Kaltim
Terinspirasi Benteng Otanaha yang Bersejarah, Sherlita Ayu Reditadewi Berhasil Pamerkan Karya Terbaik di Indonesia Fashion Week
Kaltimtoday.co, Samarinda - Sherlita Ayu Reditadewi tampak takjub tatkala menginjakkan kaki di Benteng Otanaha, Gorontalo. Sebuah benteng yang dibangun sekitar 1522 dan masih bertahan hingga sekarang. Tanpa pikir panjang, Sherlita mulai mengambil foto benteng tersebut dengan ponselnya. Sebuah ide langsung muncul di kepalanya. Dia ingin membuat desain pakaian yang terinspirasi dari Benteng Otanaha.
Saat ini, Sherlita memang tengah menikmati kesibukannya sebagai perancang busana. Fesyen mulai membuatnya jatuh hati ketika memantapkan diri untuk mengenyam pendidikan di Program D3 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Setelah lulus pada 2019, Sherlita tetap berkomitmen untuk meneruskan karier yang sejalan dengan jurusannya saat kuliah.
Belum lama ini, Sherlita menorehkan prestasi membanggakan. Dia terpilih sebagai grand finalist 20 besar pada ajang Indonesia Young Fashion Design Competition (IYFDC) yang diselenggarakan oleh Indonesia Fashion Week (IFW) dan Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Sherlita berhasil menjadi satu-satunya perwakilan dari Kalimantan di ajang bergengsi tersebut dengan menyisihkan 674 orang se-Indonesia.
Awalnya, perempuan kelahiran 1997 itu tak sengaja mengetahui gelaran IFW. Informasi itu justru dia dapatkan dari rekannya di Gorontalo. Kala itu, Sherlita mewakili Kaltim dan meraih juara 2 dalam kategori fesyen di Pekan Kreativitas Pemuda Indonesia (PKPI) yang diadakan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) di Gorontalo.
“Akhirnya di event itu kenal beberapa orang dan dikasih informasi soal IFW. Dia bilang, tahun ini tema yang diangkat itu Gorontalo dengan kain khas daerah sana, kain karawo,” ungkap Sherlita kepada Kaltimtoday.co, Jumat (10/3/2023).
Sherlita tertarik dengan informasi yang dia dapatkan. Sampai akhirnya, Benteng Otanaha mengantarkan dia untuk memamerkan maha karya terbaiknya di IFW pada 26 Februari 2023 silam. Di IFW, Sherlita membuat 4 desain pakaian. Terdiri dari 3 tampilan untuk perempuan dan 1 untuk laki-laki.
Benteng Otanaha yang menginspirasi Sherlita tampak dari pola-pola yang dia buat di desain pakaiannya. Kemudian siluet benteng tersebut juga ada di pakaian yang dipamerkan. Sedangkan untuk warna, Sherlita memilih warna-warna dari hutan di sekitar benteng yang didominasi warna hijau, hitam, merah, dan abu-abu. Seluruh aspek itu berhasil dia kombinasikan dengan sempurna.
“Idenya saat itu sebenarnya mengangkat tema tentang laut. Tapi kalau kami punya ide yang berkaitan dengan kebudayan Gorontalo juga boleh. Aku sudah lihat kotanya dan orang-orangnya, jadi langsung terpikir Benteng Otanaha,” sambungnya.
Sukses mengikuti IFW, bukan berarti perjuangan Sherlita di dunia fesyen mulus begitu saja. Latar pendidikannya yang berasal dari SMA, membuatnya harus belajar dari nol mengenai dasar-dasar tata busana. Mulai menjahit sampai menggambar.
“Setelah itu, baru aku sadar dan pikiranku terbuka kalau fesyen memang cocok untukku,” ungkap anak pertama dari 3 bersaudara itu.
Acap kali, Sherlita mendengar anggapan orang awam yang menilai lulusan tata busana nantinya sekadar menjadi penjahit atau penyedia jasa permak saja. Faktanya, setelah dia mempelajari semua hal terkait tata busana, banyak lingkup yang bisa dikuasai. Entah sebagai perancang busana atau penata busana.
“Aku memilih Prodi Tata Busana juga berkat saran dari mama. Saat itu aku masih bingung dan berdiskusi dengan mama. Akhirnya pilih prodi ini dan soal karier, aku masih bisa mengerjakannya dari rumah. Peran orangtua penting banget dalam mendukungku,” tambah dia.
Sebagai seseorang yang memiliki perhatian lebih untuk dunia fesyen, Sherlita sangat amat menyadari sekolah mode masih sangat terbatas di Indonesia meski di kota besar. Opsinya tidak banyak. Sekalipun ada, pasti biayanya cukup mahal.
“Karena aku di universitas negeri, biaya pendidikannya lebih terjangkau. Aku juga ada dapat subsidi, misalnya kain belacu untuk praktik di kampus. Itu sangat membantu mahasiswa,” jelas Sherlita lagi.
