Figur
Kisah Ketua PD Muhammadiyah Bontang Mustamar, dari Tongkrongan Menemukan Cahaya Islam Berkemajuan
Perjumpaan dengan Persyarikatan Muhammadiyah sejatinya dimulai dari hal sederhana: tongkrongan. Namun siapa menyangka, perjumpaan yang biasa itu kemudian mengantarkan Mustamar berkhidmat pada umat selama lebih dari 20 tahun melalui salah satu organisasi dakwah islam terbesar di Indonesia itu.
BONTANG medio 1984. Mustamar yang kala itu baru berusia 24 tahun pertama kali menginjakkan kakinya di kota berjuluk Taman ini. Ia pindah ke Bontang lantaran diajak koleganya bergabung ke PT Kaltim Industrial Estate (KIE) yang merupakan anak perusahaan PT Pupuk Kaltim.
Mustamar adalah perantau asal Banyuwangi, Jawa Timur. Seperti halnya pendatang baru lain, tentu ia ingin mengenali lebih jauh mengenai daerah ini. Sebelumnya ia pernah mendengar soal Bontang, namun tak tahu pasti bagaimana kondisinya. Yang ia tahu, dua mega industri bermarkas di kota ini. Yakni PT Pupuk Kaltim dan PT Badak LNG. Maka, tiap kali rekan kerjanya mengajak nongkrong, sedapat mungkin Mustamar mengiyakan ajakan tersebut.
Namun beruntung, kawan tongkrongannya itu justru lebih sering mengajaknya bergabung dengan lingkungan masjid. Mengingat kondisinya kala itu, Bontang masih berupa perkampungan kecil. Belum banyak hal bisa disambangi. Dia lebih sering diajak salat berjamaah di masjid. Ikut kajian. Kendati bekerja di sekitar areal pabrik PKT, namun Mustamin dan kawan-kawannya lebih sering ‘’nongkrong’’ di Masjid Al Kautsar yang terletak di Komplek Perumahan PT Badak LNG.
‘’Mulanya saya cuma ikut-ikutan teman. Namanya anak muda. Ya kami nongkrong lah di sekitar masjid,’’ katanya ketika ditemui Gedung Dakwah Muhammadiyah Bontang, Jalan Jend Ahmad Yani, Kelurahan Tanjung Laut, Kecamatan Bontang Utara, Jumat (24/3/2023) slang.
Banyak nongkrong di masjid bukan berarti obrolan mereka tak ajeg soal keagamaan. Perbincangan tetap variatif. Misal soal kepemudaan, cerita ketika mereka dulu di kampung halaman, cerita soal lingkungan kerja, dan cerita keseharian selama tinggal di Bontang.
Kebetulan di Masjid Al Kautsar tempat Mustamar nongkrong kerap disambangi ustaz atau pemuka agama dengan latar belakang Muhammadiyah. Mereka kerap mengisi khotbah Jumat atau kajian di masjid itu.
Hal ini membuat Mustamar makin kerap mendengar khotbah yang disampaikan ustadz Muhammadiyah. Cukup lama ia ikuti, hingga ia sampai pada satu kesadaran baru. Rupanya narasi keagamaan yang disampaikan ustaz tersebut menentramkan, membuatnya nyaman, dan relevan dengan kondisi umat. Menurutnya ini cukup berbeda dari yang selama ini kerap ia dengar.
‘’Banyak hal saya pelajari dari situ. Misalnya saya belajar ternyata tidak ada yang sulit untuk mengubah seseorang memahami agamanya,’’ bebernya.
Bangkitnya kesadaran baru itu makin mendorong Mustamar memahami agama. Di samping itu, ia makin tertarik mendalami konsep Islam yang berkemajuan seperti yang selama ini digaungkan Muhammadiyah.
Mustamar sendiri bukanlah seorang yang besar dari tradisi Muhammadiyah. Keluarganya justru lebih dekat dengan tradisi Nahdlatul Ulama (NU). Maka dapat dikatakan, perjumpaan dengan Muhammadiyah adalah hasil perjalanan spiritualnya sendiri.
