak ada air dari mana-mana, adanya air hujan," bebernya.

Namun, meskipun mendesak, pembangunan bendungan ini masih terkendala oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah usulan pembangunan bendungan yang telah diajukan berkali-kali namun belum terealisasi. Beberapa petani telah mengusulkan pembangunan bendungan secara langsung, namun hingga saat ini belum ada progres signifikan.

"Biasanya, bendungan kan bisa untuk memecahkan banjir. Soalnya, kalau pas puncaknya air, bisa dibagi (dialirkan) ke berbagai arah," tambahnya, menggarisbawahi manfaat potensial pembangunan bendungan dalam mengatasi masalah banjir yang kerap melanda daerah tersebut.

Bendung Gerak Sungai Telake diharapkan akan menjadi solusi menyeluruh bagi para petani di Sumber Sari. Direncanakan untuk menghubungkan beberapa sungai utama di wilayah tersebut, bendungan ini diharapkan dapat meminimalisir banjir dan mengatur pasokan air selama musim kemarau.

Kendati demikian, perhatian terhadap peran pembangunan Bendung Gerak Sungai Telake haruslah menyeluruh. Selain mengatasi masalah banjir dan irigasi, penting juga untuk memperhatikan dampak lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal. 

Dikonfirmasi pada Senin (5/2/2024), Pj Bupati PPU, Makmur Marbu mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya meningkatkan infrastruktur pertanian di daerah Babulu, dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani setempat. 

Pj Bupati PPU, Makmur Marbun, menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjadikan Babulu sebagai pusat pertanian yang berkelanjutan.

“Babulu kan konsepnya daerah pertanian, kita sepakat bahwa itu akan dijadikan pusat pertanian. Berarti, harus ada 15 ribu hektare lahan pertanian yang ada di sana, sekarang yang digarap tidak sampai 50 persen,” ungkap Makmur Marbun.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Kabupaten PPU telah merancang program-program yang bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan air irigasi dan infrastruktur pertanian lainnya di Babulu. 

"Jangan berharap sama tadah hujan terus, makanya saya minta programnya semua masuk ke sana. Kan nanti itu bisa untuk ketersediaan di Ibu Kota Nusantara (IKN), jadi lahan-lahan yang dulu pernah beralih menjadi sawit kembali saja menjadi lahan untuk pertanian sawah," tambahnya.

Salah satu langkah yang telah diambil adalah pembuatan sumur bor sebagai upaya alternatif untuk memperoleh sumber air irigasi yang stabil. 

“Kemarin kami sudah buat sumur bor, kita sudah buat lima. Makanya kemarin saya ke Kementerian Pertanian dengan Kapolres dan Dandim untuk minta Bendungan Gerak Telake dan Bendungan Lambakan, dua itu kami minta. Sehingga kita coba bikin embung di sini, sehingga kalau air hujan tidak ada, masuk di embung. Itu pasti bisa,” jelas Makmur Marbun.

Meskipun demikian, Makmur Marbun tetap menekankan pentingnya pembangunan Bendungan Gerak Telake sebagai solusi jangka panjang. Diah bahkan menyebut telah melakukan koordinasi dengan Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik. 

“Bendungan Gerak Telake tetap akan menjadi solusi jangka panjang, harus. Saya dengan Gubernur Kaltim sudah clear,” pungkasnya. 

Saat ditemui, Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik juga menyebut bahwa pihaknya telah melakukan kunjungan demi melihat kondisi terkini posisi Bendungan Gerak Telake Tersebut. 

Pj Bupati PPU, Makmur Marbun (kiri) dan Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik (kanan). (Fauzan/Kaltimtoday)

Dia memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah konkret yang diambil oleh pemerintah provinsi untuk meningkatkan irigasi pertanian di Babulu.

Akmal Malik mengungkapkan bahwa, rencana pembangunan infrastruktur pertanian yang akan memberikan dampak positif pada sektor pertanian di daerah tersebut.

“Bendungan Gerak Telake sudah kami usulkan, mudah-mudahan minimal di 2025 terealisasi. Kami usulkan secara hektare, jadi lima sumur itu 100 hektare akan terairi Menteri PUPR. Mudah-mudahan Pemprov Kaltim juga akan mengalokasikan sesuai dengan kemampuan keuangan kita,” ujar Akmal Malik.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan irigasi jangka pendek, Pemerintah Provinsi Kaltim telah membuat lima sumur bor di daerah Babulu. 

"Jangka pendeknya, kita sudah membuat lima sumur bor, nanti dengan sumur bor minimal daerah Babulu ini 20 hektare lahan pertanian ini akan terairi. Satu sumur bor itu 20 hektare, jadi lima sumur itu 100 hektare akan terairi," pungkasnya.

[KURAWAL | RWT]

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Berita Lainnya