Ke depan, Sherlita berharap Kaltim juga membuka pendidikan tata busana di sejumlah kampus. Menurutnya, sumber daya manusia (SDM) di Kaltim juga punya potensi yang luar biasa dalam hal fesyen. Salah satu upaya yang bakal ditempuh Sherlita adalah melibatkan kelompok usaha bersama (KUB) yang bergerak di bidang fesyen untuk menyosialisasikan soal fesyen. Mulai di kegiatan-kegiatan sosial sampai roadshow ke beberapa sekolah.
“Semoga pemerintah melihat kalau di sini (Kaltim), ladang untuk fesyen itu sangat besar,” harap dia.
Perempuan kelahiran Surabaya itu menyadari perancang busana di Kaltim masih sedikit. Ada banyak orang-orang yang potensial. Namun sayangnya, belum berani untuk mengeksplor lebih jauh. Padahal, dari tiap daerah di Kaltim, ujar Sherlita, banyak yang bisa diangkat dan dipamerkan di dunia fesyen.
“Di Kaltim itu kan terkenalnya seperti akar pakis, beruang madu, burung enggang, dan lain-lain. Menurutku, yang seperti itu harus dieksplorasi. Tapi ada kekurangan kreativitas untuk mengelolanya. Padahal itu potensi besar,” ucap Sherlita yang telah menempuh uji kompetensi peracang busana dan mengantongi sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) itu.
Sherlita optimistis, dari sekian banyak motif dan kekayaan alam yang ada di Kaltim sebenarnya bisa diasah dan dibarengi dengan kreativitas yang mumpuni. Dari situ, dia menilai sebuah karya bisa menjadi besar dan mendunia karena keunikannya.
Mimpi Sherlita tak muluk-muluk. Dia masih berkeinginan untuk terus berkarya di bidang fesyen, entah di kancah global dan nasional. Banyak hal dari Kaltim yang masih ingin dia angkat dan jadikan sebagai sebuah karya ke depannya.
“Semoga bisa bersinergi juga dengan anak muda atau orang kreatif lainnya,” ucapnya.
Belum lama ini, Sherlita juga mengikuti pelatihan dengan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Kaltim untuk pengembangan motif batik Kaltim. Kala itu, para perancang busana dan perajin batik dijadikan satu. Kedua pihak saling bertukar informasi. Misalnya, pembatik tahu batik seperti apa yang bisa dibuat baju. Begitu pula soal pewarnaan.
“Ibu Kota Nusantara (IKN) kan sebentar lagi. Di mana, pembatik bisa lebih mendapat segmentasi yang lebih luas,” tambah Sherlita.
Menjelang IKN, Sherlita juga punya harapan besar agar pemerintah bisa memberi kesempatan agar desainer lokal Kaltim untuk berkarya. Salah satunya dengan lebih sering mengadakan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk mengangkat kualitas SDM di Benua Etam. Sehingga tak perlu mencari SDM dari tempat lain.
“Semoga bisa saling bersinergi ya. Desainer siap, pemerintahnya juga siap. Jadi kami yang desainer bisa lebih konsisten dalam berkarya. Kreatif itu enggak ada batasnya,” bebernya.
Berkecimpung di Bisnis Fesyen, Sherlita Tertantang Pahami Isi Hati Klien
Saat ini, Sherlita juga fokus dengan bisnis yang dia dirikan sendiri bernama Sherlita Wahjono. Meski sudah didirikan sejak 2018, dia baru benar-benar fokus untuk menjalankan bisnis tersebut pada Juli 2022.
“Branding-nya sudah dari 2018. Tapi saat itu aku kan masih kuliah, jadinya enggak terlalu fokus. Juli 2022 aku mulai fokus karena sudah tidak ada tanggungan kuliah. Alhamdullilah sudah ada tim 2 orang, untuk produksi sudah ada workshop-nya di Samarinda,” sebut Sherlita.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Unesa pada 2019, Sherlita bertandang ke Samarinda pada 2020 karena mengikuti pekerjaan orangtua. Saat itu, dia cukup kesulitan untuk membaca situasi pasar di Kaltim, khususnya Samarinda. Namun dia bertekad untuk terus bergerak di bidang fesyen.
“Aku sempat menggeluti bidang ilustrasi juga. Semacam fashion illustrator dan lebih ke desain grafis. Jadi dulu aku pernah bikin desain neon box lalu bikin seragam jersey yang dipesan salah satu perusahan. Aku waktu itu belum menjahit yang secara berkala, masih berusaha survive di kota baru,” sambungnya.
Kerja kerasnya ketika awal pindah ke Samarinda mulai membuahkan hasil. Namanya makin dikenal dan jasa Sherlita dipercaya banyak orang. Hingga dia mulai fokus mengembangkan brand Sherlita Wahjono. Sebagai perancang busana, ada banyak proses yang harus dilalui Sherlita.
“Desainer sepertiku itu prosesnya bertahap. Mulai dealing dengan desain dan menyesuaikan dengan permintaan klien. Belum lagi yang biasanya minta ganti. Kita nyaman kalau dapat klien yang percaya. Tapi aku juga selalu mengedukasi klien sebelum fix order tanpa bikin mereka tersinggung,” ujar Sherlita mantap.