Memasuki awal tahun 1990-an, Mustamar resmi bergabung ke gerakan dakwah islam yang didirikan KH Ahmad Dahlan itu. Pada 1998, ketika pimpinan daerah Muhammadiyah Bontang dikomando Muslim, Mustamar ditunjuk sebagai pimpinan cabang Muhammadiyah di Kecamatan Bontang Barat. Amanat itu ia emban hingga 2005.
Pada 2005-2019, ia naik menjadi pengurus pimpinan daerah. Dia sempat menjabat wakil ketua yang membidangi bidang dakwah yang membawahi tarjih,tajdid dan tabligh. Puncaknya, dalam Musyawarah Daerah (Musda) Muhammadiyah Bontang ke-7 yang digelar 11 Februari 2023 lalu, ayah dari 5 orang anak itu terpilih sebagai pimpinan daerah Muhammadiyah Bontang menggantikan K.H. Mardi Raharjo.
‘’Kalau dihitung sejak jadi pimpinan cabang (1998) sampai sekarang, sudah 20 tahun lebih melayani umat di Muhammadiyah ini,’’ bebernya.
Menyebarkan Semangat Islam yang Berkemajuan
Tentu ada dinamika yang terjadi dalam membumikan Muhammadiyah di Bontang. Mustamar ingat betul, dahulu tak sedikit yang beranggapan bahwa Muhammadiyah adalah aliran sesat. Bahkan hingga kini, kesalahan persepsi itu masih hidup di benak sejumlah orang. Namun mereka tak berani secara terbuka mengungkapkannya karena takut. Mengingat keberadaan Muhammadiyah di kota kini mulai meluas.
‘’Mungkin masih ada orang seperti itu (menilai Muhammadiyah salah),’’ kata pria berusia 63 tahun ini.
Namun ia tak mau terlalu mengambil pusing terhadap perbedaan yang ada di masyarakat. Menurutnya Muhammadiyah Bontang semata fokus melayani umat, menyebarkan semangat cahaya islam berkemajuan.
Suami dari almarhum Jumawati ini menjelaskan, apa yang dimaksud dengan menyebarkan semangat islam berkemajuan adalah upaya Muhammadiyah dalam menggali dan mengaktualisasikan kembali pemikiran Islam yang digagas pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Konsep islam berkemajuan sendiri bukanlah sesuatu yang melange. Ia adalah konsep yang sudah lama dibumikan Muhammadiyah dalam berbagai lini kehidupan masyarakat. Tentu ini terus diselaraskan kebutuhan zaman. Muhammadiyah, sebutnya, selalu berusaha agar terus relevan dan mengamalkan moderasi beragama.
Misalnya dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui pendidikan; menegakkan dakwah komunitas yang mengajak orang berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat (amar ma'ruf nahi munkar). Di bidang sosial dan ekonomi, mendirikan rumah sakit, klinik, atar panti asuhan; membantu ketika ada warga yang membutuhkan bantuan ketika mengalami kesulitan.
‘’Islam berkemajuan dekat dengan masyarakat, membumi. Seperti yang ada di logonya Muhammadiyah seperti cahaya kebaikan yang menyinari seluruh umat,’’ tegasnya.
Di Bontang sendiri, sebut Mustamar, sudah cukup banyak dilakukan dalam menjalankan tujuan Muhammadiyah. Di bidang pendidikan, mereka telah mendirikan taman kanak-kanak, 3 SD, 1 SMP, 1 SMK. Di bidang sosial, mereka telah mendirikan 1 panti putra dan 1 panti putri.
Sekolah yang didirikan Muhammadiyah ini tak hanya diperuntukkan bagi mereka yang keluarganya memiliki tradisi Muhammadiyah. Sekolah ini dibuka untuk umum, bahkan berupaya menampung anak-anak yang orangtuanya tak sanggup membiayai pendidikan. Sementara panti asuhan didirikan bagi anak-anak yatim, yatim piatu, atau tak memiliki keluarga. Bukan hanya tinggal di panti, anak-anak tersebut juga disekolahkan hingga jenjang SMA.