Edukasi yang dimaksud Sherlita bisa berupa saran model pakaian yang cocok di tubuh klien atau menjelaskan proses yang dilalui Sherlita seperti apa selama membuat pakaian. Selama ini, dia selalu berupaya menjadikan karyanya beda dari yang lain. Ciri khas dari desain yang dibuat Sherlita ada di detail dan model cutting.
“Aku main di cutting, aku mau desainku itu simpel tapi detailing-nya akan kuperkuat, cutting-annya dibuat unik,” tambahnya.
Sherlita yang kini sudah punya tim, mulai terbiasa memikirkan konsep bersama. Namun jika harus mencari inspirasi, Sherlita mengaku harus menghabiskan waktunya sendiri. Dia lebih memilih masuk ke kamarnya dan berdiam diri di sana. Tidak bisa diganggu oleh apapun.
“Aku benar-benar membuat konsepnya itu kadang sampai seminggu. Desain fesyen itu mahal karena idenya dari pikiran dan hati. Jadi kalau sama klien, semuanya bisa dibicarakan 2 arah. Tidak perlu takut,” imbuhnya lagi.
Sherlita menyebut, masih banyak mimpi yang harus dia kejar. Ke depan, dia ingin terus memamerkan karya-karya terbaiknya. Bahkan ingin menggandeng beberapa pembatik dan orang-orang yang punya hasrat di fesyen pula.
“Nanti kami bisa tumbuh bersama dan aku juga berharap butikku bisa cepat selesai,” tandas Sherlita.
Biodata
Sherlita Ayu Reditadewi
Tempat, tanggal lahir: Surabaya, 9 September 1997
Domisili: Samarinda
Founder Sherlita Wahjono
Pendidikan:
D3 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa)
Pencapaian:
-Telah menempuh uji kompetensi perancang busana dan lulus bersertifikat BNSP
-Dapat penghargaan best portfolio pada pelatihan yang diselenggerakan oleh Bank Indonesia bersama Fascreeya dan Paris de la Mode Fashion School
-Dapat penghargaan best product pada pelatihan yang diselenggerakan oleh Bank Indonesia bersama Fascreeya dan Paris de la Mode Fashion School
-Lulus D3 Tata Busana Unesa dengan predikat cumlaude
-Mendapat predikat juara 1 Best of the Best dalam Gelar Cipta Akhir sebagai ujian kelulusan
-Sertifikat sebagai perancang busana dalam beberapa acara fashion show
-Magang bersama desainer terkemuka Tudy Adib dan Owens Joe masing-masing 3 bulan
-Mewakili Kaltim dalam ajang lomba busana muslim Festival Syariah oleh Bank Indonesia pada 2022
-Lulus dengan predikat sangat memuaskan pada pelatihan “Fashion Illustrator 40 Hours: A Step to be a Fashion Designer” with Paris de la Mode Fashion School yang diadakan dan disponsori Bank Indonesia dan dikelola Fascreeya Indonesia pada Juli-September 2022
-Mengikuti dan lulus pelatihan “Pengembangan Motif Batik Kaltim” bersama Musa Widyatmodjo yang diadakan dan disponsori Bank Indonesia dan dikelola Fascreeya Indonesia pada Agustus-Oktober 2022
-Juara 1 dan mewakili Kaltim dalam kategori lomba fesyen nasional pada event Pekan Kreativitas Pemuda Indonesia (PKPI) yang diadakan Kemenpora dan dikirim ke Gorontalo
-Juara 2 tingkat nasional dan mewakili Kaltim di PKPI oleh Kemenpora di Gorontalo
-Brand participant pada event fesyen nasional yang diselenggarakan Tangerang Fashion Parade di Teras Kota Tangerang BSD, Jawa Barat
-Juara 2 tingkat nasional di Tangerang Fashion Design Competition yang diselenggarakan Tangerang Fashion Parade
-Grand finalist 20 besar di ajang Indonesia Young Fashion Design Competition (IYFDC) yang diselenggarakan oleh Indonesia Fashion Week (IFW) dan Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).
[YMD | RWT]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kaltimtoday.co. Mari bergabung di Grup Telegram "Kaltimtoday.co News Update", caranya klik link https://t.me/kaltimtodaydotco, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Related Posts
- Tembus 424 Laporan, Ombudsman Kaltim Fokus Berikan Solusi Non-Litigasi
- Culinary Playland Samarinda X BRIMO FSTVL Sukses Digelar, Tarik Puluhan Ribu Pengunjung
- Rembuk Perempuan Pesisir Serukan Prioritas Air Bersih dan Sanitasi untuk Komunitas Pesisir
- Isran-Hadi Ajukan Gugatan Hasil Pilgub Kaltim ke MK, Refly Harun Jadi Kuasa Hukum
- Belajar dari Inggris: Indonesia Dorong Integrasi Energi Terbarukan di Sistem Kelistrikan