‘’Itu upaya kami untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Muhammadiyah selalu percaya pendidikan sangat penting untuk membawa bangsa ini semakin baik,’’ tegasnya.
Sementara di bidang dakwah, mereka memberikan ruang kepada ustaz Muhammadiyah berkeliling mengisi khotbah atau kajian di seluruh masjid di Bontang, juga mendirikan masjid sebagai basis dakwah Muhammadiyah Bontang.
Sementara di bidang ekonomi, mereka mendirikan lembaga amil zakat yang disebut Lazismu. Lembaga itu berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya. Baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.
Karena ia lahir dan tumbuh dari masyarakat, Muhammadiyah bukanlah sebuah perkumpulan yang ekslusif. Justru sebaliknya, mereka sangat terbuka dengan siapa pun. Mereka siap membangun kolaborasi selama itu demi kemaslahatan umat.
‘’Waktu penyaluran vaksin kami juga terlibat. Prinsipnya, apapun yang bisa kami lakukan demi kebaikan bersama pasti akan dilakukan,’’ tegasnya.
Adapun hingga kini, adapun hingga kini, belum diketahui pasti total massa Muhammadiyah di Bontang. Namun menurut amatan Mustamar, jumlahnya bisa mencapai ribuan. Ini bisa dilihat dari jumlah jemaat yang hadir ketika Muhammadiyah menggelar salat id.
Secara ringkas ada 3 jenis masyarakat yang dapat diklasifikasi sebagai Muhammadiyah. Pertama, warga Muhammadiyah. Yakni mereka yang lahir atau besar dalam keluarga dengan tradisi Muhammadiyah namun tak aktif dalam kegiatan yang digelar persyarikatan. Kedua, simpatisan. Yakni mereka dengan latar belakang Muhammadiyah atau tidak, dan aktif di kegiatan persyarikatan. Kemudian pengurus resmi harian. Yakni mereka yang tercatat sebagai pengurus resmi pimpinan daerah Muhammadiyah.
Lamat-lamat mulai terdengar suara ngaji berkumandang dari masjid. Sebelum menutup perbincangan siang hari itu, kembali Mustamar menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah persyarikatan yang inklusif, terbuka bagi siapa pun. Mereka selalu berusaha membangun kolaborasi baik kepada individu, pemerintah, perusahaan, stakeholder lain. Semua demi kemaslahatan umat. Demi menyebarkan cahaya islam yang berkemajuan.
"Kita selalu mendukung. Menjaga supaya Bontang ini tetap kondusif, aman. Mendukung program pemerintah yang hebat dan beradab," tandasnya.
Biodata
Nama: Mustamar
Tempat, tanggal lahir: Banyuwangi,12 Februari 1960
Jabatan terakhir: Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bontang, periode 2022-2027
Nama istri: Jumawati (alm)
Anak:
- Nur Fithriyanti Imamah (32)
- Annisa Nurjannah (30)
- Azizah Yusrosalimah (26)
- Muhammad Lutfi Alfaruki (23)
- Muhammad Taufiqurrahman (18)
[TOS]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Interupsi dalam Rapat Paripurna, Winardi Soroti Penanganan Sampah di Bontang
- DPRD Bontang Resmi Lantik Dua Anggota PAW Pengganti Agus Haris dan Aswar
- Gelar Festival Ibu Bumi Menggugat, Kader Hijau Muhammadiyah Bersama NGO Serukan Penolakan Ormas Keagamaan Terima Izin Usaha Pertambangan
- Sofyan Hasdam Pastikan Tapal Batas Kampung Sidrap Kembali Dibahas Usai Pelantikan Kepala Daerah
- Gelar Silaturahmi, IKA Unhas Pertegas Komitmen Mengawal Pembangunan Bontang